Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ayo, mandi keringat

Musywarah besar dewan harian nasional menerapkan surono sebagai ketua. 600 anggota angkatan '45 itu merumuskan pedoman pelestarian nilai-nilai 45. jiwa & semangat '45 perlu diwariskan untuk generasi muda.

30 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESTA merah-putih dan suasana revolusioner meliputi kawasan Minahasa. Sementara itu, pekik "Merdeka" seakan mampu menghangatkan Kota Tomohon yang bersuhu 19 derajat Celsius di malam hari. Semangat juang memang meliputi lebih dari 600 orang yang selama empat hari sejak Selasa pekan lalu menyelenggarakan musyawarah besar nasional ke-8 di gedung Bukit Inspirasi, Tomohon. Rupanya, ada hal penting yang dibicarakan oleh para pendiri dan pembebas republik -- yang kebanyakan telah berambut putih itu. Mereka, Angkatan '45 itu, merumuskan Pedoman Pelestarian Jiwa, Semangat, dan Nilai-Nilai '45. Rumusan yang pertama kali digagas pada mubenas ke-5 di Pandaan, Jawa Timur, 1976, dan selalu ramai diperbincangkan dalam mubenas berikutnya. Begitu pentingnya pedoman itu -- dan agaknya juga lantaran begitu rumitnya hingga para peserta belum berhasil mengesahkannya Pedoman yang diandalkan dapat menjadi panduan bagi pewansan nilai-nilai '45 itu masih akan disempurnakan lagi dalam rapat Dewan Paripurna Nasional, setelah susunan pengurus lengkap Dewan Harian Nasional Angkatan '45 masa bakti 1988-1992 tersusun bulan Agustus mendatang. Yang sudah pasti ialah terpilihnya ketua formatir yang otomatis juga ketua DHN, yaitu Jenderal (Purn.) Surono. Dengan demikian, untuk keempat kalinya bekas Menko Polkam itu jadi ketua DHN Angkatan'45. Surono pula yang untuk kesekian kalinya harus memutar otak menyempurnakan Pedoman Pelestarian Jiwa, Semangat, dan Nilai-Nilai '45 itu. Hampir 10 tahun dirancang, pedoman itu rupanya belum memuaskan semua peserta. Andi Sose, ketua DHD Sulawesi Selatan, misalnya, menyarankan agar strategi pewarisan diubah. Bukan dengan ceramah tapi dibarengi karya nyata. Bekas pejuang yang kini usahawan kakap itu menawarkan gagasan yang sulit ditiru rekan-rekannya dari daerah lain. Ia, misalnya, menginvestasi dana Rp 34 milyar untuk membangun berbagai proyek: perguruan tinggi, sekolah kejuruan, masjid, pesantren, rumah sakit, sarana olah raga yang mampu menyerap belasan ribu anak muda. Dengan cara itulah Sose hendak melestarikan nilai-nilai '45 -- di beberapa sarana yang katanya bakal sarat dengan semangat juang tempo dulu. Lain halnya dengan Daan Mogot dari DHD Sulawesi Utara. Ia menegaskan, republik tidak didirikan dengan duit melainkan dengan semangat. "Dengan semangat pula Jerman dan Jepang bangkit setelah kalah perang," kata bekas pejuang yang kini sukses beternak itik Alabio di Airmadidi, Minahasa, itu. Pada usia 17 tahun -- di masa revolusi '45 -- ia menyelundupkan senjata dari Singapura untuk republik. Soal pewarisan itu disinggung secara khusus oleh Presiden Soeharto dalam kata sambutannya. "Angkatan '45 bertekad tidak akan meninggalkan masalah-masalah pelik yang dapat membahayakan generasi penerus sebelum meninggalkan panggung sejarah bangsa," katanya. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai satu-satunya asas, masalah pelik itu terlewati. Ia juga menegaskan, setiap generasi mempunyai masalah dan tantangan sendiri. Jawabannya pun berlainan. Namun, kata Presiden, Angkatan '45 perlu mewariskan nilai kejuangan kepada generasi penerus. Sebab, pembangunan selanjutnya merupakan kelanjutan perjuangan kemerdekaan. Sambutan Pangab Jenderal Try Sutrisno juga menarik. Menganggap nilai-nilai '45 sebagai puncak kejuangan, ia minta alih generasi jangan diartikan lahirnya nilai-nilai baru, tapi justru telah terwariskannya nilai-nilai '45. Sebagai generasi penerus, ia berharap hakikat kesediaan mandi darah dalam menegakkan kemerdekaan dulu dapat diubah menjadi kesediaan mandi keringat dalam masa pembangunan kini. Budiman S. Hartoyo (Jakarta) dan Phill M. Sulu (Menado)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus