Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, melaporkan temuan soal banjir bandang yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia menyatakan masyarakat NTT menganggap gejala Siklon Tropis Seroja layaknya angin kencang biasa.
"Mereka tidak membayangkan bencana siklon secepat itu dan mengakibatkan banjir. Padahal kebanyakan dari mereka sudah menerima informasi," kata Agus dalam diskusi Bencana Hidrometeorologi NTT akibat Siklon Seroja, Kamis, 29 April 2021.
Agus menuturkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat telah menginformasikan gejala Siklon Tropis Seroja sejak 30 Maret 2021. Info tersebut sudah disebarkan melalui siaran pers hingga diterima masyarakat.
Melalui survei lapangan, Agus mengatakan, warga NTT telah mendapat informasi tentang antisipasi bencana Siklon Tropis Seroja namun banyak yang tidak menduga akan terjadi banjir bandang di wilayah NTT yang cenderung kering.
Agus mengangkat pembelajaran dari Desa Oesena di NTT yang sudah mendapat pembekalan dari program Desa Tangguh Bencana (Destana) dan telah memahami risiko bencana. Ia menyebut warga telah memiliki informasi bencana, dilatih simulasi evakuasi, dan memahami sistem peringatan dini (early warning system).
"Mereka tidak ada korban jiwa karena saat bencana siklon itu kepala desa keliling dan secara berantai meminta evakuasi ke tempat kantor kepala desa dan gereja terdekat," tutur Agus.
Usai banjir bandang, di desa tersebut ditemukan retakan tanah sepanjang kurang lebih satu kilometer dan ditemukan banyak mata air. Agus mengatakan warga telah memahami kemungkinan itu berbahaya ketika hujan, sehingga mereka mengungsi dan akan mengajukan relokasi. "Mereka mengajukan relokasi. Dua kampung, sekitar 225 penduduk dan menyiapkan tempat relokasi. Tinggal perlu kalkulasi risikonya," tuturnya.
Lebih lanjut, BNPB menyoroti soal hambatan. Agus menilai banyaknya personel BPBD yang masih baru membuat kendala di sektor pengorganisasian, keterampilan, serta peta bencana.
BNPB merekomendasikan perlunya penguatan Pusdalops di daerah dan menggalakkan Destana di 20 desa NTT. Selain itu, perlu juga serta sistem komando yang seragam untuk semua kabupaten/kota agar dapat siap selalu siaga.
Rekomendasi selanjutnya ialah mengkaji kembali dokumen risiko bencana, dan merevisi peta risiko yang baru. Wilayah yang perlu mendapat perhatian ialah dengan ancaman topan banjir, aliran lava, lahar maupun bencana banjir. Tujuannya agar bisa menjadi bahan advokasi ke pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan relokasi.
"Program pra bencana perlu ditinjau ulang, soal Sestana, sosialisasi, dan penguatan kelembagaan BPBD dari sisi SDM (sumber daya manusia), jangan anggotanya dirotasi terlalu cepat," tutur Agus soal temuan BNPB di banjir bandang NTT.
Baca juga: Pemkab Kupang: Kerugian Akibat Siklon Tropis Seroja Capai Rp 1,3 Triliun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini