Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bantuan Tsunami Palu Pemerintah Sulawesi Barat Dijarah

Gubernur Sulawesi Barat mengatakan penjarahan bantuan untuk pengungsi gempa dan tsunami Palu justru dilakukan orang di luar wilayah terdampak.

3 Oktober 2018 | 08.12 WIB

Kondisi bangunan Lapas kelas II A yang hancur akibat gempa di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 2 Oktober 2018. Hancurnya bangunan Lapas juga membuat narapidana yang selamat dari gempa, menjadi tahanan luar dengan syarat wajib lapor setiap hari. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Kondisi bangunan Lapas kelas II A yang hancur akibat gempa di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 2 Oktober 2018. Hancurnya bangunan Lapas juga membuat narapidana yang selamat dari gempa, menjadi tahanan luar dengan syarat wajib lapor setiap hari. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dua truk bantuan pemerintah Sulawesi Barat untuk korban gempa dan tsunami Palu dijarah di wilayah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa 2 Oktober 2018. Berangkat dari Pasang Kayu, sekitar 120 kilometer dari Palu, dua truk itu merupakan bagian dari iring-iringan sekitar 20 mobil yang membawa berbagai keperluan pengungsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Penjarahan justru dilakukan orang di wilayah yang tidak terdampak gempa. Mereka berdalih juga memerlukan makan,” kata Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar kepada Tempo, Selasa siang. Ali berangkat bersama Bupati Pasang Kayu, Agus Ambodjiwa, bersama-sama iring-iringan pembawa bantuan, termasuk personel tenaga medis.

Menurut Ali, banyak orang berkumpul di sepanjang jalan menuju Donggala dan Palu. Perjalanan dari Pasang Kayu menuju perbatasan Donggala ditempuh sekitar 45 menit. Adapun rute Donggala-Palu sekitar satu jam perjalanan bermobil. Ia menambahkan, untuk menghindari kejadian serupa, bantuan berikutnya kemungkinan akan disalurkan ke Palu melalui jalur laut.

Bupati Agus Ambodjiwa menambahkan, iring-iringan bantuan sebetulnya telah dikawal pasukan keamanan. Namun, penjarah nekat menyerbu bantuan di atas truk. “Memang mereka butuh makan, tapi karena daerah mereka tidak rusak akibat gempa, mestinya mereka bisa makan tanpa perlu menjarah,” kata dia.

Agus mengatakan tidak melihat aparat yang berjaga di sepanjang jalan penyalur bantuan. Menurut dia, aparat kecamatan setempat semestinya memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak menghalangi pemberian bantuan untuk pengungsi gempa dan tsunami Palu. “Saya lihat mereka yang berkumpul di jalanan itu orang-orang lokal,” kata Agus.

Sebelumnya, Polisi menangkap 45 orang warga Palu atas dugaan penjarahan pasca gempa dan tsunami Palu yang melanda pada 28 September lalu. Para tersangka tersebut kedapatan mencuri barang-barang elektronik.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus