PEMILIHAN pimpinan DPR periode 1982-1987 itu berjalan mulus.
Sehari setelah dilantik, DPR dalam. sidang paripurna Sabtu 2
Oktober lalu secara aklamasi memilih Jenderal Purn. Amirmahmud
(F-ABRI, 59 tahun) sebagai Ketua. Para Wakil Ketua: Letjen
Kharis Suhud (F-ABRI, 57 tahun), Amir Moertono (F-KP, 59 tahun),
Nuddin Lubis (F-PP, 63 tahun) dan Hardjantho Sumodisastro
(F-PDI, 55 tahun).
Pencalonan mereka, sesuai dengan Tata Tertib lama yang
diberlakukan sementara, diusulkan dalam satu paket. Rembukan dan
persiapan di luar sidang yang matang membuahkan hasil: keempat
fraksi ternyata mengusulkan paket dengan susunan nama yang sama.
Ini berbeda dengan 1977 tatkala terjadi sedikit "kericuhan"
karena F-PDI mencalonkan Usep Ranawidjaja sedang ketiga fraksi
lainnya mencalonkan Mh. Isnaeni -- yang akhirnya terpilih
sebagai Wakil Ketua DPR.
Secara otomatis, pimpinan DPR juga menjadi pimpinan MPR. Dengan
mulus Gubernur Jawa Timur Soenandar Prijosoedarmo kemudian juga
terpilih secara aklamasi sebagai Wakil Ketua MPR mewakili Fraksi
Utusan Daerah. Minggu pagi laltl para pimpinan DPR/MPR tersebut
dilantik oleh Ketua Mahkamah Agung Mudjono.
Sekalipun lancat, ada yang kaget dengan susunan pimpinan DPR/MPR
yang baru, khususnya munculnya Nuddin Lubis mewakili F-PP.
Semula ada dugaan Ghalid Mawardi, tokoh muda dari NU dan Ketua
Umum Pemuda Ansor, yang akan dicalonkan mewakili PPP. Dugaan itu
diperkuat dengan disebut-sebutnya nama Chalid, bersama David
Napitupulu dari F-KP sebagai kemungkinan calon Wakil Ketua DPR
dalam rangka proses regenerasi, oleh Menpen Ali Moertopo dalam
salah satu pidatonya beberapa pekan yang lalu.
Ternyata yang terjadi lain. Dalam pengusulan nama calon F-PP
untuk jabatan Wakil Ketua DPR tersebut, menurut Sudardji yang
terpilih sebagai Ketua F-PP, sampai Sabtu pagi Nuddin. Lubis
hanya memperoleh 52 suara dari 94 anggota F-PP. Sisanya, menurut
suatu sumber, jatuh pada Chalid Mawardi. "Tapi itu tidak berarti
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan tidak mendukung Nuddin
Lubis," kata Sudardji.
Tidak tercantumnya nama salah seorang dari generasi muda dalam
jabatan pimpinan lembaga legislatif tersebut konon memang
berdasar kesepakatan menurut suatu sumber "untuk memberi
kesempatan terakhir pada generasi 45 dan demi suksesnya Sidang
Umum MPR nanti." "Diturunkannva" tokoh kuat Mendagri Amirmachmud
sebagai Ketua DPR/MPR membuktikan keinginan dan mereka dan
untuk mensukseskan SU MPR 1983.
Sebagian harapan itu terungkap dalam sambutan masing-masing
fraksi tatkala mengantar usul paket calon pimpinan. Sukardi dari
F-PP misalnya menekankan perlunya pimpinan DPR dijabat "seorang
yang konsekuen sebagai Pancasilais yang sejati." Yusuf Merukh
yang menjurubicarai F-PDI menegaskan Amirmachmud adalah "putra
Indonesia yang terbaik yang menghayati Pancasila sampai tulang
sumsumnya."
Agaknya untuk meredakan kekhawatiran pada kemungkinan
terulangnya terjadi "ganjalan" seperti pada SU MPR 1978, muncul
juga semacam janji. Itu diucapkan Sudardji yang mewakili F-PP
"Kami tidak akan melakukan walk out. Walk out adalah demokrasi
Barat, demokrasi Eropa dan hasil impor. Itu bukan kebudayaan
kita. Kebudayaan kita adalah musyawarah, mufakat, rembukan bukan
jegal-jegalan." Tepuktangan panjang menyambut ucapan yang
berapi-api itu.
Ucapan Sudardji itu tampaknya amat selaras dengan himbauan
Pangkopkamtib Laksamana Sudomo kepada para peserta pekan
orientasi calon terpilih DPR/MPR dari PPP di Hotel Sahid Java
pekan lalu. Di samping menekankan perlunya memelihara persatuan
dan kesatuan nasional, Pangkopkamtib mengharapkan dalam
menghadapi hal-hal yang "crucial" (genting) hendaknya para
anggota DPR tetap menguasai diri. 'Walau hati panas, tetapi
kepala tetap dingin, dan menerapkan asas demokrasi Pancasila
yaitu gotong-royong, kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat,"
kata Sudomo.
Semua pihak tampaknya telah menyatakan tekad untuk mensukseskan
SU MPR 1983 nanti. Jadwal SU MPR sendiri telah diputuskan dalam
sidang paripurna keempat MPR Minggu pagi lalu. Menurut Ketua
Amirmachmud, dari hasil rembukan dengan pimpinan fraksi
disepakati untuk membuka dan memltup SU MPR pada hari-hari
bersejarali bangsa Indonesia: 1 sampai 11 Maret 1983.
SIDANG Minggu pagi itu juga memutuskan jumlah anggota tetap
Badan Pekerja MPR 45 orang serta 45 orang anggota pengganti.
Dari F-ABRI tercatat ada 11 anggota tetap, F-KP 19 orang, F-PDI
2 orang, F-PP 6 orang dan F-UD (Utusan Daerah) 7 orang. BP MPR
ini mulai bekerja 6 Oktober dan tugasnya mempersiapkan Rancangan
Ketetapan (Rantap dan Rancangan Keputusan (Rantus) yang akan
dibahas dalam SU MPR nanti. Dua minggu sebelum SU mulai, BP
harus telah menyelesaikan tugasnya.
Rantap yang harus dipersiapkan termasuk Rancangan Garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Rancangan naskah GBHN ini dilampirkan
dalam pidato presiden Soeharto pada upacara pengambilan
sumpah/janji para anggota I DPR/MPR 1 Oktober lalu (lihat box).
Beberapa Rantap lain yang akan dihasilkan SU MPR nanti bisa
diperkirahan dari pidato Presiden tersebut. Salah satu di
antaranya mengenai penegasan bahwa semua kekuatan sosial
politik wajib menggunakan Pancasila sebagai satu-satunya asas
politik. Menurut presiden, walau begitu tidak berarti demokrasi
kita akan menjadi layu. "Juga tidak berarti bahwa perbedaan
pendapat harus mati," kata Presiden.
Secara khusus Pak Harto menegasan dengan asas politik Pancasila
bagi kekuatan-kekuatan sosial politik ini,
organisasi-organisasi keagamaan tetap mempunyai hak dan tempat
terhormat untuk terus hidup subur." "Pancasila bukan agama.
Pancasila tidak dapat menggantikan agama. Pancasila adalah
dasar negara yang memberi naungan kepada kita semua tanpa
kecuali, dan memberi kehidupan ini terasa sejuk dan tenteram,
maju dan sejaheera, adil dan bahagia," ujar Presiden.
Kemungkinan Rantap lain adalah mengenai perlu adanya referendum
sebelum pasal 37 UUD dilaksanakan. Gagasan ini diungkapkan
pertama kalinya oleh Presiden di depan masyarakat Indonesia di
Bangkok tatkala beliau berkunjung ke sana dua tahun lalu. Untuk
meniadakan ketentuan pengangkatan sepertiga jumlah anggota MPR
dari ABRI, dipandang perlu untuk mengadakan semacam "cara
pengamanan" yang baru guna menjaga kelestarian Pancasila dan UUD
1945.
Menurut Presiden, agar pasal 37 UUD tidak mudah digunakan untuk
mengubah UUD 1945, MPR bisa menetapkan perlunya ada referendum
untuk meminta pendapat rakyat: setuju atau tidak bila MPR
berkehendak mengubah UUD dengan menggunakan pasal 37.
Beberapa Rantap tersebut agaknya tak akan sulit diloloskan.
Sejauh ini belum ada pihak yang keberatan atas berbagai gagasan
Presiden tersebut. Menilik semua ini, SU MPR 1983 nanti boleh
jadi akan berjalan mulus.
Komposisi pimpinan DPR/MPR serta komposisi keanggotaan badan
legislatif itu sendiri nampaknya juga akan menjamin kelancaran
tersebut. Ditinjau dari komposisi usia, anggota DPR yang
sekarang hampir tak berbeda dengan yang sebelumnya. Sebagian
besar anggotanya tergolong generasi tua. Dari 422 pria dan 38
wanita yang menjadi anggota DPR sekarang, 148 berusia antara
41-50 tahun. Tadinya 147 orang. Kalau dulu yang berusia antara
51-60 tahun berjumlah 209, kini naik sedikit menjadi 212. Tapi
yang antara61-70 tahun menurun dari 54 menjadi 36 orang. Sedang
jumlah "generasi muda" antara 31-40 tahun, naik hampir dua kali:
dulu 36 kini 61 anggota.
DPR kali ini juga masih banyak menampilkan muka-muka lama.
Penambahan anggota baru--sekedar menggantikan ang tidak
"ditunjuk" lagi--hanya sekitar 25% saja. Golkar misalnya, untuk
daerah yang banyak calon seperti Ja-Bar, Ja-Teng dan
Ja-Tim,--sekitar 30 kursi tiap provinsi--masing-masing hanya
menampilkan tidak lebih dari 10 anggota baru. PPP hanya
memasukkan tidak lebih dari sepertiga anggota baru dari jumlah
94 orang. PDI yang meraih 24 kursi, menampilkan sepertiga muka
baru. Bahkan pimpinan fraksi pun kini masih dipegang oleh tokoh
yang selama ini memang sudah beken di parlemen. Penampilan
generasi muda yang hampir 50% dalam daftar calon tetap tempo
hari --dan menjadi tema menarik untuk kampanye--ternyata tidak
menjadi kenyataan.
Harapan orang banyak agar DPR sekarang "lebih hidup" dibanding
yang terdahulu, siapa tahu bisa terwujud. Buktinya Amirmachmud
masih ingin bicara lepas. "Saya akan teup blakblakan dan polos,"
katanya. Sebagai Mendagri selama tiga belas tahun, Amirmachmud
dikenal sebagai tokoh yang terbuka, sering menimbulkan
pernyataan yang khas dan kadang bikin kaget orang. Dia juga
berjanji, "akan meneruskan prinsip keterbukaan DPR." Syukurlah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini