Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Belajar gali lobang

Satu team dari pemda sumbar turun ke mentawai. mereka ditugaskan menatar guru-guru sd negeri dan swasta. dari mereka nanti diharapkan dapat membantu tugas kepala kampung. (dh)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAPAL motor (Km) BRATASENA (100 ton) bersauh 600 meter di depan Muara Sikabaluan, ibu kecamatan Siberut Utara. Dengan naik motor-tempel secara berangsur turun rombongan Team Otorita Proyek Khusus Kepulauan Mentawai ke darat. Kemudian menyusul barang-barang perlengkapan seperti cangkul, tembakau, kapak, linggis, foto-foto ukuran besar dan peti-peti yang berisi film dokumenter. Di pantai telah menunggu Camat Siberut Utara Syofyan Salim BA, penjabat pemerintah setempat serta beberapa puluh murid SD. Semua kesibukan ini merupakan tanda dimulainya Operasi Pendidikan Ketrampilan Masyarakat Mentawai di bawah pimpinan Ketua Otorita Proyek Khusus Kepulauan Mentawai drs Zuber. Lama operasi 16 hari meliputi Kecamatan Siberut Utara, Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Sipora dan Kecamatan Pagai Utara/Selatan. Rombongan merupakan guru/instruktur terdiri dari penjabat Dinas dan Jawatan Tk II Padang Pariaman serta Tk I Sumatera Barat. Sasaran adalah guru-guru SD negeri dan swasta, Kepala Kampung, Kepala Banjar, kaum wanita serta masyarakat ibu kecamatan. Maka secara serentak dilakukan penataran terhadap guru-guru SD negeri dan swasta, latihan dasar pramuka, kursus PKK, pameran pembangunan, pemutaran film dan penataran Kepala Kampung serta Kepala Banjar. Para pengajar terdiri dari Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, PMD dan P & K, serta Jawatan Penerangan. Kegiatan ini merupakan "kegiatan besar" bagi ibu kecamatan yang rata-rata berpenduduk di bawah seribu orang. SD & Tanaman Tua Ketua Otorita Proyek Khusus Kepulauan Mentawai mensifatkan kegiatan Otorita ini mempunyai kekhususan karena situasi dan kondisi kepulauan Mentawai yang merupakan gugusan kepulauan sepanjang 400 kilometer itu. "Otorita melakukan gerak cepat dan mempunyai nilai strategis" ucap drs Zuber pada TEMPO. Konsolidasi dan pembinaan daaksanakan oleh Pemda Tk II Padang/Pariaman bersama Dinas dan Jawatan dengan cara konvensional. Rata-rata Kepala Kampung dan Kepala Banjar, terutama di Siberut Utara dan Siberut Selatan tak mampu tulisbaca serta sukar memahami bahasa Indonesia. Pemerintah Daerah Sumbar mengharapkan guru-guru SD mampu "menutupi kekurangan" pimpinan efektif dalam masyarakat Mentawai itu. Koresponden TEMPO Chairul Harun yang mengikuti operasi Otorita Proyek Khusus Kepulauan Mentawai itu melaporkan bahwa penataran terhadap Kepala Kampung dan Kepala Banjar dititik-beratkan untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang dihadapi oleh kampung-kampung yang bertebaran dan saling berjauhan itu. Penjabat Dinas dan Jawatan menunjukkan cara pemecahan kesulitan yang disampaikan oleh masing-masing Kepala Kampung. Kebanyakan masalah yang disampaikan adalah soal sekolah SD -- baik gedung maupun guru -- dan tanaman tua seperti kelapa dan cengkeh. Penjelasan kepada para Kepala Kampung dan Kepala Banjar itu tampaknya lebah mudah difahami setelah dipraktekkan di lapangan. Banyak di antara mereka yang tidak tahu bagaimana harus memegang cangkul, bagaimana menggali lobang untuk menanam bibit kelapa dan bibit cengkeh, bagaimana memaih bibit dan menanamnya. Semuanya harus diajarkan dengan contoh. Tiada Yang Gratis Tentang persawahan dan perikanan darat bagi mereka dapat dikatakan masih asing. Karena itu ir Bateori dari Dinas Pertanian Sumatera Barat dan ir B. Panjaitan dari Dinas Perikanan lebih banyak bicara tentang sawah dan kolam. Masalah bibit unggul dan pupuk serta tetek bengek teknik pertanian dirasakan "terlalu tinggi" bagi orang yang terbiasa menghabiskan sumber bahan makanan yang disediakan alam sekitarnya. Asal mereka mau bersawah dengan bibit lokal saja, ini sudah "merupakan kemajuan hebat" kata Ketua Otorit. Bimas dan Inmas masih merupakan masalah beberapa tahun lagi. Demakian pula halnya dengan perkebunan. Kalau mereka mau membuat lobang menurut jarak dan dalam yang dianjurkan, serta membeli bibit menurut petunjuk Dinas Perkebunan, inipun dianggap sebagai "kemajuan yang menakjukan". Otorita Proyek Khusus Kepulauan Mentawai juga mulai mencanangkan langkah meniadakan hadiah-hadiah dan pemberian gratis dari Pemerintah. Selama ini baik missi agama maupun Pemerintah cenderung membujuk masyarakat Mentawai dengan hadiah-hadiah dan pemberian gratis. Akhirnya penduduk asli Mentawai berpendirian menerima sesuatu dari Pemerintah secara gratis adalah hak mereka. "Untuk masa depan tak ada lagi yang prei" kata drs Zuber pada para Kepala Kampung di Mentawai. Maka beribaratlah Ketua Otorita bahwa menanam kelapa dan cengkeh adalah ibarat "mengambil menantu". Yang dipilih harus yang terbaik dan mendapatkannya "dengan membayar", dengan membeli. Memang menurut adat Mentawai, perempuan yang dikawini seorang laki-laki diperlakukan seperti "perempuan yang dibeli" dan mempunyai kewajiban berat yaitu mencari ikan, baik di laut maupun di sungai. Tak peduli bagaimana keadaan cuaca dan bagaimana keadaal fisik perempuan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus