Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Diselundupkan: Sapi

Sapi bali diselundupkan masuk ke lombok. dikhawatirkan beberapa penyakit ganas yang diderita sapi bali akan menular ke daerah lombok. Dinas peternakan setempat tak punya vaksin untuk penyakit itu. (dh)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Mataram, bukan tekstil soalnya. Tapi penyelundupan sapi dari Bali ke Lombok yang jadi perhatian. Sebab dicemaskan perekonomian sapi di pulau itu akan menjadi rusak. Harga seekor sapi Bali yang diselundupkan ditambah ongkos, akan jadi cuma setengah dari harga binatang itu di Lombok. Tapi Kepala Dinas Peternakan Daerah Tingkat I Nusatenggara Barat, drh. M. Marcana tidak bersedia mengungkapkan masalah tersebut, walaupun tidak juga menyangkal adanya penyeiundupan lokal itu. "Kami masih menyelidikinya", kata pejabat itu kepada TEMPO, Pebruari yang lalu. Pembantu TEMPO yang sempat meninjau lokasi penyelundupan itu --daerah Sekotong yang menghadap langsung ke Pulau Bali dan Nusa Penida -- menilai bahwa persoalan itu sudah berjalan agak lama. Telah empat-lima tahun terakhir ini, dan sudah mencapai angka 300 ekor. Menurut pihak Kepolisian Sektor Gerung, Lombok Barat, penyelundupan tersebut baru diketahui sekitar akhir Januari yang lalu ketika petugas-petugas Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Barat melakukan vaksinasi di Sekotong. Segera terlihat sapi-sapi Bali yang sudah menjadi milik peternak. Mereka segera melaporkan hal itu pada Kepalanya, ir. Lalu Wijaya. Esoknya pejabat-pejabat Dinas, dibantu pihak Kepolisian melakukan pemeriksaan di tempat. Dari hasil penggerebegan sempat ditangkap 5 ekor sapi yang diselundupkan bersama penyelundupnya, NS. Si penyelundup dan selundupannya ditahan. Tapi kemudian kelima binatang tersebut dibunuh dan dibakar. Sedangkan NS masih terus diusut dan dikenakan wajib lapor ke Pos Polisi Sektor Gerung. Boyong Sapi Sumber TEMPO di Mataram mengatakan penyelundupan itu dilakukan dengan memakai perahu bermotor. Dari Lombok mereka membawa beras dan kayu, dan dari Bali mereka boyong sapi-sapi -- ketimbang perahu-perahu tersebut berlayar kosong. Petugas Dinas tidak begitu gusah menandai sapi Bali. Pada telinga hewan itu ada bekas guntingan sedikit yang menunjukkan di pulau asalnya mereka sudah disuntik. Mengingat perkiraan masa penyelundupan yang sudah begitu lama, dikhawatirkan sapi Bali itu bisa menyebar sampai ke Pulau Sumbawa. Di sana ada sapi-sapi bantuan Presiden Suharto untuk Sumbawa, yang pada saat ini berjumlah 1326 ekor. Sudah lebih 10 tahun Bali jadi daerah tertutup untuk sapi. Tidak boleh masuk dan tidak boleh ke luar. Ekspor sama sekali dihentikan. Daerah-daerah tidak lagi mendatangkan sapi untuk pembibitan dari pulau tersebut. Di sana sedang berjangkit penyakit yang terkenal ganasnya, yaitu penyakit AE (mulut dan kuku) serta penyakit jemberana, yang sampai sekarang masih belum ditemukan obatnya karena merupakan penyakit baru. Saat ini sapi Lombok memang belum terjangkit penyakit demikian. Tapi kabarnya itu tidak berarti bahwa penyakit itu tak akan bisa timbul sewaktu-waktu -- singkatnya penyakit tersebut masih belum menemukan iklim untuk kambuh. Daerah Sekotong terkenal dengan potensi sapinya. Pernah pada kesempatan vaksinasi, tidak kurang dari 3 ribu sapi dibawa pemiliknya untuk disuntik. Ketakutan akan kejangkitan penyakit makin beralasan bila diingat, vaksin untuk kedua jenis penyakit di atas harus didatangkan dari Jepang atau Australia. Hingga sekarang belum terlihat adanya usaha penanganan serius terhadap masalah ini. Soalnya wewenang siapa: Kabupaten, karena lokasinya di situ ataukah Pemerintah Tingkat I untuk memudahkan koordinasi gerakan. Sebenarnya Dinas Peternakan Kabupaten ada niat untuk mengambil sikap tegas, membunuh seluruh sapi yang berasal dari pulau tetangganya itu. Tapi dari mana uang untuk membayar ganti rugi pemilik, karena mereka umumnya pemegang kedua, atau ketiga malah kebmpat. Uang yang sebanyak itu tak mungkin ditanggung Dinas tingkat kabupaten itu. Tak Setetespun Untuk pemasukan daerah, ekspor sapi dari Lombok memegang peranan yang penting, biarpun tidak samnai taraf menentukan. Namun ekspor ini sudah menurun sejak tahun lalu, seperti dikatakan drh. M. Marcana kepada TEMPO. Untuk tahun 1975 yang lalu, target ekspor adalah 9 ribu ekor, tapi yang terjangkau baru 4 ribu. Sedangkan untuk kerbau, dari target yang 10 ribu, baru bisa terlaksana 3 ribu. Pemerosotan, menurut Kepala Dinas Peternakan Daerah Tingkat I Nusatenggara Barat itu adalah karena "terlalu berat saingan dari luar negeri, terutama dari Australia, yang sekarang juga mengekspor sapinya ke Hongkong. "Untunglah hal negatif ini diimbangi oleh kenaikan ekspor antar pulau. Pada 1975 ekspor sapi interinsuler ini mencatat 1173 ekor dan kerbau 4806. Nah beberapa kalangan menakutkan ekspor lokal ini akan menurun pula bila masalah penyelundupan yang jadi pokok masalah di atas terungkap secara luas. Daerah-daerah lain bakal tidak akan berani membeli sapi Lombok lagi, begitu juga importir di negara sana. Ada yang menyarankan supaya diambil tindakan kilat, mumpung sang penyakit belum timbul. Tapi, apa daya, saat ini tak satu tetes pun vaksin untuk kedua penyakit itu tersedia di Dinas-Dinas Peternakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus