Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyumi, sebuah organisasi Islam dari Indonesia telah mewarnai sejarah perjuangan bangsa. Meski sejarah Masyumi adalah kisah timbul dan tenggelam, namun karyanya terus bertahan sampai saat ini. Salah satu karya masih terawat adalah Universitas Islam Indonesia (UII), salah satu kampus Islam populer saat ini.
Sebelum mendirikan kampus, Masyumi awalnya merupakan organisasi yang dibentuk oleh Jepang saat menduduki Indonesia tahun 1943. Dilansir dari buku A History of Modern Indonesia Since c. 1200 karya Merle Calvin Ricklefs, awalnya Masyumi dibentuk Jepang untuk mengendalikan umat Islam Indonesia.
Namun dalam perjalanannya, tokoh-tokoh Masyumi membawa organisasi tersebut menjadi alat perjuangan bangsa, menjadi partai politik, hingga diberangus pemerintah. Sebelum akhirnya dibubarkan Sukarno pada tahun 1960, Masyumi sempat membuat kampus Islam.
Seperti diketahui, UII dilahirkan dari rahim Masyumi. Pada tahun 1945, sidang umum Masjoemi (Majelis Sjoero Moeslimin Indonesia) dilaksanakan. Pertemuan itu dihadiri oleh beberapa tokoh politik diantaranya Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Mohamad Roem, dan Kyai Haji Wahid Hasjim. Keputusan dari pertemuan ini adalah pembentukan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang kemudian didirikan pada tanggal 8 Juli 1945 dan berkembang menjadi sebuah universitas yang disebut Universitas Islam Indonesia (UII) sejak tanggal 3 November 1947 untuk memenuhi permintaan akan sebuah pendidikan tinggi yang mengintegrasikan pengetahuan umum dengan ajaran-ajaran Islam
Awalnya, UII memiliki empat fakultas: Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Ekonomi, yang mulai beroperasi pada Juni 1948. Sekitar tujuh bulan kemudian, UII terpaksa ditutup akibat agresi militer Belanda. Banyak siswa dan dosen bergabung dengan tentara Indonesia untuk mengusir Belanda. Pada awal 1950-an, tak lama setelah perang, UII harus memindahkan aktivitas perkualiahan di beberapa tempat di kota Yogyakarta, bahkan sempat menggunakan Kraton Yogyakarta dan rumah dosen sebagai ruang kelas.
Setelah Kemerdekaan, UII mengalami banyak perkembangan antara 1961 sampai dengan 1970 di bawah kepemimpinan Prof. M.R. R.H.A. Kasmat Bahuwinangun (1960-1963) dan Prof. Dr. dr. M. Sardjito (1964-1970). Selama masa jabatannya, Prof. M.R. R.H.A. Kasmat Bahuwinangun membantu mengembangkan Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah serta memperluas UII ke Purwokerto dengan mendirikan Fakultas Hukum dan Syari'ah di sana.
Dari tahun 1964 sampai 1970, di bawah kepemimpinan Prof. Dr. dr. M. Sardjito, UII kembali diperluas hingga memiliki 22 fakultas, lima yang berlokasi di Yogyakarta dan sisanya tersebar di provinsi lain: Jawa Tengah (Solo, Klaten, dan Purwokerto), dan Sulawesi Utara (Gorontalo). Bidang studi yang ditawarkan adalah Ekonomi, Hukum, Syari'ah, Tarbiyah, Teknik, Kedokteran, Kedokteran Hewan, dan Farmasi. Namun, ketika Peraturan Pemerintah melarang UII menyelenggarakan kegiatan pendidikan di luar Yogyakarta, maka UII harus menutup kampus-kampus cabang.
Pada awal 1970-an hingga 1982, UII mengalami perkembangan dalam pembangunan fisik mencakup kantor dan gedung fakultas, dimulai dengan kantor pusat yang berada di Jalan Cik di Tiro. Pembangunan gedung ini kemudian diikuti dengan pengembangan tiga kampus lain yang terletak di sejumlah lokasi di kota Yogyakarta. Selama periode ini, beberapa fakultas di UII juga mulai memperoleh status akreditasi dan juga memprakarsai kolaborasi dengan lembaga baik nasional maupun internasional, seperti Universitas Gadjah Mada, King Abdul Aziz University Arab Saudi, dan The Asia Foundation.
Sejak awal 1990-an sampai saat ini, UII telah mengembangkan kampus terpadu yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sampai dengan semester ganjil 2011/2012, UII memiliki delapan fakultas dengan berbagai lima program Diploma Tiga, 22 Program Sarjana, tiga Program Profesi, delapan Program Magister, dan empat Program Doktor, serta lembaga-lembaga pendukung.
Pada Tahun 2008, Dikti menobatkan UII sebagai perguruan tinggi dengan nilai penjaminan mutu internal terbaik di Indonesia. Setelahnya Pada Tahun 2016 UII menerima penghargaan tiga bintang dari QS Star dengan skor tertinggi untuk Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia, serta peringkat pertama Perguruan Tinggi Swasta Bidang Kinerja Penelitian oleh Ristekdikti.
Pilihan Editor: UII Kritik Sikap Kenegarawanan Jokowi yang Pudar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini