Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

BKKBN Ajak Mahasiswa ITB Cegah Stunting dari Pra Nikah Hingga KKN

BKKBN memaparkan faktor penyebab stunting di antaranya praktik pengasuhan anak yang tidak baik.

22 Februari 2023 | 15.38 WIB

Kader posyandu menimbang berat badan balita di Aula Posyandu, Kampung Nelayan Sebrang Belawan, Medan, Sumatera Utara, Senin 16 Januari 2023. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 2023 menargetkan penurunan angka stunting hingga 3,9 persen per tahun, dengan target 14 persen di tahun mendatang. ANTARA FOTO/Yudi
material-symbols:fullscreenPerbesar
Kader posyandu menimbang berat badan balita di Aula Posyandu, Kampung Nelayan Sebrang Belawan, Medan, Sumatera Utara, Senin 16 Januari 2023. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 2023 menargetkan penurunan angka stunting hingga 3,9 persen per tahun, dengan target 14 persen di tahun mendatang. ANTARA FOTO/Yudi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKB), Bonivasius Prasetya Ichtiarto memaparkan isu stunting saat kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Rabu 22 Februari 2023. Dia mengajak mahasiswa untuk ikut mencegah masalah kesehatan pada kalangan anak balita lewat kuliah kerja nyata dan edukasi pasangan sebelum nikah. “Cek kesehatan untuk kesiapan menikah secara fisik dan mental,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah kelahiran di kalangan keluarga Indonesia sekarang ini rata-rata berkisar dua hingga tiga anak. Namun, begitu masih banyak terjadi pernikahan usia dini, rata-rata 28 per 1.000. “Sayangnya di Indonesia, di usia 15-19 tahun angkanya masih tinggi,” ujar dia. Kondisi itu menurut Bonivasius berbahaya, karena pernikahan usia dini bisa menyebabkan stunting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Di sisi lain, angka perceraian yang tinggi dari pasangan muda mengancam kualitas keluarga. Dari data yang dimiliki BKKBN, ada sepuluh provinsi terbanyak kasus stunting. Wilayahnya di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, Aceh. Kemudian Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

Bonivasius mengatakan, kasus stunting disebabkan oleh banyak faktor. Intervensi yang paling menentukan untuk mencegahnya pada seribu hari pertama kehidupan bayi. “Ukuran gampangnya dari tinggi badan yang lebih pendek dari standar usianya,” ujar dia.

Faktor penyebab stunting seperti praktik pengasuhan anak yang tidak baik, 60 persen anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak mendapatkan makanan pendamping ASI. Penyebab lain seperti 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai, berkurangnya angka kunjungan ke Posyandu, dan tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.

Masalah lain terkait kasus stunting yaitu anemia pada 1 dari 3 ibu hamil, makanan bergizi yang mahal, kemudian buang air besar di ruang terbuka, serta kesulitan rumah tangga mengakses layanan air minum bersih. 

Mahasiswa, menurut Bonivasius, punya peran untuk ikut mencegah stunting yang menjadi ancaman bangsa. Selain dari tahap menjelang nikah, juga lewat program pengabdian ke masyarakat berdasarkan ilmu atau program studi masing-masing. Di antaranya melalui sosialisasi, penyuluhan, edukasi, secara luring maupun daring. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus