Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKB), Bonivasius Prasetya Ichtiarto memaparkan isu stunting saat kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Rabu 22 Februari 2023. Dia mengajak mahasiswa untuk ikut mencegah masalah kesehatan pada kalangan anak balita lewat kuliah kerja nyata dan edukasi pasangan sebelum nikah. “Cek kesehatan untuk kesiapan menikah secara fisik dan mental,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah kelahiran di kalangan keluarga Indonesia sekarang ini rata-rata berkisar dua hingga tiga anak. Namun, begitu masih banyak terjadi pernikahan usia dini, rata-rata 28 per 1.000. “Sayangnya di Indonesia, di usia 15-19 tahun angkanya masih tinggi,” ujar dia. Kondisi itu menurut Bonivasius berbahaya, karena pernikahan usia dini bisa menyebabkan stunting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sisi lain, angka perceraian yang tinggi dari pasangan muda mengancam kualitas keluarga. Dari data yang dimiliki BKKBN, ada sepuluh provinsi terbanyak kasus stunting. Wilayahnya di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, Aceh. Kemudian Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
Bonivasius mengatakan, kasus stunting disebabkan oleh banyak faktor. Intervensi yang paling menentukan untuk mencegahnya pada seribu hari pertama kehidupan bayi. “Ukuran gampangnya dari tinggi badan yang lebih pendek dari standar usianya,” ujar dia.
Faktor penyebab stunting seperti praktik pengasuhan anak yang tidak baik, 60 persen anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak mendapatkan makanan pendamping ASI. Penyebab lain seperti 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai, berkurangnya angka kunjungan ke Posyandu, dan tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.
Masalah lain terkait kasus stunting yaitu anemia pada 1 dari 3 ibu hamil, makanan bergizi yang mahal, kemudian buang air besar di ruang terbuka, serta kesulitan rumah tangga mengakses layanan air minum bersih.
Mahasiswa, menurut Bonivasius, punya peran untuk ikut mencegah stunting yang menjadi ancaman bangsa. Selain dari tahap menjelang nikah, juga lewat program pengabdian ke masyarakat berdasarkan ilmu atau program studi masing-masing. Di antaranya melalui sosialisasi, penyuluhan, edukasi, secara luring maupun daring.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.