Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Cukup Australia, Cukup

Indonesia lewat dubesnya di australia memprotes pemberitaan koran the sydney morning herald yang menghina presiden & keluarganya. wartawan australia dilarang meliput kunjungan reagan di bali.

19 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AGAKNYA, ini bukan yang pertama kali bahwa pemerintah Indonesia gusar terhadap ulah wartawan Australia. Namun, yang terjadi pekan ini, mungkin, benar-benar merupakan puncak kemarahan Indonesia. Senin pekan ini, misalnya, Duta Besar Indonesia di Canberra, August Marpaung, menyampaikan protes resmi dalam pertemuannya dengan Menlu Bill Hayden. Di Jakarta, Dubes Australia Bill Morrison juga dipanggil ke Deplu Pejambon untuk mendengarkan serentetan kekesalan Indonesia mengenai pemberitaan yang menyangkut Presiden Indonesia, yang disiarkan di Negeri Kanguru itu. Hubungan dua negara bertetangga menjadi terguncang kembali setelah muncul pemberitaan di koran The Sydney Morning Herald Kamis pekan lalu. Artikel yang di tulis David Jenkins, yang kini mengepalai rubrik Luar Negeri koran terkenal itu, dianggap menghina pribadi Kepala Negara dan keluarganya. Kelihatannya, tindakan "tidak senang" pemerintah Indonesia terhadap sikap pemerintah Australia yang tidak bisa mencampuri dan mengembalikan beleid pemberitaan pers di sana, bukan cuma sebatas jalur-jalur diplomatik. Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie, yang semula akan mendarat Minggu malam di Sydney mendadak membatalkan kunjungan resminya. Pemerintah Australia, seperti dikatakan Menlu Bill Hayden dalam suatu konperensi pers awal pekan ini, tidak akan mencampuri dan mengusik kebebasan pers di negerinya, yang bisa mencoreng-moreng siapa saja dalam tulisannya. "Saya berharap ini dipahami pihak Indonesia bahwa masalah itu bukan diprakarsai oleh pemerintah Australia," katanya, "dan problem itu juga bukan kesalahan pemerintah atau rakyat Australia." Bill Hayden sendiri memang menyatakan prihatin bahwa soal yang memanaskan hubungan kedua negara itu muncul justru pada saat jalinan hubungan Indonesia-Australia lagi baik. Hayden masih berharap, menurut Dubes August Marpaung kepada TEMPO, kunjungan Habibie bisa direncanakan lagi pada saat yang lebih tepat. Begitu pula rencana kunjungan Pak Harto tahun depan diharapkan bisa diwujudkan. Namun, langkah yang bakal diambil Indonesia sehubungan dengan berita yang dianggap menghina pemerintah kita itu mungkin bukan cuma melayangkan protes. Berita yang tersiar di Australia, Bill Hayden disebut-sebut mengungkapkan bahwa Indonesia mungkin tidak akan membolehkan kunjungan wartawan Australia ke Indonesia - termasuk untuk meliput kunjungan Presiden Reagan ke Bali akhir bulan ini. Dubes August Marpaung sendiri, yang selama ini dikenal dekat dengan wartawan setempat, ketika dihubungi TEMPO lewat telepon dari Jakarta Selasa pagi pekan ini, mengatakan belum mendapat instruksi untuk "menghambat" keberangkatan wartawan Australia ke Indonesia. Namun, dalam penjelasannya lewat jaringan televisi setempat hari Selasa, Marpaung membenarkan, Jakarta tidak membolehkan wartawan Australia meliput kunjungan Reagan di Bali. Langkah lain dalam hubungan kedua negara belum diumumkan sampai Selasa pekan ini. Marpaung masih berharap, hubungan kerja sama pertahanan dan ekonomi tidak terpengaruh. Namun, ia tidak bersedia mengungkapkan langkah yang bisa diambil terhadap koran The Sydney Morning Herald atau penulisnya, David Jenkins, yang pernah bertugas di Indonesia sebagai koresponden Far Eastern Economic Review (1976-1980). Ketegangan hubungan kedua negara justru terjadi di tengah berlangsungnya Seminar Indonesia-Australia IV yang diprakarsai oleh CSIS di Jakarta 10-11 April pekan lalu. Menurut sebuah sumber di kalangan perutusan Australia, David Jenkins - yang dianggap "tahu banyak" tentang Indonesia - sebenarnya berminat mengikuti seminar tersebut. Namun, kementerian luar negeri Australia konon menyarankan agar ia tidak berangkat. Ada sementara pihaknya yang menduga, ada kaitan antara turunnya tulisan itu dan penolakan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus