TATKALA meninjau kesiapan keamanan Sidang Umum MPR di kompleks
Senayan Jumat pagi lalu, Pangkopkamtib Laksamana Sudomo sempat
mencoba kursi buat wakil presiden yang terletak di sebelah kiri
meja pimpinan. "Tempat duduknya enak," kata Sudomo sambil
tertawa. Bangkit berdiri, ia kemudian berkata pada para wartawan
"Pokoknya yang ingin tidak mendapat, yang mempersiapkan diri
juga tidak berhasil, tapi yang tidak inin dan tidak
mempersiapkan diri malah yang mendapat."
Teka-teki Sudomo itu ternyata terjawab hari itu juga. Di
kediaman Pak Harto, Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat, pagi itu
Wakil Ketua Fraksi Karya Pembangunan R. Soekardi mengungkapkan
satu nama calon wakil presiden untuk priode 1983-1988: Umar
Wirahadikusumah.
Banyak yang kaget. Nama Umar Wirahadikusumah selama ini memang
tidak tercantum dalam "daftar nominasi". Ia malah dianggap
"tidak masuk hitungan". Namun kejutan itu akhirnya memang
terjadi: Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (Bapeka) Jenderal (Pur)
Umar Wirahadikusumah, 59 tahun, yang tampaknya memang tidak
ingin dan tidak mempersiapkan diri menjadi wapres, malah yang
terpilih menjadi calon.
Soekardi mengunghapkan nama Umar atas nama tiga fraksi terbesar
di MPR: F-KP, F-ABRI dan F-Utusan Daerah yang secara bersama
menguasai sekitar 83% dari 920 kursi MPR - setelah pimpinan
ketiga fraksi tersebut berkonsultasi dengan Presiden Soeharto.
Belum adapenjelasan yang pasti kapan konsultasi itu pertama kali
diadakan. Yang baru dikemukakan adalah pokok pembicaraan. Dua
masalah yang dikonsultasikan adalah bahan-bahan yangtelah
diputuskan Badan Pekerja (BP) MPR, berupa Rancangan Ketetapan
(Rantap) dan Rancangan Keputusan (Rantus) serta personalia calon
preslden dan wapres.
Menurut Soekardi, dalam pertemuan itu tri fraksi memohon sekali
lagi kesediaan Presiden Soeharto untuk dicalonkan lagi sebagai
presiden periode 5 tahun mendatang. "Penegasan kembali ini
penting sekali bagi tri fraksi karena pada tanggal 8 Maret,
yaitu 3 hari sebelum Sidang Umum MPR berakhir, fraksi-fraksi
sudah harus mengajukan calon mereka untuk jabatan presiden,"
ujar Soekardi.
Dan kepada pimpinan tri fraksi tersebut, yakni: soekardi,
Sapardjo dan Cosmas Batubara (I:-KP), Soenanda Prijosoedarmo dan
ladi Thayeb (Utusan Daerah) serta Kharis Suhud dan Soebijono
(F -ABRI), Pak Harto menyatakdn kesediaannya untuk dicalonkan
kembali, "jika dikehendaki rakyat dan bila MPR mencalonkannya".
Mengenai calon wapres, kata Soekardi, setelah melalui serangkai
tukar pikiran antara tri fraksi, Pak Harto terdapat "kesamaan
pandangan" untuk mengajukan calon tunggal Umar Wirahadikusumah.
Belum ada keterangan yang positif dari mana mula-mula nama Umar
hadir dalam pertimbangan. Yang pasti, ia dianggap tokoh yang
dapat diterima dan mempunyai kemampuan untuk Jabatan wapres.
"Kami tri fraksi, mempunyai keyakinan besar bahwa sebagai
seorang pejuang Bapak Umar Wirahadikusumah tidak akan menolak
satu pun tugas yang diberikan oleh rakyat," kata Soekardi.
Mengapa Umar? Ada beberapa alasan. Satu di antaranya disebut
Soekardi: pada waktu situasi kritis meletusnya G30S/PKI di tahun
1965, Umar Wirahadikusumah yang menjabat Pangdam V/Jaya,
merupakan orang yang paling dekat dan paling dulu membantu Pak
Harto (yang waktu itu menjabat panglima Kostrad) menumpasnya.
Atas dasar itu, menurut Soekardi, "beliau pun akan dapat
membantu Pak Harto seperti itu dalam rangka menghadapi segala
kesulitan bangsa di masa mendatang".
Wakil Ketua F-KP Cosmas Batubara menyebut pertimbangan lain,
yang tampaknya lebih menonjol. "Keinginan politik kami adalah
aar dalam Pelita IV fungsi pengawasan lebih didorong. Karena
itu untuk mengisi jabatan wapres kriteria ini kami pakai,"
katanya pada TEMPO, Jumat lalu.
Pertimbangan perlu ditingkatkannya pengawasan bukan karena
pengawasan sekarang ini dianggap lemah. "Kami tidak
membandingkan itu. Kemauan politik kami adalah ingin
meningkatkannya. Karena itu diambil orang yang berpengalaman
untuk membantu Presiden," kata Cosmas. Resesi ekonomi dunia
membuat tantanan yang harus dihadapi Indonesia semakin berat.
"Untuk itu kita harus lebih efisien menggunakan dana yang makin
terbatas. Dan ini termasuk juga tugas pengawasan," tambah
Cosmas.
Tentang alasan diumumkannya nama calon wapres oleh tri fraksi
tiga hari sebelum SU MPR mulai, menurut Cosmas, "supaya tidak
terlalu banyak teka-teki di masyarakat". Di samping itu juga
"agar Sidang Umum MPR nanti lebih terarah".
Alasan itu benar. Pencalonan Umar dengan seketika memadamkan api
desas-desus dan spekulasi yang selama beberapa bulan terakhir
ini berkecamuk. Dan sekaligus mungkin juga membenamkan ambisi
beberapa tokoh yang melirik pada kursi wapres. Meskipun tak
pernah ada yang terang-terangan menunjukkan hasrat menjadi orang
nomor dua di pucuk Republik, rupanya bagi beberapa kalan
keputusan di etahul Juga siapa yang memendam rasa bagaimana
proses terpilihnya Umar sebagai calon wapres?
Menurut suatu sumber, penggodokan nama calon wapres sudah
berlangsung beberapa pekan terakhir ini. Wakil Ketua F-KP di
MPR, Soekardi, dalam proses rembukan ini konon sangat menonjol.
Dialah yang kabarnya mewakili tri fraksi dalam proses rembukan
awal dengan Pak Harto. Menurut sumber lain, Pak Harto meminta
bantuan saran dari ketiga fraksi tersebut karena masalah calon
wapres ini dianggap "peka", antara lain karena "semua calon yang
disebut adalah teman".
Konsultasi resmi antara pucuk pimpinan tri fraksi dengan Pak
Harto, termasuk yang terjadi Jumat pagi lalu, berlangsung dua
kali. Menurut Soekardi, nama calon van diajukan ketiga fraksi
itu bisa digoongkan dalam 2 kelompok. "Kelompok pertama adalah
nama-nama yang diajukan masyarakat, baik dari oranisasi formal
maupun yang disebut media massa. Kelompok kedua adalah para
ketua lembaga negara tinggi dan tertinggi negara, termasuk wakil
presiden yang sekarang," kata Soekardi. Jumlah nama yang
diajukan, menurut Kharis Suhud, 9 orang.
Kabarnya Pak Harto berkeberatan kalau yang dicalonkan wapres
ini orang yang dianggap sudah "mencalonkan diri" dan "punya
pamrih". Tatkala tercapai "kesamaan pandangan" bahwa calon
wapres harus memenuhi kriteria mampu meningkatkan fungsi
pengawasan, dicari dari sejumiah nama tersebut yang memenuhi
kriteria itu. "Begitu sampai pada kriteria yang menyangkut
pengawasan, tinggal satu nama yang ada, yaitu Pak Umar
Wirahadikusumah," kata seorang pejabat tinggi.
Umar Wirahadikusumah sendiri kabarnya ditawari jabatan tersebut
pada 21 Februari, tatkala ia dipanggil Pak Harto datang ke Jalan
Cendana 8. Dan sebagaimana mestinya seorang militer, Umar
menyatakan kesediaannya dan siap menjalankan tugas sebagai
wapres.
Sehari kemudian kepastian pencalonan Umar dibicarakan oleh para
pimpinan tri fraksi. Esoknya Pak Harto menyampaikan kepada Menko
Polkam M. Panggabean, Menhankam Jenderal M. Jusuf dan Ketua
MPR/DPR Amirmachmud tentang keputusan tri fraksi memilih Pak
Umar sebaai calon wapres. Ketiga fraksi itu sendiri kabarnya
tidak pernah mendatangi atau menemui Umar. Dan Jumat 25 Februari
lalu, secara resmi diungkapkanlah pada pers pencalonan Umar
Wirahadikusumah.
Kerahasiaan pencalonan Umar ternyata sangat rapat. Di kalangan
tri fraksi sendiri kurang dari sepuluh orang saja yang tahu.
Banyak menteri yang baru tahu hari Jumat pagi itu juga.
Karena ketiga fraksi ABRI, Utusan Daerah dan Karya Pembangunan
menguasai mayoritas di MPR, hampir bisa dipastikan pencalonan
Umar akan gol dan dia akan tampil sebagai wapres RI yang keempat
setelah Bung Hatta, Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.
Dua fraksi parpol di MPR, F-PDI dan F-PP, tampaknya akan
mendukung pencalonan Umar. Ketua F-PP Sudardji menganggap
pencalonan Umar Wirahadikusumah sebagai wapres "tepat".
Fraksinya sendiri juga akan mengusulkan Umar. "Tapi ini jangan
dianggap meniru atau mengikuti," ujarnya.
Alasan yang lebih jelas dikemukakan Ketua Umum DPP PPP J. Naro.
"PPP secara resmi sudah mencalonkan Soeharto sebagai presiden.
Maka jika Pak Harto menyetujui seseorang sebagai wakil presiden,
otomatis PPP akan setuju," katanya Senin lalu. Namun fraksinya
akan berkonsultasi dengan Pak Harto mengenai kepastian
pencalonan tersebut.
F-PDI juga menerima pencalonan Umar. Jumat malam lalu pimpinan
PDI langsung mengadakan rapat membicarakan masalah ini. Seusai
pertemuan itu Ketua Umum DPP PDI Soenawar Soekowati mengatakan
PDI pada prinsipnya setuju dengan pilihan Presiden. Namun dalam
pekan ini F-PDI akan berkonsultasi dengan Presiden Soeharto
untuk menanyakan apakah betul Kepala Negara menyetujui calon
tersebut.
Umumnya semua pihak menilai, sebagai ketua Bepeka selama 10
tahun (1973-1983) Umar Wirahadikusumah cukup berhasil. "Beliau
nyata-nyata tidak pernah menutupi kelemahan departemen," kata
Soekardi. "Inilah salah satu sebab mengapa tri fraksi memilih
Pak Umar," tambahnya.
Prestasi Umar juga diakui Menmud Urusan Perumahan Rakyat Cosmas
Batubara. "Saya sendiri beberapa kali mendapat laporan Bepeka
tentang kegiatan Perum Perumnas. Rasanya obyektivitas
penelitiannya ada. Ini tentu berkat kepemimpinan dari pimpinan
Bepeka sendiri. Kami harapkan pengalamannya di Bepeka dulu akan
diterapkan untuk mengawasi pembangunan daam jabatan wapres
nantinya," katanya.
Menurut suatu sumber, selama Bepeka dipimpin Umar pengawasan
pembangunan semakin meninkat, walau hasil sebenarnya tidak
pernah diungkapkan kepada umum. "Kalau dulu Pertamina dan Bulog
sulit sekali diperiksa, sekarang Bepeka bisa 'masuk'," katanya.
Hasil Pemeriksaan Tahunan (Haptah) Bepeka juga selalu tepat pada
waktunya diserahkan kepada DPR. Secara fisik, tampaknya Bepeka
mengalami kemajuan pesat: gedung barunya di Senayan diresmikan
pada 1979 setelah bertahun-tahun instansi ini "menumpang" di
gedung DPR/MPR, Senayan. Jumlah karyawannya juga membengkak dari
400 menjadi sekitar 1.500.
Umar Wirahadikusumah sendiri tidak pernah banyak bicara. Ia
malahan mengesankan seorang yang suka menghindarkan diri dari
pemberitaan pers. Ia mula-mula malah menolak pengawalan yang
memang secara protokoler diberikan, setelah pencalonannya
sebagai wapres, dengan alasan "belum waktunya".
Toh setelah pencalonannya sebagai wapres diumumkan, ia bersedia
berbicara juga - walaupun sedikit. "Sebagai pejuang, saya tidak
pernah menolak beban tugas yang dipikulkan kepada saya," ujarnya
berulang kali. Tentang pencalonannya sebagai wapres, "kalau
saya diminta, dan bila Pak Harto menganggap saya dapat bekerja
sama dengan beliau, saya bersedia".
Kegembiraan meledak di Bepeka begitu pencalonanan Umar
diumumkan. "Semua orang yang pernah bekerja sama dengan Pak Umar
merasa bangga dengan terpilihnya sebagai calon wapres," ujar M.
Nawawi Alif, penasihat ahli di Bepeka sejak 1973. Sebelumnya
sewaktu Umar menjabat Kepala Staf TNI-AD, Nawawi pernah menjadi
bawahannya sebagai kepala Dinas Penerangan "Seandainya Bapak
jadi diangkat wapres, ini berarti sudah dua orang dari Bepeka
(yang pertama Sultan Hamengkubuwono IX) yang dipilih menjadi
wapres," tambahnya.
Bukan cuma orang Bepeka saja yang gembira. "Terus terang sebagai
orang Slhwangi, saya bangga ia meniadi wapres," kata Letjen
(Pur) H.R. Dharsono, bekas Pangdam VI/Siliwangi. Ia menganggap
Umar orang yang tepat untuk membawahkan bidang pengawasan karena
bersih, sederhana dan tidak suka bertindak aneh-aneh". Umar
Wirahadikusumah memang berasal dari Divisi Siliwangi. (lihat
Orang Bersih dan Sumedang).
Terpilihnya Umar sebagai calon wapres dengan sendirinya
menimbulkan pertanyaan: dipersiapkankah dia untuk menjabat
presiden dalam rangka suksesi kepemimpinan nasional? Apakah
dalam 5 tahun mendatang ini ia akan menjalani semacam "magang"
untuk menjadi kepala negara ?
Menurut Soekardi, dalam memilih Umar Wirahadikusumah, "Ketetapan
MPR bahwa bila presiden berhalangan tetap akan diganti wakil
presiden, juga menjadi pertimbangan". Namun ditegaskannya, tidak
ada pikiran untuk menjadikan jabatan wapres itu semacam
"magang". "Ketiga fraksi memikirkannya secara konsitusional.
Untuk memilih presiden nanti lima tahun mendatang, itu tugas
MPR," katanya. "Pemilihan Pak Umar sebagai wakil presiden sudah
dipertimbangkan dengan mendalam," tambahnya.
Usia Umar yang 59 tahun tampaknya menutupi kansnya setelah 1988.
Apa lagl Presiden Soeharto dalam amanatnya pada upacara prasetya
perwira lulusan Akabri, 22 Februari di Yogyakarta juga telah
menegaskan: dalam 5 tahun mendatang, proses alih tugas Generasi
45 kepada generasi yang lebih muda akan berlangsung tuntas.
Meskipun pencalonan Umar belum berarti menjawa persoalan
regenerasi, semua pihak tampaknya percaya kerja sama Soeharto
dan Umar Wirahadikusumah pada priode 1983-1988 akan bisa
berjalan lancar. Keduanya telah lama saling mengenal dan pernah
bekerja sama. Masa lima tahun mendatang, yang tampak lebih
sulit, memang membutuhkan suatu "dwitunggal" yang erat dan
terpadu. Soeharto-Umar diperhitungkan bisa memenuhi harapan
tadi. Ini terutama melihat pada sikap Umar Wirahadikusumah yang
tidak terkenal menyukai kontroversi. "Dari dia," kata seorang
analis politik, "tidak akan terdengar kalimat-kalimat yang
ramai. Dia berbeda dengan Adam Malik, seorang politikus sipil
dan bekas wartawan."
Adapun Adam Malik sendiri tidak berkomentar banyak tentang masa
depannya. Menurut seorang pembantu dekatnya, Adam memang tidak
ingin berbicara banyak saat ini. "Menurut beliau, nanti setelah
tidak lagi menjabat wakil presiden, beliau akan menjelaskan
segala sesuatunya," katanya.
Yang sudah jelas adalah, dalam jabatan, seperti dalam hal lain,
ada yang datang, ada yang pergi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini