Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kuningan - Sejak awal Februari sampai sekarang, sudah sekitar 300 ratus motor dan belasan mobil dibeli warga Desa Kawungsari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat setelah mendapat ganti untung proyek Bendungan Kuningan. Uang pergantian tanah dan bangunan dibagi tiga tahap, sudah dua kali dibagikan ke 279 bidang tanah. Sisanya 94 bidang belum dibayarkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desa Kawungsari merupakan desa yang paling rendah dibanding desa dan kecamatan sekitarnya, sehingga desa subur ini akan dijadikan dasar bendungan Kuningan yang memiliki kapasitas 25.96 meter kubik. Bendungan ini diharapkan akan mengaliri air seluar 3.000 hektar di sekitarnya hingga perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah. Pasokan air baku diperkirakan sebesar 0.30 meterkubik perdetik dan menghasilkan listrik sebesar 0.50 mega watt.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika Tempo sampai ujung desa pada Selasa 23 Februari 2021, terlihat 1 mobil dari Showroom Yamaha JG Kuningan, membawa 3 unit motor all new N-Max 155 cc seri terbaru. Beberapa warga yang melintas berhenti, meminta brosur dan melihat langsung motornya. Menurut Kepala Cabang Yamaha JG, Kiki Hekawati, dealernya sudah menjual 10 unit N-Max terbaru dengan harga 29.3 juta rupiah untuk non abs dan 33.9 juta abs, semua tunai. Karena tidak mungkin diberi kredit. “Mereka yang beli motor karena sudah dapat uang ganti, data yang kami dapat sudah 300 unit motor berbagau merk terjual disini, kami tadi ke desa itu mendata warga yang akan beli motor lagi,” kata Kiki kepada Tempo, Selasa 23 Februari 2021.
Lokasi yang akan dijadikan bendungan Kuningan, seluas 221 hektar akan mengaliri sawah seluas 1.000 di kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan 2.000 hektar di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. TEMPO/DEFFAN PURNAMA
Menelusuri jalan berliku dengan turunan ekstrim, akhirnya sampai ke desa Kawung Sari, di persimpangan jalan, dekat warung kopi, sedikitnya ada 15 orang sales motor dan mobil yang sedang beristirahat setelah keliling kampung membagikan brosur dan menjelaskan spesifikasi kendaraannya. Sales mobil Toyota, Honda dan Daihatsu terlihat dari seragamnya, para sales motor menghitung hasil peminatnya.
Nopi Supriadi, sales sumber rejeki motor Honda bersyukur, motor PCX yang ditawarkan dibeli oleh beberapa orang, “Alhamdulillah, kemarin sudah laku sekitar 15 unit, tadi saya sudah mendapatkan calon pembeli juga, katanya kalau uangnya cair langsung bayar cash,” ujarnya sumingrah.
Saat Tempo menelusuri jalan desa itu, sebuah Toyota Avanza Veloz baru melintas, didalamnya seorang bapak berusia sekitar 55 tahun, Kusmawan, seorang pedagang dari RT 06/02, Kampung Wage, Desa Kawung Sari. Dia salah satu warga yang mendapatkan uang sekitar 1 miliar dari pergantian rumah, toko dan tanahnya.
Pada 5 ferbruari lalu, dia sudah mendapatkan uang tersebut, lalu dibelikan mobil baru harganya sekitar 200 jutaan, sebagian beli tanah untuk membangun ruko untuk usahanya. “Sisanya buat modal usaha dan tabungan sekolah anak saya. Hampir semua warga mendapatkan uang pergantian yang fantastis itu sukanya, dukanya belum tahu kedepannya seperti apa,” katanya. Berbeda dengan tetangganya, Kusmawan tidak membeli motor karena sudah memiliki 3 buah.
Menelusuri perkampung melintasi jalan bersemen, suasana asri desa ini begitu sejuk. Warga masih melakukan aktifitasnya seperti biasa, seolah memuaskan diri sebelum tanah kelahiran mereka ditenggelamkan. Beberapa rumah yang dilintasi tampak motor baru berbagai merk yang belum memiliki plat nomor. Anak-anak perkampungan itu masih bermain seperti biasa, pedagang es krim dan mainan menunggu di dekat mereka.
“Neng namanya siapa, sekolah dimana,” tanya saya kepada bocah yang sedang mengasuh adiknya yang berusia sekitar satu tahun. “Silvi, kelas VI SD 4 kawungsari,” jawabnya. Ternyata dia sudah diberitahu orang tuanya bahwa mereka harus pindah sebelum bulan Juli. Terlihat ponsel milikinya baru, kereta bayipun sebagian masih terbungkus plastik.
Saat memotret suasana kampung tidak terasa, ada sekitar 10 ibu-ibu sedang memasak, ternyata itu rumah Kepala Desa Kawungsari, Kusto. Saat diwawancara di rumahnya Kusto yang juga kepala Sekolah Dasar di desanya sedang didatangi beberapa warga, sales motor dan karyawan Bank.
Selanjutnya: Warga bedol desa akan mendapat rumah tipe 28..
Kusto yang baru menjabat tahun 2018 lalu merupakan salah satu orang kayak mendadak karena mendapatkan uang ganti lahan satu miliar lebih. Menurutnya, uang pergantian tanah dan bangunan yang sudah cair, sebanyak 386 bidang, Jumlah warga desa sebanyak 1.156 jiwa atau 362 kepala keluarga. Sekitar bulan Juli desa ini akan tinggal kenangan. Dia menceritakan uang pergantian tanah dan bangunan dari Pemerintah cukup lumayan, satu meter persegi bisa dihargai sekitar 322-366 ribu, tergantung lokasi dan NJOP tanah. Sawah diawal pergantian 100 ribu rupiah per meter, harga ini tentu sangat sesuai, karena selama ini di desa tersebut harga sawah perbata (14 meter persegi) hanya di jual sekitar 750-1 jutaan.
Dia sendiri mendapat ganti rugi rumah dan bangunan seluas 305 meter persegi, 2 bidang tanah dan tanaman luasnya mencapai 750 meter persegi di lokasi strategis. “Saya tidak membeli mobil karena sudah punya, motor juga punya, jadi uangnya ditabung di bank untuk sekolah anak,” jelasnya. Kebetulan awal bulan Maret dia akan menikahkan anaknya yang bekerja di Jakarta, ya resepsi pernikahan pertama sekaligus terakhir di desa tanah kelahirannya yang sudah ditempati selama 51 tahun.
Menurutnya Pemerintahan desa Kawungsari akan dipindahkan sementara ke Desa Sukarapih, tata kelola desa sedang dipersiapkan termasuk lahannya yang diatur oleh Pemkab Kuningan. Karena bedol desa, seluruh wilayah akan menjadi dasar bendungan, warga diberi fasilitas perumahan tipe 28 di desa Sukarapih yang saat pengerjaannya baru 40 persen. Sedangkan pemakaman umum desa tersebut tidak terkena dampak karena berada di posisi bukit. “Warga saya sedih karena rumah yang tadinya besar dan halamanya luas jadi rumah tipe 28, tapi mereka gembira dapat uang, informasinya sudah 300 motor dan 20an mobil dibeli mereka.”
Ketika Tempo mengunjungi kantor Bendungan Kuningan seorang penjaga yang tidak ramah melarang untuk memotret desa yang bakal ditenggelamkan dengan alasan tidak jelas , begitu juga ketika mencoba meminta ijin masuk ke bakal lokasi Bendungan Kuningan, seorang penjaga menyebutkan harus ijin dulu ke pihak keamanan di Koramil Cibeureum dan ijin dari Instansi yang sedang membangun bendungan ini.
Bendungan Kuningan direncanakan tahun 2013 lalu baru terealisasi sekitar tahun 2018 dengan menelan biaya APBN sebesar 519 miliar. Seharusnya selesai tahun 2020 namun karena kendala ganti uang lahan pencairan danapun tertunda. Bendungan ini akan mendapatkan pasokan air dari Sungai Cijangkelok dan dapat mengaliri sawah seluas 1.000 hektar di kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan 2.000 hektar di kabupaten Brebes Jawa Tengah.
DEFFAN PURNAMA