Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dapat rumah, tanpa mandor

Dirjen perla, haryono nimpono, menghadiahkan rumah kepada pekerja-pekerja pelabuhan di pulang pisau, kalimantan selatan, banjarmasin dan samarinda. mereka juga diasuransikan.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BURUH-BURUH pelabuhan mulai berbesar hati. Sekurang-kurangnya demikian yang dirasakan mereka di Pulang Pisau (Kalimantan Selatan), Banjarmasin dan Sarnarinda. Dirjen Perhubungan Laut, Haryono Nimpuno, akhir bulan lalu secara beruntun telah menghadiahkan sebanyak 454 buah rumah bagi para pekerja pelabuhan yang biasa memakai baju seragam bertulisan UKA (Usaha Karya) itu. Di Pulang Pisau dari 400 buah rumah yang direncanakan baru 50 buah yang dibagi-bagikan. Sementara untuk para buruh pelabuhan Banjarmasin dan Samarinda masing-masing 54 dan 350 buah. Pelabuhan Pulang Pisau dewasa ini mempekerjakan 583 orang buruh. Pelabuhan ini umumnya dipergunakan untuk lalu-lintas kayu gelondongan yang dalarn 3 tahun belakangan ini semakin sibuk. Sedangkan bagi 1.015 orang buruh pelabuhan Banjarmasin, direncanakan akan dibuatkan 600 rumah meskipun baru sebagian kecil saja yang diserahkan Dirjen Perhubungan Laut. Begitu pula meskipun baru diselesaikan 350 buah rumah, tapi ,ntuk para pekerja pelabuhan Samarinda, tak lama lagi akan dirampungkan pula 400 buah rumah. "Semua ini baru tahap pertama", kata Haryono Nimpuno ketika meresmikan rumah-rumah itu. Rumah-ruman itu selain dilengkapi listrik rata-rata 300 wat, terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi berdinding serta berlantai kayu dan beratap sirap. Para buruh yang mendapat rumah terdiri dari mereka yang paling sedikit telah bekerja S tahun di pelabuhan. Bila dalam waktu 15 tahun si buruh bekerja terus-menerus, rumah itu akan dengan sendirinya menjadi miliknya. Anak-Anak Ayam Tapi dengan rumah-rumah itu tak hanya akan meningkatkan prestasi kerja para buruh pelabuhan. Menurut Newa Piara, Administratur Pelabuhan Banjarmasin taraf hidup mereka juga menanjak. "Ini karena sudah tidak ada sistim mandor lagi", ucap Haryono Nimpuno. Dulu sebelum mereka tergabung dalam UKA, tiap bulan penghasilan mereka hanya sekitar Rp 5.000 saja. Tapi sekarang meloncat jadi rata-rata Rp 50.000. Sebagai diketahui para mandor itu punya peranan cukup besar di kalangan para buruh pelabuhan. Para mandor mengharuskan setiap anak buahnya menyetorkaul seluruh pendapatannya. Berapa bagian imtuk si pekerja sepenuhnya akan tergantung dari si mandor, entah ba gaimana ia membuat ketentuan. Tapi sekarang semua upah yang didapat langsung masuk ke dalam kantong sang buruh. Belum cukup itu saja. Masih menurut Dirjen Perhubungan Laut, selain pendapatan dan perumahan, bagi para buruh pelabuhan juga akan diberikan asuransi kecelakaan, pendidikan dan latihan, kesehatan dan pesangon bagi mereka yang terkena peremajaan. Bahkan di Samarinda di samping meresmikan proyek perumahan, Haryono Nimpuno juga menyerahkan 100 ekor anak ayam. "Ini untuk modal pertama Koperasi Karyawan Maritim", ucapnya sambil menyatakan berdirinya koperasi bagi para pekerja pelabuhan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus