APA yang terlintas di benak Anda begitu mendengar kata bom? Sebuah benda bulat hitam dengan sumbu menyala? Atau sederet tabung yang terikat satu sama lain seperti rakit mini di sungai dengan sebuah jam yang tengah berdetak bak tergambar dalam film-film kartun atau komik anak-anak?
Apa pun bayangan Anda, sesungguhnya bentuk bom itu bermacam-macam. Kadang tak beraturan. Bom lazimnya terdiri dari dua komponen, yaitu bahan peledak dan pemicu atau detonator. Detonator merupakan suatu rangkaian yang berfungsi untuk meledakkan bahan peledak melalui reaksi kimia, misalnya percikan atau gesekan.
Bahan peledaknya terdiri dari pelbagai jenis, misalnya bom ikan (potasium sulfida)?ini konon yang dipakai mengebom Ramayana Dept. Store di Jalan Sabang, Jakarta, dan Plaza Hayam Wuruk tempo hari?dan bom pupuk (amonium nitrat). Ada juga jenis trinitro toluena (TNT), seperti yang menggegerkan Masjid Istiqlal pekan silam. Jenis peledak ini, menurut sumber TEMPO, biasa dipakai nelayan, pertambangan, dan militer.
Selain TNT, ada beberapa bahan peledak lain yang sering dipakai militer, misalnya PETN (pentaerythritol tetranitrat), RDX (formula development explosive), Semtex (semtin explosive), dan C-4 atau bom plastik. Yang terakhir ini sering disebut-sebut dalam film laga Hollywood, seperti pernah dimainkan aktor Steven Seagal, atau Sylvester "Rambo" Stallone.
Menurut sumber TEMPO, bahan peledak TNT biasanya dijual sudah dalam bentuk batangan hasil kemasan pabrik. Ini karena ia banyak digunakan kalangan militer sehingga harus praktis dan aman. Di Indonesia, TNT bisa dibeli, salah satunya di PT Dahana, sebuah perusahaan milik negara yang strategis yang ada di Bandung. Tentu saja, dengan izin khusus dari kepolisian. Warnanya terang agak kekuning-kuningan.
Adapun bahan peledak plastik C-4, yang sangat disukai teroris internasional, biasanya berbentuk balok persegi setebal 1 inci, lebar 2 inci, dan panjang 11 inci. Setiap balok terbungkus plastik hijau atau transparan. Beratnya 562,5 gram. Warnanya putih bersih. Tapi, yang terakhir ini lebih susah diperoleh ketimbang jenis peledak lain.
Lantaran mungil, C-4 menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan militer dan, tentu saja, para teroris. Bahan aktifnya berupa campuran cyclotrimethylene trinitamine, yang sama sekali tidak berbau. Inilah, mungkin, yang membuat si mungil jadi favorit para teroris. Apalagi, kabarnya, selain tanpa bau, ia juga sulit dideteksi. Pakar bom menyebut bom plastik jenis tertentu yang lebih gampang dideteksi ketimbang yang lain.
Caranya? Diberi kontaminan atau bahan campuran tertentu. Kontaminan ini menyebabkan C-4 jadi mudah dideteksi. Enam dari tujuh pabrik C-4 di Amerika Serikat, misalnya, menggunakan nitrogliserin atau campuran EGDN yang sering dipakai dalam pembuatan dinamit untuk mengontaminasi produk C-4 buatannya, agar gampang terdeteksi oleh penciuman anjing pelacak atau alat sensor mekanis.
Daya hancurnya bisa juga diukur. Sumber TEMPO, yang juga perwira operasi di salah satu unit penjinak bom, mengatakan bahwa kekuatan ledakan diukur dengan detonasi. Makin kuat ledakan, detonasinya makin tinggi. TNT termasuk bahan peledak yang detonasinya tinggi. Di Barat, para ahli bom memiliki apa yang disebut "tabel kehancuran relatif suatu peledak dengan empasan". Ini semacam indeks urut-urutan kemampuan suatu jenis peledak menghancurkan benda-benda di sekitarnya.
Dalam tabel itu, indeks TNT mencapai 1,0; amonium nitrat 0,42; dinamit antara 0,6 dan 0,9; dan C-4, Semtex, serta PE-4 Inggris bernilai 1,3 atau 1,35. Jadi, C-4 kira-kira sepertiga lebih kuat ketimbang TNT. Dengan indeks kekuatan sebesar ini, sebagai gambaran, seperempat kilo bom plastik C-4 mampu menghancurkan sebuah pesawat Pan Am 103.
Salah satu peristiwa yang mampu menggambarkan kekuatan ledakan bom pupuk, sekaligus banyak dikenang orang, terjadi pada 26 Februari 1993 di Gedung World Trade Center, Manhattan, Amerika Serikat. Beberapa situs di internet menyebut bahwa bom yang menewaskan enam orang dan melukai lebih dari seribu orang itu terbuat dari 1.200 pon bahan peledak amonium nitrat dan bahan lain. Biayanya sekitar US$ 400.
Bom pupuk amonium nitrat kembali "unjuk gigi" pada 19 April 1995. Kali ini yang ketiban sial Gedung Alfred P. Murrah, Oklahoma City, Amerika Serikat. Satu ton bom ini mampu merontokkan bangunan bertingkat yang banyak dihuni karyawan FBI itu dan membunuh 167 orang. Dahsyat, bukan?
Wicaksono, Arif A. Kuswardono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini