Dari Skalu sampai SPMB

Tiga puluh dua tahun lalu, demi efisiensi, lima perguruan tinggi negeri (PTN) mulai melakukan seleksi bersama untuk menjaring calon mahasiswa. Namanya Sekretariat Kerjasama Antar-Lima Universitas (Skalu). Anggotanya Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga (Unair).

Sistem ujian masuk serentak ini terbukti mampu menghemat waktu dan biaya. Calon mahasiswa tak perlu melakukan perjalanan jauh untuk mengikuti beberapa ujian masuk perguruan tinggi favorit di waktu dan tempat berbeda.

Pada 1979, peserta tes bersama ini bertambah menjadi 10 universitas dengan bergabungnya Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Brawijaya (Unibraw), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Sumatera Utara (USU). Sistem ini dinamakan Proyek Perintis 1. Saat itu pemerintah juga membuka Proyek Perintis 2 berupa penerimaan mahasiswa baru tanpa tes di IPB, UI, ITB, dan UGM.

Mekanisme serupa diterapkan juga dalam proyek serupa. Ada Proyek Perintis 3 berupa tes masuk di 23 perguruan tinggi negeri ”kelas dua” seperti Universitas Negeri Sebelas Maret, Universitas Jember, dan beberapa perguruan tinggi di luar Jawa. Ada juga Proyek Perintis 4 untuk tes ke institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP). Pada saat itu, seorang peserta bisa mengikuti tes di Proyek Perintis 1, 3, dan 4 karena digelar tidak bersamaan.

Beberapa tahun berjalan mulus, pada 1984 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melangsingkan proyek-proyek ini dengan menggabungkan semua perguruan tinggi negeri dalam Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru). Untuk seleksi tanpa tes masuk digelar Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Enam tahun kemudian, PMDK dihapus dan Sipenmaru berubah menjadi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Pada 2001, UMPTN berubah nama menjadi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) hingga kini.

D.A. Candraningrum