Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Demam dan Kejang Seusai Vaksinasi

Trio Fauqi Virdaus, pemuda asal Jakarta Timur, meninggal setelah divaksin dengan AstraZeneca. Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca batch CTMAV547. 

17 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Bandung, Jawa Barat, 7 April2021. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Seorang pemuda di Jakarta Timur meninggal setelah mendapat vaksinasi AstraZeneca.

  • Penggunaan dan distribusi AstraZeneca batch CTMAV547 ditangguhkan sementara.

  • Komnas KIPI menyatakan perlu menunggu hasil investigasi untuk memastikan penyebab meninggalnya pemuda itu.

Pemuda asal Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur, bernama Trio Fauqi Virdaus meninggal sehari setelah menjalani vaksinasi pertama vaksin AstraZeneca. Pemuda berusia 22 tahun yang bekerja di PT Pegadaian itu menjalani vaksinasi pada 5 Mei lalu di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika pulang ke rumah setelah menjalani vaksinasi, ia mengalami demam. Trio enggan dibawa ke rumah sakit lantaran merasa gejala yang dialaminya umum terjadi. Keesokan harinya, ia dibawa ke rumah sakit lantaran mengalami kejang-kejang. Kondisinya semakin lemah, sehingga sekitar pukul 11.00 WIB, Trio dibawa pihak keluarga ke rumah sakit terdekat, yaitu RS Asta Nugraha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kakak Trio, Sabbihis Fathun Vickih, mengatakan kondisi adiknya sehat dan bugar sebelum menerima vaksin. Vickih menuturkan adiknya juga tidak memiliki riwayat penyakit tertentu. “Kami enggak pernah tahu ada penyakit apa pun. Biasanya sakit pilek, flu. Kalau sakit kanker, enggak ada,” kata dia. Kemudian, sekitar pukul 12.30 WIB, sehari setelah divaksin, dokter menyatakan Trio meninggal.

Akibat kejadian yang menimpa Trio, Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan sementara penggunaan dan distribusi vaksin AstraZeneca. Penghentian sementara ini berlaku untuk batch atau kumpulan produksi dengan kode CTMAV547. BPOM sedang menguji toksisitas dan sterilitas AstraZeneca batch dengan kode CTMAV547. AstraZeneca batch ini berjumlah 448.480 dosis, merupakan bagian dari 3.852.000 dosis yang diterima pada 26 April lalu.

Pemberian vaksin Covid-19 Sinovac Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, 7 April 2021. TEMPO/Prima Mulia

Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan penghentian ini merupakan bentuk kehati-hatian pemerintah dalam urusan keamanan vaksin AstraZeneca. Namun ia menyebutkan penggunaan vaksin AstraZeneca di luar nomor batch yang dihentikan itu terus berlanjut. “Penggunaan vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan karena vaksinasi Covid-19 membawa manfaat lebih besar,” kata dia, kemarin.

Pada 11 Mei lalu, Siti Nadia pernah menyebutkan bahwa vaksinasi masih akan tetap berjalan. Ia beralasan belum terdapat cukup bukti bahwa meninggalnya Trio berhubungan langsung dengan vaksinasi yang dijalaninya.

Di Maluku, seorang personel Brimob bernama Inspektur Satu Laurens Tenine dikabarkan meninggal setelah menerima vaksin AstraZeneca. Ia meninggal lima hari setelah disuntik. Namun, berdasarkan penelusuran tim medis, ia meninggal lantaran positif Covid-19 sebelum mendapat suntikan vaksinasi.

Kejadian penghentian ini pernah terjadi di Sulawesi Utara pada akhir Maret lalu. Saat itu, terdapat laporan keluhan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dari ratusan orang berupa demam, mual, dan nyeri badan. Namun akhirnya vaksinasi tetap dilanjutkan lantaran hasil investigasi menunjukkan kejadian ikutan yang ada termasuk kategori ringan.

Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) menyatakan KIPI di Sulawesi Utara pada akhir Maret lalu tergolong ringan dan merekomendasikan imunisasi menggunakan produk vaksin tersebut dilanjutkan. Ketua Komnas KIPI, Hinky Hindra Irawan Satari, mengatakan kajian sudah dilakukan dan KIPI yang terjadi di Sulawesi Utara tergolong ringan serta tidak berlangsung lama dan sebagian kecil berkaitan dengan kecemasan peserta vaksinasi.

Sementara itu, untuk kejadian yang menimpa Trio di Jakarta, Komnas KIPI sudah melakukan investigasi sejak 7 Mei lalu. Hinky menyebutkan investigasi membutuhkan waktu 2-3 pekan. Ia menyampaikan sampai saat ini belum bisa dikatakan bahwa Trio meninggal lantaran vaksinasi, sehingga perlu menunggu hasil investigasi lebih lanjut.

Investigasi ini, kata Hinky, hanya akan menghasilkan dua keputusan. Penyetopan pemberian vaksin AstraZeneca ataukah tetap dilanjutkan. “Seharusnya steril, ya. Waktu awal masuk sudah diuji. Tapi kita lihat hasil investigasi nanti,” ucap Hinky, kemarin.

DEWI NURITA | ANT | DIKO OKTARA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus