KAMPUS ITB di jalan Canesa 10. Bandung, akhir minggu lalu masih
sepi. Seluruh kegiatan ITB kini terpusat di jalan Tamansari 64
yang biasanya merupakan jantung administrasi dan organisasi ITB.
Seluruh pimpinan ITB kini di sana. Bukan lagi Prof. Dr. Iskandar
Alisyahbana, bekas rektor ITB yang dibebastugaskan oleh Menteri
P & K hari Selasa 14 Pebruari lalu. Sebab Iskandar telah
menyerah-terimakan jabatannya kepada suatu Rektorium yang
diketuai Dr Soedjana Sapi'ie, hari Kamis 16 Pebruari.
Selain Soedjana Sapi'ie sendiri -yang lebih senang dipanggil Pak
Djon-anggota Rektorium itu adalah Prof. dr Moedomo, ir. Djuanda
Suraatmadja, dan Prof. ir. Wiranto Arismunandar. Bersama Prof.
Iskandar, keempatnya adalah anggota Dewan Pimpinan Operasionil
Pemulihan Kelancaran Pelaksanaan Fungsi ITB, yang dibentuk oleh
Senat ITB setelah 9 Pebruan lalu. Mungkin untuk menghormati
keputusan Senat ITB itulah, Menteri P & K Sjarif Thayeb dalam SK
14 Pebruarinya segera saja mengangkat keempat orang itu menjadi
pimpinan kolektif ITB, sampai terpilih seorang rektor baru.
"Saya tak pernah bermimpi ketiban tanggungjawab seberat ini,"
kata Dr Sapi'ie, hun, ketika ditemui wartawan TEMPO, Sabtu sore
minggu lalu. Sama-sama 'orang Elektro' seperti Prof Iskandar,
dalam periode rektor sebelumnya dia adalah Pembantu Rektor
bidang Afiliasi.
Rektorium kini 'sibuk mengadakan konsolidasi ke dalam" kata
Soedjana Sapi'ie. Begitu selesai serah-terima, diadakan briefing
dengan staf dosen. Habis itu, konsolidasi ke dalam lagi. Jumat
siang, pertemuan Rektorium dengan DM-ITB sebagai wakil
mahasiswa. Sabtu siang, pertemuan dengan para Ketua Departemen.
Malam harinya, Dr Sapi'ie sendiri - mewakili pimpinan kolektif
yang 4 orang itu, tentunya--menghadap Asisten I Pangdam VI, Kol.
Samallo.
Dia Optimis
Sabtu sore itu, dia menyatakan "optimis" rektoriumnya dapat
menormalisir kehidupan akademis di kampus ITB, seperti yang
dikehendaki Senat ITB dan pemerintah. Paling tidak, itulah tekad
dia pula. Katanya: "Saya tak peduli tentang politik. Saya hanya
menginginkan, kehidupan di kampus ini dapat dipulihkan kembali.
Masa kita harus begini terus? Pokoknya, saya akan tegas dalam
soal kehidupan akademis ini."
Apa langkah-langkah konkrit yang mau diambilnya, belum dapat
dijelaskannya waktu itu. Rektorium hanya memutuskan, pendaftaran
mahasiswa baru diselenggarakan minggu ini -- di jalan Tamansari
- hari Selasa sampai Sabtu. Kemudian I Maret kuliah dimulai,
tanpa Posnla. Tapi ada satu hal yang menyenangkan dia: jaminan
DMITB, bahwa calon mahasiswa baru yang 1300 orang itu tak akar,
diganggu-gugat. "Menurut DM, mahasiswa baru itu kan belum
anggota Keluarga Mahasiswa ITB, jadi mereka belum terikat pada
perjuangan mahasiswa ITB. Itu saya anggap fair, dan sikap
mal1asiswa itu sangat saya hargai,' tutur sang ketua Rektoriun.
Dr Sapi'ie juga mengharapkan agar kehidupan kampus lancar
kembali "sebelum sidang umum MPR". Berbicara tentang sidang Umum
itu sendiri, yang rencananya akan diselenggarakan mulai 11
Maret, Sapi'ie berkata: "Adalah kewajiban semua orang, membantu
menciptakan ketenangan yang dibutuhkan MPR untuk bersidang.
Alternatif lain kan tidak ada? Kecuali chaos dan analki."
Tentang kegiatan mahasiswa sebelumnya ibarat sepakbola
dianggapnya little bit offside" (sedikit keliwat garis). Tapi
itu menurut Sapi'ie, tak dapat disalahkan pada keadaan ekstern
di luar kampus saja. Katanya: "Apakah pimpinan yang lama,
termasuk saya, dan seluruh staf dosen lainnya, sudah
menjalankan fungsinya sebagai pendidik dengan baik " Menurut
dia, belum. Dengan kata lain: mawas diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini