Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (BEM FISIP Unair) menggelar acara peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional (HAPPI) di Amphitheater Kampus B Unair, Surabaya, pada 29 hingga 31 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara bertajuk "Abadi dalam Memori Menjaga Bara Api Reformasi" tersebut bertujuan untuk terus mengingatkan masyarakat, terutama sivitas akademika Unair, tentang kasus kejahatan hak asasi manusia (HAM) penghilangan paksa yang menimpa dua mahasiswa Unair, Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Herman merupakan mahasiswa program studi ilmu politik FISIP Unair angkatan 1990, sementara Petrus adalah mahasiswa program studi Ilmu komunikasi FISIP Unair angkatan 1993. Pada Maret 1998, bersama beberapa aktivis lainnya, mereka menjadi korban penculikan. Hingga saat ini, nasib mereka masih belum diketahui.
“Bahwa perjuangan kawan-kawan mahasiswa tahun 1998 dan khususnya kawan kami yang masih hilang sampai sekarang, yaitu Herman dan Bima, itu sebetulnya bukan hanya sesuatu yang kita pelajari pada masa lalu. Tapi memberikan catatan penting tentang saat ini,” kata dosen FISIP Unair, Airlangga Pribadi Kusman, saat menyampaikan orasi, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Menurut dia, sejak 2005 sudah ada upaya mendirikan monumen perjuangan, tetapi hingga kini izin dari kampus belum diberikan. “Kemenangan perjuangan-perjuangan yang ditegakkan oleh semangat kemajuan, semangat progresif, semangat untuk melawan demokrasi itu dimaterialisasi salah satunya dengan kenangan hadirnya monumen."
Dia menilai kenangan itu ditegaskan melalui simbol-simbol seperti prasasti, monumen, dan gedung-gedung, yang membuat masyarakat menyadari bahwa di Unair telah terjadi perjuangan mahasiswa. "Meskipun perjuangan dan pengorbanan itu terjadi pada 1998, penghormatan yang layak belum diberikan oleh sivitas akademika Unair," katanya.
Peringatan HAPPI 2024 menampilkan pameran lukisan bertema kejahatan HAM serta pemutaran film "Yang Tak Pernah Hilang". Puncaknya, mimbar demokrasi oleh sejumlah dosen Unair. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan lagu-lagu bertema kritik sosial dari kelompok musik Suar Marabahaya dan Lontar Band.