Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dua isu negeri maju

Kunjungan presiden soeharto ke jerman menghasilkan komunike bersama untuk kerja sama perlindungan terhadap lingkungan. masalah hak asasi dan ling- kungan jadi syarat kerja sama dengan negara maju.

13 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAIN isu hak-hak asasi, tampaknya, pelestarian hutan tropis merupakan isu yang oleh negeri maju menjadi "syarat" untuk melakukan kerja sama ekonomi dengan negeri berkembang. Kanselir Kohl pun tampaknya tak lupa mengajukan pesan ini kepada tamunya Presiden Soeharto. "Bila sekiranya Anda sependapat dengan kami, kami ingin turut ambil bagian dalam memelihara hutan tropis itu sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik dan dilestarikan," katanya. Tanda-tanda bakal adanya perminttan serupa ini bukannya tak disadari Indonesia. Jauh-jauh hari, persiapan telah dilakukan. Hasilnya, menurut Ali Alatas, adalah salah satu yang penting yang dihasilkan dalam kunjungan Presiden Soeharto ke Jerman: komunike bersama untuk melakukan kerja sama perlindungan terhadap lingkungan. Bagi Indonesia, menurut Menlu Alatas, inilah untuk pertama kalinya pernyataan bersama mengenai masalah lingkungan -- secara bilateral -- dibuat. Biasanya yang terjadi adalah, pernyataan bersama, seperti lewat PBB atau ASEAN. Gejala memunculkan isu lingkungan itu sudah pasti tidak jelek. Tapi, menurut Menlu Alatas, janganlah ini dijadikan pokok perselisihan baru antara negara maju dan negara berkembang. "Sekarang ini seolah-olah ada saling tuding," ucap Alatas. Lebih jauh dari itu, Ali Alatas melihat, jangan masalah lingkungan hidup itu dijadikan suatu syarat tambahan dalam kerja sama antarnegara di bidang ekonomi. Masalah lingkungan adalah masalah global. Dan harus ditangani secara bersama berdasarkan prinsip keselarasan. Artinya, yang kaya membantu lebih banyak. Kedua masalah itu -- hak-hak asasi dan lingkungan hidup -- kini memang cenderung semakin nyaring. Tapi Indonesia kini tak lagi menghadapi tudingan itu dengan emosional. "Dulu, kalau kita dituding, kalau tidak diam, atau kita marah," ujar Ali Alatas. Sekarang tak usah marah, dan kalau perlu berargumentasi. Ini memang memerlukan waktu dan kesabaran. "Sekarang kita merasa dalam posisi yang tak perlu membuat kita defensif. Dan sikap ini belum pernah terjadi sebelumnya," tambah Ali Alatas. Sikap baru inikah yang membuat Jerman tetap berjanji memberikan bantuan kepada Indonesia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus