Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENYAMBUT Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan pengurus Partai Demokrat yang menemaninya pada Jumat, 7 Oktober lalu, sebagai keluarga dan pasukannya. Agus, Ketua Umum Partai Demokrat, lantas menyebutkan bahwa hari itu juga mereka menjadi anggota pasukan dan keluarga Anies.
Percakapan Agus dan Anies di kantor pengurus pusat Partai Demokrat itu diceritakan dua pengurus partai tersebut kepada Tempo. Adapun Agus menyatakan para pejuang AHY—inisial putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu—telah menjadi pejuang Anies. “Insya Allah ini merupakan keberlanjutan dari perjuangan bersama,” demikian isi pesan di akun Instagram Agus.
Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan sempat bertemu empat mata sebelum mereka berdiskusi dengan pengurus Demokrat. “Mereka antusias menyimak pesan Mas Agus dan Mas Anies,” ujar Kepala Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Andi Arief.
Pertemuan Anies dan pengurus Demokrat menjadi safari politik pertama Gubernur Jakarta itu setelah resmi dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Partai NasDem, Senin, 3 Oktober lalu. Besar kemungkinan Demokrat akan bergabung dengan NasDem dan mendukung pencalonan Anies. Partai politik lain yang juga berpeluang mendukung Anies adalah Partai Keadilan Sejahtera.
Baca: Manuver Surya Paloh dan Jusuf Kalla Menjadikan Anies Baswedan Calon Presiden
Anies bukan orang baru di Demokrat. Pada 2014, ia mengikuti konvensi calon presiden partai itu, tapi kalah bersaing oleh bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan—juga tidak diajukan sebagai calon presiden oleh Demokrat. Namun kini dukungan dari Demokrat disebut-sebut bukan hanya cek kosong.
Di kalangan internal Demokrat, nama Agus digadang-gadang akan dipasangkan dengan Anies. Saat Anies datang ke kantor Demokrat, ia tanpa sungkan memperkenalkan relawan Anies-AHY. Dua petinggi Demokrat membenarkan kabar bahwa putra sulung Yudhoyono itu akan diajukan sebagai calon pendamping Anies Baswedan.
Sumber yang sama bercerita, Demokrat mengincar efek ekor jas dengan menjadikan Agus sebagai calon wakil presiden. Partai itu berharap perolehan suara yang dalam dua pemilihan umum terakhir merosot dari 10,19 persen menjadi 7,77 persen bisa melonjak. Namun dua elite Demokrat itu mengatakan partainya tak akan memaksakan Agus sebagai pendamping Anies.
Bagaimanapun calon wakil presiden akan ditentukan oleh anggota koalisi lain. Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat Andi Mallarangeng menuturkan partainya meminta Anies bertemu dengan petinggi PKS dan berdiskusi lagi dengan NasDem. “Kalau semua klop, kami siap deklarasi,” tuturnya.
Adapun Anies mengatakan pertemuan dengan Demokrat menjadi penanda untuk berjalan bersama menghadapi Pemilihan Umum 2024. “Keinginan untuk berjalan bersama itu bergerak dari seluruh arah,” ujarnya.
Tiga orang dekat Anies bercerita, bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sudah mengkalkulasi sosok calon wakil presiden. Nanti calon yang akan menjadi wakil presiden akan menyesuaikan dengan lawannya dalam Pemilu 2024. Selain itu, mereka menghitung kekuatan teritorial calon wakil presiden di daerah agar bisa menambah pundi-pundi suara.
Baca: Peran Mantan Pendukung Jokowi yang Kini Menyokong Anies Baswedan
Survei Charta Politika pertengahan Juni lalu menyebutkan elektabilitas Anies unggul di Sumatera, Banten, dan Jakarta. Ia mengalahkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo. Namun Anies keok di Jawa Barat, Kalimantan, dan Sulawesi karena pemilih cenderung memilih Prabowo.
Di sejumlah tempat, Anies juga kalah oleh Ganjar. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu diperkirakan menang di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Seorang politikus NasDem mengatakan survei itu dibahas dalam forum mingguan yang juga dihadiri petinggi Demokrat dan PKS. Di lingkungan internal Partai NasDem sendiri muncul tiga nama calon wakil presiden, yaitu Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Andika Perkasa; Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa; dan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, Direktur Wahid Institute.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo