Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Guci wasiat sang penggembala

Perhitungan kredit pinjaman melalui Yayasan Keluarga Adil Makmur. Cuma dengan modal Rp 260.000 & mendapatkan 26 anggota baru, anggota menerima uang kontan Rp 3.940.000 plus Rp 9,6 juta 15 th kemudian.

13 Februari 1988 | 00.00 WIB

Guci wasiat sang penggembala
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BARU berdiri Juni 1987, kini KAM sudah memiliki sekitar 65.000 anggota. Kepada TEMPO, Kamis pekan lalu, Ongko mengaku, KAM memasukkan uang Rp 350 juta sampai Rp 400 juta per hari. Jumlah itu berasal dari cicilan pengembalian tabungan (kredit), uang pendaftaran, dan tabungan anggota baru. Lalu yayasan itu pun membagikan paket kredit Rp 5 juta tanpa bunga kepada anggota. Maka, banyak orang yang bingung, dari mana sumber dana KAM. Berbagai isu beredar, mulai dari harta terpendam sampai "dana dari Brunei". Ongkowidjaja, ketua umum yayasan itu, membantah. "Modal yayasan ini cuma Rp 1 juta," katanya. Semua kredit yang dibagikan sebenarnya berasal dari anggota juga. Karena itulah Ongko yang mengaku bekas pendeta berkali-kali menyebutkan bahwa dia bersama 300-an pegawainya adalah "pelayan-pelayan" bagi anggota KAM. Oleh membanjirnya anggotalah, sebetulnya, KAM menjadi guci ajaib yang bisa membagikan uang. Caranya: setiap anggota baru diwajibkan membayar Rp 260.000,00, terdiri atas uang pendaftaran Rp 50.000,00/ paket, dan uang tabungan Rp 210.000,00 yang boleh dicicil selama tujuh bulan. Setelah menyetor lunas, kemudian melampirkan fotokopi kartu penduduk dan kartu keluarga, orang itu resmi menjadi anggota KAM dan diberi kartu anggota. Sang anggota akan memperoleh paket kredit tadi sebulan kemudian bila mampu mencari setidaknya 26 anggota baru. Nah, sebetulnya paket Rp 5 juta yang diterimanya tak lain adalah tabungan Rp 210.000,00 yang disetorkan para anggota baru itu, Rp 5,46 juta. Begitulah, setiap anggota baru akan mendapat paket dari setoran anggota yang lebih baru. Sistem ini tentu saja merangsang sang anggota untuk mencari calon anggota demi mempercepat waktunya mendapatkan paket. Kalau tak mampu menggarap pendatang baru, yang diberlakukan adalah menunggu waktu yang diatur oleh yayasan dan itu dikenal sebagai sistem kartu posisi angka. Sistem ini terdiri atas nomor-nomor mulai 1 sampai 170. Seorang anggota dalam jangka waktu yang tak jelas posisinya akan berpindah. Bila berada pada nomor 170 dia akan mendapat paket. Para anggota setiap hari bisa tahu posisinya dengan menanyakannya pada petugas KAM yang mengolahnya dengan komputer. Tapi umumnya mereka tak tahu bagaimana posisinya bisa bergeser. Menurut sebuah sumber TEMPO, pergeseran posisi angka itu tergantung pertambahan anggota juga. Maksudnya, anggota itu baru mendapat paket bila di atasnya sudah terdaftar 169 anggota baru ditambah tenggang waktu satu bulan. Mengapa mesti 170? Tak jelas betul rumusnya, tapi sumber itu mengatakan ini berhubungan dengan besarnya cicllan anggota penerima paket Rp 30.000,00/bulan. Artinya, jika 170 anggota semua mencicil, terkumpul Rp 5,1 juta. Kalau pertumbuhan anggota mandek, penyaluran kredit tadi tentu akan amat terancam. Dengan jumlah anggota kini 65.000, ternyata paket yang disalurkan KAM baru sekitar 2.000. Kapan pula yang 63.000 lagi akan kebagian? Andaikan pertumbuhan anggotanya terhenti, seorang konsultan keuangan memperkirakan penyaluran kredit KAM akan berjalan amat lamban. Dihitung kasar, baru setelah 200-an tahun baru anggota dengan nomor 65.000 itu memperoleh paket kredit. Ahli moneter seperti Anwar Nasution dan Djisman Simanjuntak melihat KAM sebagai terobosan baru di sini. Hanya saja Anwar khawatir pengembalian kredit itu akan sulit. "Sebagai penggembala domba, Ongko itu tak punya tongkat untuk menggebuk," kata pengajar di FE UI itu. Ternyata, Ongko telah membuat alat baru untuk menjaga dombanya, Yang mulai diperkenalkannya 11 Januari lalu. Setiap penerima paket kredit wajib mendaftarkan dan melunasi kewajiban dua paket baru yang disebut paket pengaman. Seorang penerima paket tak lagi memperoleh Rp 4.820.000,00. (paket R-5 juta setelah dipotong berbagai kewajiban). Jumlah itu akan langsung dipotong lagi Rp 880.000,00, vaitu untuk uang pendaftaran dua paket Rp 200.000,00 (peraturan lama cuma Rp 50.000,00/paket), cicilan tiga bulan paket pertama Rp 120.000,00, dan tabungan untuk dua paket Rp 560.000,00 (sebelumna tabungan cuma Rp 210.000,00/paket). Tiga bulan kemudian, anggota itu akan memperoleh paket kredit lagi untuk dua paket baru itu. Setelah dikurangi berbagai kewajiban akan berjumlah Rp 9.610.000,00. Uang itu tak boleh diambil, melainkan didepositokan melalui yayasan dengan bunga satu seperempat persen per bulan, atau sekitar Rp 120.000,00. Nah, uang itu cukup untuk membayar cicilan tiga paket kredit anggota tadi. Setelah 15 tahun kredit dianggap lunas, dan sang anggota bisa menerima uang depositonya yang Rp 9.610.000,00 itu. Tegasnya, cuma dengan modal R 260.000,00 (plus mendapatkan 26 anggota baru), sang anggota menerima uang kontan hampir Rp 4 juta ditambah janji Rp 9,6 juta 15 tahun kemudian. Tentu hal itu menggiurnyakan. Karena itu, Nur, wanita asal Cianjur yang baru dapat paket kredit Senin lalu, langsung mengambil lagi tiga paket baru. "Habis 'kan ini seperti uang gratis saja," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus