SEBUAH gedung berlantai dua dengan cat krem di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, setiap hari ramai dikunjungi anak-anak bule. Tak ada papan nama dan pos penjagaan. Juga tak ada petunjuk bahwa gedung itu adalah sekolah bagi anak orang asing. North Jakarta International School (NJIS), sebutan sekolah itu, beroperasi sejak 25 Agustus lalu. Gaya dan kurikulumnya tak beda jauh dengan sekolah anak orang asing di Jakarta Selatan yang sudah ada, Jakarta International School (JIS). Murid yang diterima berpaspor asing, punya izin menetap sementara. NJIS didirikan, menurut kepala sekolahnya, Michael Stewart Dougherty, untuk menyongsong banjirnya keluarga asing yang akan berdatangan ke Indonesia. Bekas pegawai JIS itu sudah berhitung. Sekolah asing yang ada sekarang ini nantinya tak akan mampu menampungnya. "JIS sekarang saja sudah penuh," katanya. Untuk mendirikan NJIS, ia juga minta bantuan JIS untuk merancangnya sejak Oktober tahun lalu. Hasilnya, antara lain, NJIS diizinkan menyontek kurikulum JIS. Walaupun, katanya, kedua sekolah orang asing itu tak ada hubungan. "Kami punya yayasan sendiri," kata Dougherty. Sebagian besar kurikulum yang dipakai adalah gaya Amerika Serikat. Sistem itu dianggap punya kelebihan: merangsang anak selalu ingin tahu dan suka bertanya. Diharapkan, lulusannya pun gampang masuk sekolah yang lebih tinggi. Setidaknya, kalau siswanya pindah, tak canggung lagi meneruskan di sekolah serupa. Di samping itu, agar siswa tahu sedikit-sedikit mengenai Indonesia, NJIS juga mengajarkan ilmu pengetahuan sosial dan bahasa Indonesia. "Supaya mereka mengenal budaya Indonesia," kata Sarjono Sigit, Direktur Sekolah Swasta Departemen P dan K. Untuk itu, NJIS kini tengah merekrut tiga guru untuk dua mata pelajaran tersebut. Tambahan guru asal Indonesia itu nantinya akan memperkuat tim pengajar yang terdiri dari 6 orang Amerika Serikat, 4 guru dari Australia, dan 2 orang Inggris. Mereka akan mengajar 9 kelas yang sudah ada, yakni satu kelas untuk taman kanak-kanak dan 8 kelas untuk siswa kelas I sampai VIII. Sekolah asing di perumahan Kelapa Gading ini punya fasilitas komplet. Ada laboratorium komputer, perpustakaan, lapangan sepak bola ukuran mini, lapangan basket, dan play ground. Nantinya NJIS akan dilengkapi sebuah auditorium, ruang senam, dan gedung teater. "Secara khusus, sekolah ini tak ada kelebihannya dibandingkan JIS," kata Dougherty. Daya tampung NJIS adalah 180 siswa. Pada awal pembukaan bulan lalu baru ada 100 murid. Tiap kelas cuma dihuni 7-17 siswa, berasal dari 21 negara. Biaya terdiri dari uang sekolah US$ 5.450 per tahun dan uang pangkal US$ 6.500 untuk lima tahun. Bila siswa cuma sempat sekolah setahun -- karena orangtua pindah negara -- uang dikembalikan 80%. Memang, NJIS sama sekali tak dianggap sebagai saingan JIS di Jakarta Selatan. Sebab, menurut J. Magagna, terlalu banyak orang ingin masuk JIS. "Saya kira munculnya NJIS bagus, karena toh JIS tak mampu menampungnya," kata Direktur JIS. Sekolah untuk orang asing, menurut Sarjono Sigit, kini ada 40 buah. "Dengan banyaknya orang asing yang datang, sekolah semacam ini memang diperlukan," kata pejabat dari Departemen P dan K itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini