BELUM enam bulan tembok putih bangunan IAIN Sunan Kalijaga
(Yogyakarta) dibersihkan, awal Juli kemarin sudah penuh lagi
dengan coretan-coretan. Seperti halnya kerusuhan pertama -- yang
bertepatan dengan acara Posma, awal Maret yang lalu --, ini pun
disebabkan oleh adanya pertentangan antara golongan yang
memperebutkan beberapa jabatan di lembaga-lembaga kemahasiswaan
(TEMPO 20 Maret). Hanya saja kerusuhan yang dilengkapi dengan
selebaran-selebaran gelap itu urusannya menyangkut soal
pergantian Rektor. Kolonel H. Bakri Syahid sudah habis masa
jabatannya, dan mesti diganti. Oleh siapa? Inilah yang jadi
sumber meledaknya kerusuhan. Sehingga meskipun sedang musim
ujian beberapa mahasiswa sempat corat-coret: Konco +
golongan = Rektor baru, Klik.... ini baru, wellcoming baah
Enyahlah kau kliekisme Selamat datag dominasi model baru.
Belum jelas siapa yang melakukan coretan-coretan itu. tapi
proses pemilihan calon rektor sebenarnya sudah dimulai sejak
akhir April kemarin. Sejak itu memang terasa suasana kampanye.
Bahkan tidak kurang dari Dewan Mahasiswa sendiri ikut terlibat
di dalamnya. Lewat sebuah siaran pers yang keluar pada tanggal 8
Mei, fihak DM sudah mengusulkan calon rektor. Katanya,
pergantian rektor harus didasarkan atas "kebutuhan akan
kesuksesan studi" pada lembaga pendidikan tinggi agama Islam
tersebut. Kemunduran IAIN Sunan Kalijaga disebut antara lain
disebabkan tidak adanya guru besar. Akibatnya kewibawaan sebagai
perguruan tinggi negeri tidak pernah nampak. Karena mahasiswa
merupakan bagian dari cicitas academica yang secara langsung
merasakan adanya kebutuhan itu berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut, usul yang diteken oleh Abbas
Pulungan, Ketua DM, menyarankan kepada pemerintah agar
mengangkat dan mengukuhkan calon Prof. Soenardjo menjadi Rektor
IAIN Sunan Kalijaga. Perlu pula diangkat dan dikukuhkan calon
H. Zaini Dahlan sebagai Dekan Fakultas Adab.
Rektor Demisioner
Dua nama yang diusulkan fihak DM itu memang termasuk di antara
tujuh calon yang dianggap memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan untuk jabatan rektor. Pada pemilihan yang
berlangsung 5 Juni kemarin selain dua nama itu, lima yang lain
adalah Drs M.Zein, Drs. Fatchurrahman, Drs. Haji Husein Yusuf,
Drs. Musa Abdillah dan Dr. Tholchah Mansyur. Tapi anggota Senat
IAIN (dari seluruhnya yang berjumlah 55 orang), ternyata
memberikan suara terbanyak (33 suara) untuk masa jabatan Rektor
1976-1980 kepada Haji Zaini Dahlan. Sementara Prof. Soenardjo,
bekas Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, dan Drs. Fatchurrahman,
masing-masing hanya mendapatkan suara 14 dan 1 suara saja.
"Segala sesuatunya pada pemilihan ini berjalan lancar dan sesuai
dengan rules of the game", ujar Bakri Syahid yang sejak 30 Juni
kemarin berstatus rektor demisioner.
Tentu saja yang tidak menganggap lancar pernilihan itu, adalah
beberapa golongan mahasiswa. Adanya corat-coret dan selebaran
gelap itu, "merupakan aspirasi mahasiswa yang spontan", ujar
Abbas Pulungan, "Tapi Dewan Mahasiswa tidak tahu menahu". Abbas
nampaknya memang berusaha agar setidak-tidaknya DM tidak
terlibat dalam pertentangan itu. Namun dalam posisi yang
nampaknya sulit, fihak DM tidak bisa mengelak dari tuduhan
berfihak. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Yogyakarta lewat
koran-koran di kota itu menganggap pilihan Senat IAIN
mencerminkan suasana demokratis yang dicita-citakan. Katanya,
seyogianyalah Menteri Agama memperhatikan hasil pemilihan yang
telah diputuskan itu. Karena itu Basri Sulaeman, Sekretaris DM,
menganggap usul DM lewat pernyataan yang diteken Pulungan itu
tidak melalui prosedur. Sebab, katanya, tidak pernah dibicarakan
dalam forum rapat.
Pertentangan antara sesama anggota DM itu ternyata mengundang
reaksi filak luar kampus. Melalui Mingguan Pelopor, 11 Juli
kemarin, H. Saiful Mujab, Ketua I Pengurus Wilayah Jam'iyah
Nahdlatul Ulama Yogyakarta, segera mengeluarkan bantahan
terhadap sebuan berita bahwa karena PMII bernaung di bawah
Partai NU. karena Prof. Soenardjo warga NU, maka langkah DM IAIN
Sunan Kalijaga berbau kepentingan golongan, yaitu "kepentingan
golongan NU". Dalam bantahan itu, Saiful Mujab menyebutkan bahwa
PMII sudah sejak tahun 1971 keluar dri NU. Prof Soenardjo bukan
warga NU. Sedangkan warga NU yang namanya hampir sama adalah
R.H.A. Soenarjo SH. Kemudian, selain disebutkan juga bahwa
Jam'iyah NU sudah punya program sendiri dan tidak ada rencana
mengatur organisasi lain seperti DM IAIN, diterangkan juga satu
soal khusus tentang Rektor IAIN Sunan Kalijaga. Yakni bahwa NU
berpendapat hal tersebut adalah urusan intern IAIN dan
Departemen Agama.
Jadi rupanya, meskipun partai-partai Islam sudah dibikin satu,
soal sengketa pengaruh -- dan mungkin juga kepentingan pribadi
-- tidak terjamin reda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini