Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

IAIN Yogya: Kok Ramai Terus ?

Iain sunan kalijaga yogya ricuh, karena menyangkut soal pergantian rektor. pemilihan rektor dianggap tidak sah karena tidak mencerminkan demokrasi. masalahnya lalu diusulkan kepada pemerintah.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM enam bulan tembok putih bangunan IAIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta) dibersihkan, awal Juli kemarin sudah penuh lagi dengan coretan-coretan. Seperti halnya kerusuhan pertama -- yang bertepatan dengan acara Posma, awal Maret yang lalu --, ini pun disebabkan oleh adanya pertentangan antara golongan yang memperebutkan beberapa jabatan di lembaga-lembaga kemahasiswaan (TEMPO 20 Maret). Hanya saja kerusuhan yang dilengkapi dengan selebaran-selebaran gelap itu urusannya menyangkut soal pergantian Rektor. Kolonel H. Bakri Syahid sudah habis masa jabatannya, dan mesti diganti. Oleh siapa? Inilah yang jadi sumber meledaknya kerusuhan. Sehingga meskipun sedang musim ujian beberapa mahasiswa sempat corat-coret: Konco + golongan = Rektor baru, Klik.... ini baru, wellcoming baah Enyahlah kau kliekisme Selamat datag dominasi model baru. Belum jelas siapa yang melakukan coretan-coretan itu. tapi proses pemilihan calon rektor sebenarnya sudah dimulai sejak akhir April kemarin. Sejak itu memang terasa suasana kampanye. Bahkan tidak kurang dari Dewan Mahasiswa sendiri ikut terlibat di dalamnya. Lewat sebuah siaran pers yang keluar pada tanggal 8 Mei, fihak DM sudah mengusulkan calon rektor. Katanya, pergantian rektor harus didasarkan atas "kebutuhan akan kesuksesan studi" pada lembaga pendidikan tinggi agama Islam tersebut. Kemunduran IAIN Sunan Kalijaga disebut antara lain disebabkan tidak adanya guru besar. Akibatnya kewibawaan sebagai perguruan tinggi negeri tidak pernah nampak. Karena mahasiswa merupakan bagian dari cicitas academica yang secara langsung merasakan adanya kebutuhan itu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, usul yang diteken oleh Abbas Pulungan, Ketua DM, menyarankan kepada pemerintah agar mengangkat dan mengukuhkan calon Prof. Soenardjo menjadi Rektor IAIN Sunan Kalijaga. Perlu pula diangkat dan dikukuhkan calon H. Zaini Dahlan sebagai Dekan Fakultas Adab. Rektor Demisioner Dua nama yang diusulkan fihak DM itu memang termasuk di antara tujuh calon yang dianggap memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan untuk jabatan rektor. Pada pemilihan yang berlangsung 5 Juni kemarin selain dua nama itu, lima yang lain adalah Drs M.Zein, Drs. Fatchurrahman, Drs. Haji Husein Yusuf, Drs. Musa Abdillah dan Dr. Tholchah Mansyur. Tapi anggota Senat IAIN (dari seluruhnya yang berjumlah 55 orang), ternyata memberikan suara terbanyak (33 suara) untuk masa jabatan Rektor 1976-1980 kepada Haji Zaini Dahlan. Sementara Prof. Soenardjo, bekas Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, dan Drs. Fatchurrahman, masing-masing hanya mendapatkan suara 14 dan 1 suara saja. "Segala sesuatunya pada pemilihan ini berjalan lancar dan sesuai dengan rules of the game", ujar Bakri Syahid yang sejak 30 Juni kemarin berstatus rektor demisioner. Tentu saja yang tidak menganggap lancar pernilihan itu, adalah beberapa golongan mahasiswa. Adanya corat-coret dan selebaran gelap itu, "merupakan aspirasi mahasiswa yang spontan", ujar Abbas Pulungan, "Tapi Dewan Mahasiswa tidak tahu menahu". Abbas nampaknya memang berusaha agar setidak-tidaknya DM tidak terlibat dalam pertentangan itu. Namun dalam posisi yang nampaknya sulit, fihak DM tidak bisa mengelak dari tuduhan berfihak. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Yogyakarta lewat koran-koran di kota itu menganggap pilihan Senat IAIN mencerminkan suasana demokratis yang dicita-citakan. Katanya, seyogianyalah Menteri Agama memperhatikan hasil pemilihan yang telah diputuskan itu. Karena itu Basri Sulaeman, Sekretaris DM, menganggap usul DM lewat pernyataan yang diteken Pulungan itu tidak melalui prosedur. Sebab, katanya, tidak pernah dibicarakan dalam forum rapat. Pertentangan antara sesama anggota DM itu ternyata mengundang reaksi filak luar kampus. Melalui Mingguan Pelopor, 11 Juli kemarin, H. Saiful Mujab, Ketua I Pengurus Wilayah Jam'iyah Nahdlatul Ulama Yogyakarta, segera mengeluarkan bantahan terhadap sebuan berita bahwa karena PMII bernaung di bawah Partai NU. karena Prof. Soenardjo warga NU, maka langkah DM IAIN Sunan Kalijaga berbau kepentingan golongan, yaitu "kepentingan golongan NU". Dalam bantahan itu, Saiful Mujab menyebutkan bahwa PMII sudah sejak tahun 1971 keluar dri NU. Prof Soenardjo bukan warga NU. Sedangkan warga NU yang namanya hampir sama adalah R.H.A. Soenarjo SH. Kemudian, selain disebutkan juga bahwa Jam'iyah NU sudah punya program sendiri dan tidak ada rencana mengatur organisasi lain seperti DM IAIN, diterangkan juga satu soal khusus tentang Rektor IAIN Sunan Kalijaga. Yakni bahwa NU berpendapat hal tersebut adalah urusan intern IAIN dan Departemen Agama. Jadi rupanya, meskipun partai-partai Islam sudah dibikin satu, soal sengketa pengaruh -- dan mungkin juga kepentingan pribadi -- tidak terjamin reda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus