Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Ibarat perawan kampung

Pelabuhan meulaboh sulit dikembangkan. data kegiatan bongkar muat yang dibentangkan kepala pelabuhan & bupati aceh barat tak mempengaruhi. pemda & bappeda aceh memilih pelabuhan lain untuk dikembangkan.

28 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELABUHAN Meulaboh di Aceh Barat boleh merasa masygul melihat dirinya belum juga terbenahi. Bagaikan anak perawan kampung, ia tentu selalu tersipu bila dibicarakan. Nasibnya memang kurang mujur, walaupun selalu berharap mendapat sebutan pelabuhan samudra. Sebab yang ditunjuk sebagai pelabuhan samudera di pantai Aceh bagian barat itu ternyata pelabuhan Susoh di Aceh Selatan. Begitu keputusan Pemerintah Daerah Aceh dan Bappeda-nya. Hal itu juga diungkapkan Gubernur Muzzakir Walad. Bahwa ada 4 pelabuhan di daerahnya yang mendapat pengembangan sebagai tulang punggung dari kabupaten-kabupaten di mana pelabuhan itu berada. Nomor satu, Langsa di Aceh Timur. Lalu Lhok Seumawe untuk Aceh Utara, Tengah dan sebagian Pidie. Kemudian Krueng Raya M31ahayati yang diresmikan Presiden Soeharto bulan lalu sebagai penunjang bagi Aceh Besar, sebagian Pidie dan sebagian Aceh Selatan. Akhirnya Susoh untuk sebagian Aceh Barat dan Aceh Selatan. "Ini sudah dirumuskan dall menjadi keputusan serta mendapac persetujuan dari Bappenas", kata salah seorang staf Bappeda Aceh kepada TEMPO. Melalui sebuah penelitian yang agaknya cukup matang, pelabuhan Meulaboh tampaknya punya harapan tipis untuk dikembangkan lebih lanjut dalam waktu dekat ini. Walaupun Yusuf Rasyid, Kepala Pelabuhan Meulaboh, mencoba membentangkan angka-angka ekspor seperti rotan, karet, minyak kelapa sawit dan balok. Untuk kayu balok saja, menurut Yusuf, mencapai 49.752 ton, ditambah ekspor tradisionil rotan sawit dan getah sebanyak 3.398 ton di tahun lewat. Yusuf optimis bahwa angka-angka itu akan terus membengkak pada tahun berikutnya jika fasilitas pelabuhan memadai. "Ini memang kenyataan", tambah Bupati Aceh Barat, Syamsunan. Ia menunjuk beberapa potensi daerahnya yang akan lebih meyakinkan di tahun-tahun mendatang bila sarana jalan selesai dibenahi. "Kegairahan petani akan meningkat apabila jalan sudah banyak yang baik", ucapnya. Yusuf Rasyid pun belum mau berhenti berdalih. "Fasilitas pelabuhan yang tersedia lebih kecil dari volume barang", tambahnya "di samping kegiatan di dermaga sering tersendat akibat tak bisa tersedotnya arus barang karena minimnya fasilitas" Tapi syahbandar pelabuhan Meulaboh, Usman Husein, ingin pula memperkuat. "Rata-rata 40 buah kapal jenis lokal maupun samudera menyinggahi Meulaboh setiap bulannya", katanya. Dan karena semua ini pula jantung Bupati Syamsunan berdegup keras tahun lampau ketika mendengar berita bahwa pelabuhan Tapaktuan di Aceh Selatan menerima dana untuk perbaikan. Padahal, katanya, hasil Aceh Selatan taklah sebanyak Aceh Barat. Apalagi, tambahnya, pelabuhan Meulaboh tetap menduduki angka paling atas dalam perkara kesibukn bongkar muat di kawasan pesisir Aceh bagian barat. Karena itu Bupati Syamsunan buruburu mendekati pusat, yaitu Ditjen Perhubungan Laut. Ia minta perhatian akan nasib gudang-gudang yang hampir roboh, kantor yang bocor dan dermaga yang tak memadai. Pihak Ditjen Perhubungan Laut mengangguk setuju akan adanya perbaikan. Tapi dalam Pelita III nanti. Sebab pada Pelita I di tahun 1973 pelabuhan Meulaboh sudah pernah mendapat perbaikan dermaga sepanjang 27« meter dengan lebar 10 meter. Namun harus diingat, dermaga ini hanya sebagai tempat pemuatan barang-barang ke tongkang, bukan sebagai tempat merapat kapal-kapal. Sebab kedalaman laut di hidung dermaga hanya 1 meter, sedangkan muatan tongkang sandar cuma 10 ton bobot mati. Kapal-kapal harap berlabuh 200 meter dari dermaga. Bila gelombang angin barat muncul, acara bongkar muat antar dermaga ke kapal dan sebaliknya bisa kualat. Ini terutama karena pelabuhan Meulaboh yang ciptaan alam itu amat terbuka untuk tiupan angin. Dan barangkali bertolak dari ini pula pelabuhan feri Meulaboh-Sinabang di pulau Simeulue yang direncanakan akan digarap tahun ini memilih tempat di Lhok Geudong. Berjarak 1 Km dari dermaga lama, Lhok Geudong punya kedalaman laut yang cukup memuaskan. Juga terlindung dari jilatan angin barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus