Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Wereng Dan Para Peninjau

Ribuan hektar Padi di Lampung Tengah rusak diserang hama wereng. Petani resah karena pemasukan pestisida ke daerah itu agak sulit. Walau sering dikunjungi pejabat, keadaan tetap tak berubah.

28 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMA wereng meledak di jantung Lampung. Persisnya menyerang Lampung Tengah. Kabupaten yang pernah menerima "Parasamya Purnakarya Nugraha", juga pernah menerima serangan penyakit bulai alias sclerospora maydis yang melumatkan tanaman jagung (TEMPO, 7 Juni 1975). Petani di sini di kala itu mesti melaksanakan pencabutan, pembakaran dan pelarangan tanam jagung. Nah, sekarang giliran serangan hama wereng yang mendadak dan membikin kalang-kabut. Diresahkan bukan lantaran laporan yang kurang cepat dan tindakan pengamanan yang kurang gesit. Tapi kecemasan terhadap serangan langsung yang menghunjam Kabupaten Lampung Tengah sebagai gudang beras bagi daerah propinsi Lampung. Di samping kemungkinan wereng meluaskan serangan ke pinggiran kabupaten terdekat, yaitu Lampung Utara dan Lampung Selatan. Hama wereng ini menyerang padi yang berumur 2-3 bulan. Hama penyerang ini terdiri dari jenis Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens). Terkenal paling ganas ketimbang Wereng Hijau (Nopholettix Apicalis), Wereng Lorek (Inazuma Dorsalis), Wereng Putih (Sogatella Furcifera), dll. Pendeknya wereng di Lampung memang bukan sembarang wereng. Hal ini dibenarkan petugas Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah. Berapakah luas areal tanaman padi di Kabupaten Lampung Tengah dalam M.T. 1976/1977 ini? Menurut sumber di kantor bupati setempat perinciannya sebagai berikut: Bimas 22.611,135 Ha, Inmas 10.560 ha, dan Non Intensifikasi 7.259,865 ha. Jumlah tanaman keseluruhannya 40.431 ha. Dari jumlah ini hanya sekitar 1.696 ha pada pertengahan bulan Maret yang lewat yang dilalap wereng. Kenapa? Tapi dari Maret hingga April serangan membengkak ke seluruh kabupaten. Kantor Gubernur mencatat sampai 70.000 ha, tapi masih dalam taraf yang disebut "bahaya" dan "ringan" saja. Belum tergolong kaliber "sedang", "berat" maupun "puso". Ini berkat upaya dari Brigade Proteksi, terutama kebijaksanaan Badan Pembina Bimas dengan menambah pestisida dalam kredit Bimas. Sampai akhir bulan April, soal wereng sudah tenang. Kenapa timbul wereng di Lampung? Menurut ir. Kusnadi Affandi yang Inspektur/Kepala Dinas Pertanian Propinsi Lampung yang menjelaskan lewat RRI Tanjungkarang, karena cuaca belakangan ini tidak menentu. Maksudnya terkadang panas dan terkadang hujan, silih berganti, merupakan kesempatan wereng berkembang-biak. Namun tidak dijelaskan ihwal laporan yang terlambat sehubungan serangan wereng yang terasa mendadak itu. Juga tidak disinggung persediaan pestisida yang selalu minus sepanjang tahun. Konon petani meresahkan pestisida yang sering gonta-ganti dan selalu kekurangan Diazinon yang disenangi itu. Memang pejabat yang berwenang acapkali menengok Lampung, terutama yang dari Jakarta. Si peninjau selalu sibuk dan tampak rajin mencatat sana-sini. Tapi sekembalinya di Jakarta keadaan tak berubah. Malah menyusul peninjau berikutnya yang ternyata sama saja: santai. Dari pihak penyalur saprodi menyatakan pemasukan pestisida dari pusat ke daerah rada sulit. Betapapun ada permintaan dari daerah yang ditunjang Badan Pembina Bimas, tapi Induk Penyalur di Jakarta mesti mendapat izin dari Badan Pengendali Bimas. Maka ledakan wereng di Lampung mungkin ada manfaatnya, paling sedikit memberi pelajaran tentang peranan penyediaan pestisida di daerah-daerah. Dan bukan tidak mungkin wereng akan bangkit kembali di Lampung pada M.T. 1977/78.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus