HAMA wereng meledak di jantung Lampung. Persisnya menyerang
Lampung Tengah. Kabupaten yang pernah menerima "Parasamya
Purnakarya Nugraha", juga pernah menerima serangan penyakit
bulai alias sclerospora maydis yang melumatkan tanaman jagung
(TEMPO, 7 Juni 1975). Petani di sini di kala itu mesti
melaksanakan pencabutan, pembakaran dan pelarangan tanam jagung.
Nah, sekarang giliran serangan hama wereng yang mendadak dan
membikin kalang-kabut. Diresahkan bukan lantaran laporan yang
kurang cepat dan tindakan pengamanan yang kurang gesit. Tapi
kecemasan terhadap serangan langsung yang menghunjam Kabupaten
Lampung Tengah sebagai gudang beras bagi daerah propinsi
Lampung. Di samping kemungkinan wereng meluaskan serangan ke
pinggiran kabupaten terdekat, yaitu Lampung Utara dan Lampung
Selatan.
Hama wereng ini menyerang padi yang berumur 2-3 bulan. Hama
penyerang ini terdiri dari jenis Wereng Coklat (Nilaparvata
Lugens). Terkenal paling ganas ketimbang Wereng Hijau
(Nopholettix Apicalis), Wereng Lorek (Inazuma Dorsalis), Wereng
Putih (Sogatella Furcifera), dll. Pendeknya wereng di Lampung
memang bukan sembarang wereng. Hal ini dibenarkan petugas Dinas
Pertanian Kabupaten Lampung Tengah.
Berapakah luas areal tanaman padi di Kabupaten Lampung Tengah
dalam M.T. 1976/1977 ini? Menurut sumber di kantor bupati
setempat perinciannya sebagai berikut: Bimas 22.611,135 Ha,
Inmas 10.560 ha, dan Non Intensifikasi 7.259,865 ha. Jumlah
tanaman keseluruhannya 40.431 ha. Dari jumlah ini hanya sekitar
1.696 ha pada pertengahan bulan Maret yang lewat yang dilalap
wereng.
Kenapa?
Tapi dari Maret hingga April serangan membengkak ke seluruh
kabupaten. Kantor Gubernur mencatat sampai 70.000 ha, tapi masih
dalam taraf yang disebut "bahaya" dan "ringan" saja. Belum
tergolong kaliber "sedang", "berat" maupun "puso". Ini berkat
upaya dari Brigade Proteksi, terutama kebijaksanaan Badan
Pembina Bimas dengan menambah pestisida dalam kredit Bimas.
Sampai akhir bulan April, soal wereng sudah tenang.
Kenapa timbul wereng di Lampung? Menurut ir. Kusnadi Affandi
yang Inspektur/Kepala Dinas Pertanian Propinsi Lampung yang
menjelaskan lewat RRI Tanjungkarang, karena cuaca belakangan ini
tidak menentu. Maksudnya terkadang panas dan terkadang hujan,
silih berganti, merupakan kesempatan wereng berkembang-biak.
Namun tidak dijelaskan ihwal laporan yang terlambat sehubungan
serangan wereng yang terasa mendadak itu. Juga tidak disinggung
persediaan pestisida yang selalu minus sepanjang tahun.
Konon petani meresahkan pestisida yang sering gonta-ganti dan
selalu kekurangan Diazinon yang disenangi itu. Memang pejabat
yang berwenang acapkali menengok Lampung, terutama yang dari
Jakarta. Si peninjau selalu sibuk dan tampak rajin mencatat
sana-sini. Tapi sekembalinya di Jakarta keadaan tak berubah.
Malah menyusul peninjau berikutnya yang ternyata sama saja:
santai.
Dari pihak penyalur saprodi menyatakan pemasukan pestisida dari
pusat ke daerah rada sulit. Betapapun ada permintaan dari daerah
yang ditunjang Badan Pembina Bimas, tapi Induk Penyalur di
Jakarta mesti mendapat izin dari Badan Pengendali Bimas. Maka
ledakan wereng di Lampung mungkin ada manfaatnya, paling sedikit
memberi pelajaran tentang peranan penyediaan pestisida di
daerah-daerah. Dan bukan tidak mungkin wereng akan bangkit
kembali di Lampung pada M.T. 1977/78.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini