Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Investigasi Guru Besar, Sufmi Dasco Ahmad: Saya Bisa Saja Mendapatkan Guru Besar Kehormatan

Wawancara Tempo dengan Sufmi Dasco soal dugaan kejanggalan gelar guru besar.

9 Juli 2024 | 10.26 WIB

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan pidato dalam rapat Paripurna ke-13 Masa Persidangan IV tahun 2023-2024 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan pidato Ketua DPR RI pada pembukaan masa persidangan IV tahun sidang 2023-2024 dan pergantian antar waktu Anggota DPR RI. TEMPO/M Taufan Rengganis
material-symbols:fullscreenPerbesar
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan pidato dalam rapat Paripurna ke-13 Masa Persidangan IV tahun 2023-2024 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan pidato Ketua DPR RI pada pembukaan masa persidangan IV tahun sidang 2023-2024 dan pergantian antar waktu Anggota DPR RI. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Investigasi Majalah Tempo mengenai "Skandal Guru Besar Abal-abal" mengungkap kejanggalan gelar guru besar yang diperoleh sejumlah politikus dan dosen. Salah satunya Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Sufmi Dasco Ahmad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dia dikukuhkan sebagai guru besar di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Desember 2022. Ketua Umum Gerindra--kini presiden terpilih--Prabowo Subianto menghadiri acara pengukuhan gelar guru besar Dasco.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dalam wawancara tertulis kepada Tempo pada akhir Mei 2024, Dasco mengklaim berupaya menjadi guru besar dengan mengumpulkan angka kredit yang cukup. Menurut Ketua Harian Partai Gerindra itu, semua kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi sudah dikerjakan. "Saya mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian ke masyarakat," ujarnya. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana Anda mendapat gelar guru besar?
Dengan mengumpulkan angka kredit. Saya mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian ke masyarakat.

Penelusuran kami ada sejumlah kejanggalan dalam syarat pengajuan Anda. Salah satunya riwayat mengajar yang belum 10 tahun. Apa tanggapan Anda?
Saya mengajar sejak 2010 di Universitas Kebangsaan, kini bernama Universitas Kebangsaan Republik Indonesia. Saya saat ini menjadi rektor di sana. Universitas Kebangsaan waktu itu belum bisa mengajukan guru besar sehingga saya pindah ke kampus yang bisa mengajukan guru besar, yakni Universitas Azzahra, Jakarta. Saya mengajar di sana pada 2016-2020. Saya pindah dari Universitas Azzahra pada Maret 2020 dan pindah ke Universitas Pakuan yang memenuhi syarat untuk mengajukan guru besar.

Laman Pangkalan Data Dikti mencatat riwayat mengajar Anda yang belum genap 10 tahun itu?
Kemungkinan Universitas Azzahra tak memberi update ke Pangkalan Data Dikti mengenai catatan mengajar saya pada 2018-2020. Kami akan minta Dikti dan universitas untuk memperbaiki masa mengajar itu.
(Situs Pangkalan Data Dikti berubah tampilan pada 4 Juli 2024 dan telah mencantumkan riwayat mengajar Dasco dari semester ganjil 2010 sampai semester genap 2024)

Bagaimana Anda punya waktu mengajar sekaligus berpolitik?
Saya mengajar sejak 2010 dan aktivitas politik saya belum terlalu padat. Aktivitas politik saya menjadi padat ketika menjadi Wakil Ketua DPR. Meski demikian, saya tak meninggalkan aktivitas mengajar dengan berinovasi melalui team teaching dan mengajar lewat daring.

Kejanggalan yang kami temukan adalah syarat artikel Anda tak relevan dengan bidang ilmu hukum. Anda menulis di jurnal psikologi. Apa penjelasan Anda?
Jurnal itu dalam data Scimago masuk rumpun ilmu sosial dan psikologi. Beberapa literatur menyebutkan ilmu hukum masuk kategori ilmu sosial sehingga jurnal itu masih layak digunakan.

Kami memperoleh data bahwa dua artikel Anda di jurnal Ayer dan Linguistica Antverpiensia tak ditemukan di situs resminya. Bagaimana respons Anda?
Saya benar menulis artikel di Ayer dan Linguistica. Saya mengirim tulisan ke kedua jurnal itu dengan keyakinan terindeks Scopus dan dibuktikan dengan korespondensi serta penilaian Dikti. Jurnal itu dinyatakan layak.

Penelusuran kami tak menemukan edisi jurnal yang memuat artikel Anda.
Artikel di Linguistica merupakan artikel dengan akses tertutup. Jurnal itu dipakai oleh banyak penulis asal Indonesia. Tautan jurnal mengalami error dalam perjalanan waktunya. Sedangkan jurnal Ayer merupakan jurnal internasional bereputasi. Link jurnal yang error di luar kendali karena sistemnya diatur penerbit.

Dengan sejumlah temuan kejanggalan itu, apakah Anda merasa gelar guru besar absah?
Dengan proses yang saya lalui, Kementerian Pendidikan menerbitkan surat keputusan guru besar saya. Padahal dengan jabatan saya, saya bisa saja mendapatkan gelar guru besar kehormatan. Saya dengan susah payah melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Laporan mengenai dugaan pelanggaran akademik ini dimuat secara rinci dalam laporan Investigasi Tempo edisi 8-14 Juli yang bisa Anda baca di sini:

Yosea Arga

Yosea Arga

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah pada 2017. Bergabung dengan Tempo pada Februari 2023 di desk gaya hidup. Kini menulis untuk desk wawancara dan investigasi. Chapbook puisinya berjudul yang papa dalam 35mm diterbitkan Penerbit Ramu pada Oktober 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus