Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Jumlah Penderita 577 Orang, Pacitan Tetapkan KLB Hepatitis A

Ratusan penderita Hepatitis A itu merupakan warga empat kecamatan di wilayah timur Pacitan, yaitu Sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, dan Kebonagung.

25 Juni 2019 | 17.46 WIB

Ilustrasi penyakit Hepatitis.TEMPO/iqbal Lubis
Perbesar
Ilustrasi penyakit Hepatitis.TEMPO/iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Pacitan - Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) Hepatitis A. Penetapan itu bertujuan menopang kebijakan administasi yang akan ditempuh, seperti untuk mendapatkan alokasi tambahan anggaran penanganan. “Salah satunya untuk itu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan dr Eko Budiono saat dihubungi Tempo, Selasa sore 25 Juni 2019.

Status KLB itu ditetapkan Bupati Pacitan Indartato setelah memusyawarahkannya dengan sejumlah pihak terkait, Selasa siang. Pertimbangannya karena peningkatan kasus dan perluasan daerah yang terpapar. Berdasarkan pembaharuan data per Selasa siang dari Dinas Kesehatan, jumlah penderitanya tercatat sebanyak 577 orang.

Baca juga: 33 Siswa SD Terjangkit Hepatitis A, Depok Tetapkan KLB Parsial

Ratusan penderita Hepatitis A itu merupakan warga empat kecamatan di wilayah timur Pacitan, yaitu Sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, dan Kebonagung. Secara klinis kasus ini awalnya ditemukan di Kecamatan Sudimoro pada 13 Juni lalu. Setelah ditangani dan dilakukan pengamatan, penderitanya bertambah dan lokasi domisilinya meluas.

Para penderita hepatitis dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas Sudimoro, Puskesmas Ngadirojo, dan Rumah Sakit dr Darsono Pacitan. Karena jumlah pasiennya banyak, maka beberapa puskesmas harus menambah beberapa tempat tidur dan petugas para medis. “Upaya penanganan medis kami lakukan terutama untuk menguatkan fungsi lever,” ujar Eko.

Baca juga: Waspada Penularan Penyakit Lewat Transfusi Darah, Cek Solusinya

Agar penyakit hepatitis A tidak semakin meluas, pemerintah setempat melakukan beberapa langkah. Pertama, Tata Laksana Kasus yang Lebih Intensif serta Surveilens Epidemologi yang Lebih Akurat.

Selain itu, pengendalian faktor risiko, seperti pemeriksaan sumber air, klorinasi, dan pembiasaan cuci tangan pakai sabun dan peningkatan sanitasi total berbasis masyarakat. “Perlu dukungan lintas sektoral. Seperti, pengiriman air bersih oleh BPBD atau PDAM ke daerah yang membutuhkan.”
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus