Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Kalau perlu, silakan bom

Istana plaza medan dipangkas oleh tentara zipur & buruh untuk mengejar deadline 30 juni, agar para haji bisa diterbangkan dari polonia. instruksi batas pemangkasan bervariasi. elson semakin gusar. (nas)

28 Juni 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA Istana Plaza jadi dipotong. Dibaluti pecahan dan debu beterbangan, bangunan lima lantai itu seperti baru saja digasak pertempuran. Kini, pusat perbelanjaan yang diresmikan Wali Kota Medan pada 7 Desember tahun lalu sudah gundul seperti dihajatkan. Memang mestinya Istana Plaza itu selesai dipangkas pada April lalu. Tapi, ketika Menteri Perhubungan Roesmin Noerjadin melongok ke sana, 11 Juni lalu, apa yang dilihatnya? Ternyata, pemangkasan gedung di Jalan Brigjen Katamso ini seperti tikus menggigit sabun: sepi terseok-seok. Sengaja dilambat-lambatkan? "Memenggal gedung seperti Istana Plaza ini tak semudah seperti menyembelih lembu," kata Elson, 33, Dirut PT Sukaraja Indah, pemilik Istana Plaza. "Kalau tidak hati-hati, bangunan di bawahnya bisa rusak dan hancur berantakan." Tapi lain bagi Menteri Roesmin Noerjadin. Bila plaza itu tak selesai akhir Juni ini dipangkas, katanya, "Penerbangan 5.508 calon haji dari Polonia akan dipindahkan melalui Bandara Soekarno-Hatta." Dan, penerbangan dari sana, direncanakan bertahap, sejak 16 Juli nanti. Ancaman Menteri Perhubungan ini, tentu, mengagetkan. Mayor Jenderal Ali Geno kontan mengerahkan 100 prajurit Zipur. Dengan tiga crane dan lima dump-truck, sejak 19 Juni lalu mereka bersama 100 buruh yang dibayar oleh Wali Kota Agus Salim Rangkuty, "menggempur" pusat pertokoan itu. Deadline 30 Juni itu harus dikejar. "Kalau perlu, saya akan kerahkan satu batalyon," kata Ali Geno. "Bagaimanapun, calon haji itu harus berangkat dari Polonia," tambah Pangdam I/ Bukit Barisan itu kepada TEMPO. Pekerjaan yang paling berat, menurut beberapa anggota Zipur, adalah menurunkan mesin listrik dan sentral pendingin udara. Kerja ini baru selesai awal pekan lalu. Yang masih sisa, seperangkat pelat-pelat beton, dan kini terpaksa diseruduk dengan tiga kompresor plus mesin las. "Kami bertekad membantu memangkas bangunan ini dari ketinggian 23,05 meter menjadi 15,836 meter seperti yang diinginkan Pak Roesmin," ujar Mayjen Ali Geno. Mendongak langsung 638 meter dari timur ujung landasan 23 pelabuhan udara Polonia, Medan, Istana Plaza yang dibangun dengan biaya Rp 5 milyar itu dianggap mengganggu jalur penerbangan. Sebelumnya, memang tak ada cingcong dari Kanwil Ditjen Perhubungan Udara Wilayah I di Medan. Dan ketika Istana Plaza mulai dibangun, justru ada pula surat dari kepala pelabuhan udara Polonia: memberi toleransi terhadap ketinggian bangunan yang 23,05 meter itu. Belakangan, barulah muncul macam-macam ukuran ketinggian dari Kanwil Ditjen Perhubungan Udara I. Elson tentu bingung. Mana yang mesti dituruti? Mula-mula, tinggi bangunan harus 14,37 meter, diubah lagi jadi 15,836 meter. Lalu, terakhir berturut-turut dari 12,82 meter ke 12,93 meter. Dan, ukuran dari Mendagri: 15,14 meter (TEMPO, 3 Mei). "Yang sah adalah ukuran ketinggian dari Mendagri," kata Agus Salim Rangkuty. Tapi, menurut Elson, ketidakpastian itulah yang membuat ia terbengong-bengong. "Tak ada ukuran yang bisa dijadikan pedoman," tulis Gubernur Kaharuddin Nasution dalam suratnya kepada Mendagri Soepardjo Rustam pada 20 Maret lalu. Dan, untuk mencari ukuran yang pas, konon, sempat 20 kali pejabat di Kanwil Ditjen Perhubungan Udara I merembuk ketinggian Plaza itu. Sejak Istana Plaza "digempur" anggota Zipur, kini pejabat-pejabat di Kanwil Ditjen Perhubungan Udara Wilayah I itu masih bertekak alias ngotot. Mereka menghendaki IP harus diukur sejak dari lantai bawah tanah yang dasar tingginya 1,8 meter - dari yang dikeruk untuk lokasi parkir. Jadi, bukan lagi diukur dari dasar tanah yang sejajar dengan jalan raya. "Saya ini seperti salah kaprah," tutur Elson bersungut. Padahal, untuk mengantungi Surat Izin Mendirikan Bangunan, dua tahun lalu, ia sudah menyetor Rp 29 juta ke kas Kota Madya Medan. "Itulah risiko pembangunan," kata Rangkuty kepada TEMPO. Dan, dengan enteng, wali kota itu berkata, "Kami berterima kasih kepada Elson. Ia telah memberikan partisipasinya untuk menanggung kerugian ini." Untuk pemangkasan itu Elson sudah mengeluarkan Rp 250 juta dan Pemda Medan Rp 50 juta. "Saya harus patuh kepada pemerintah," balas Elson, terpana-pana. "Tapi sama sekali tak berniat menghalangi penerbangan haji. Dan, jika perlu, plaza ini boleh dibom." Setelah Istana Plaza gundul? "Kalau tidak calon haji tahun ini akan menambah ongkos terbang dari Medan ke Jakarta pulang pergi," kata sebuah sumber di Kantor Penyelenggara Urusan Haji Kota Madya Medan. Monaris S. & Zakaria M. Passe

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus