Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Kementerian Kesehatan memastikan 18 kasus bergejala hepatitis akut misterius di Indonesia negatif Covid-19. Hasil itu didapatkan dari pemeriksaan PCR.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari laporan yang disampaikan tadi, tidak ada kaitan atau tidak ada diagnosis atau ditemukan Covid-19 positif, itu tidak ada," kata Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, Jumat, 13 Mei 2022.
Kementerian Kesehatan mencatat, hingga 11 Mei 2022, ada 18 kasus bergejala hepatitis akut di Indonesia. Sebanyak 18 kasus itu tersebar di tujuh provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.
Adapun pakar epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menduga penyakit hepatitis akut misterius merupakan bagian dari pandemi Covid-19. Hingga saat ini, penyebab pasti dari hepatitis akut belum bisa dikonfirmasi karena risetnya masih dilakukan.
"Hipotesis saya ini adalah salah satu bentuk dari long Covid-19 atau yang bahkan tidak mesti menunggu bertahun-tahun, satu atau dua tahun setelah pandemi ini sudah bisa melihat," kata Dicky.
Hipotesis Dicky dikaitkan dengan studi yang dilakukan di Israel, di mana 90 persen anak-anak yang terkena hepatitis akut selama setahun terakhir terinfeksi Covid-19. Kasus ini juga menimpa anak usia di bawah 5 tahun. Mayoritas dengan usia tertinggi 2-3 tahun yang diketahui bahwa mereka belum eligible untuk menjalani vaksinasi.
Kasus hepatitis akut misterius pada orang dewasa sedikit atau jarang ditemukan. Dicky menilai hal itu memperkuat hipotesis bahwa proteksi dari vaksinasi dalam beberapa riset menunjukkan memang mengurangi potensi long Covid-19.
Petugas kesehatan menyiapkan peralatan di ruang isolasi khusus untuk penanganan penyakit hepatitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang, Sumatera Barat, 12 Mei 2022. ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
"Nah, sekarang tinggal pembuktiannya terhadap hipotesis itu. Saya punya argumentasi yang kuat dari beberapa riset yang mengarah bahwa ini kaitannya dengan Covid-19," ujarnya.
Salah satu argumentasinya adalah adanya bantahan terhadap teori atau hipotesis bahwa hepatitis akut disebabkan adenovirus. Sebab, faktanya pada sebagian besar kasus anak terinfeksi, adenovirus, yang diduga sebagai penyebabnya, di dalam darah tidak ditemukan dalam jumlah yang tinggi.
Bahkan pada biopsi hepar sangat jarang ditemukan. "Nah, ini kan semakin melemahkan argumentasi bahwa penyebab hepatitis akut dikaitkan dan disebabkan oleh adenovirus," ujar Dicky.
Pada beberapa kasus yang ditemukan adenovirus juga menimbulkan pertanyaan. Mengapa virus ini bisa menyebabkan infeksi pada hati, padahal selama ini dikenal jinak. Dicky menjelaskan, ada temuan yang diduga bahwa dengan adanya infeksi Covid-19, sel T yang merupakan pertahanan tubuh melemah, atau menyebabkan disfungai sistem imunitas.
Peristiwa ini yang akhirnya menimbulkan infeksi. "Ini memerlukan waktu dan saya perkirakan sekitar tiga bulan sudah bisa kami konfirmasi apa penyebabnya," ujarnya.
Di DKI Jakarta, ditemukan 21 kasus diduga hepatitis akut misterius. Dari jumlah itu, tujuh orang berusia di atas 16 tahun dan 14 orang anak-anak di bawah umur tersebut. Tiga dari 14 anak meninggal.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan proses pemeriksaan terhadap 21 kasus itu masih berstatus pending classification. "Jadi, masih kami tunggu beberapa hari ke depan hasil persisnya," kata dia.
Riza meminta masyarakat lebih berhati-hati. Sebab, dugaan hepatitis akut misterius tidak hanya menyerang anak-anak, tapi juga orang dewasa. Apalagi didapati 24 kasus baru yang bergejala hepatitis.
Menurut dia, 21 kasus itu belum dikategorikan hepatitis akut misterius. "Itu masih gejala hepatitis, belum dikategorikan hepatitis akut," ujarnya.
AFRILIA SURYANIS
#cucitangan #pakaimasker #jagajarak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo