Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Federasi Serikat Guru Indonesia atau FSGI merespons soal sejumlah kasus yang menewaskan siswa karena jatuh atau lompat dari gedung sekolah. Deretan peristiwa nahas tersebut, menurut Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti, menunjukkan bahwa ada kelemahan dalam pengawasan sekolah, terutama saat jam istirahat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan gedung sekolah juga dinilai belum aman bagi para siswa, sehingga sistem keamanan sekolah perlu dievaluasi. FSGI, kata Retno, mendorong Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta Dinas Pendidikan mengevaluasi sistem kemanan sekolah mulai dari fisik bangunan maupun guru piket di sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Evaluasi fisik misalnya seperti pagar pembatas. Menurut dia, ketinggian pagar pembatas harus menyesuaikan dengan tinggi badan siswa. "Setidaknya kalaupun bisa lihat ke bawah, (tinggi pagar) setinggi lehernya anak-anak. Sehingga kalau mau naik, sulit," ujarnya dari siaran pers pada Jumat sore, 13 Oktober 2023.
ebelumnya, tercatat ada lima kasus siswa jatuh atau lompat dari gedung sekolah sepanjang Januari sampai awal Oktober 2023. Dari 5 kasus tersebut, 4 di antara korban meninggal dunia dan 2 korban selamat usai perawatan medis.
Pada Januari lalu misalnya, S yang merupakan seorang siswi SMK swasta di Grogol Selatan, Jakarta Selatan jatuh dari lantai empat sekolah. Empat bulan berselang, siswa berinisial BNY pada 5 Mei 2023 meninggal dunia di lapangan voli sekolah setelah diduga melompat dari lantai delapan gedung sekolah.
FSGI mendorong penetapan kriteria pagar atau tembok lantai atas sekolah agar aman dari kecelakaan. "Jika telah ada dasar hukum, namun pihak sekolah mengabaikan maka sekolah dapat dianggap lalai menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan," ujarnya. Namun, kata dia, jika pemerintah belum memastikan dan tak mengawasi secara benar maka kelalaian ada pada pemerintah.
Evaluasi fisik lain yakni keamanan jendela di lantai atas gedung sekolah. Menurut FSGI, perlu adanya pemasangan teralis guna menguatkan upaya pencegahan kecelakaan.
Selain itu, keberadaan cctv untuk memantau siswa juga diperlukan. Keberadaan cctv yang biasanya di ruang kepala sekolah atau kepsek, menurut Retno, harus dipindahkan. Cctv harus berada di ruangan yang mudah diakses oleh guru piket, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, seperti ruang tata usaha.
Selain itu, kata dia, diperlukan konsistensi guru piket untuk berjaga. Retno menekankan guru piket perlu berkeliling di jam-jam tertentu seperti waktu istirahat. Terakhir, FSGI mendorong Dinas Pendidikan untuk berkolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam membangun sistem pencegahan untuk hal-hal yang tak diinginkan.