Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kata Waligereja Indonesia Soal Baksos Gereja yang Ditolak Ormas

Menurut Suharyo, bakti sosial bagi gereja katolik, termasuk di Gereja Santo Paulus Bantul adalah wujud iman.

2 Februari 2018 | 12.50 WIB

Ignatius Suharyo, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia menjawab pertanyaan media di Kantor PBNU, Jakarta, 15 Desember 2017.  Klaim sepihak Presiden AS Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dinilai melanggar hak kemanusiaan. Magang-TEMPO/ Naufal Dwihimawan Adjiditho
Perbesar
Ignatius Suharyo, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia menjawab pertanyaan media di Kantor PBNU, Jakarta, 15 Desember 2017. Klaim sepihak Presiden AS Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dinilai melanggar hak kemanusiaan. Magang-TEMPO/ Naufal Dwihimawan Adjiditho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Konferensi Wajigereja Indonesia sekaligus Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo mengatakan tudingan bahwa kegiatan bakti sosial di Gereja Santo Paulus di Bantul, Yogyakarta merupakan bentuk kristenisasi adalah tidak benar. Menurut Suharyo, kristenisasi bagi gereja Katolik terjadi di masa lampau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tudingan itu sudah pasti tidak benar. Kalau dari pihak gereja katolik, kristenisasi itu sudah masa lampau,” kata Suharyo kepada Tempo pada Jumat, 2 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Suharyo, bakti sosial bagi gereja katolik adalah wujud iman. Ia mengatakan, kegiatan bakti sosial tidak memandang latar belakang agama.

Kegiatan yang dilakukan di Bantul itu, kata Suharyo, ditujukan sebagai respons atas lingkungan sekitar. “Iman diungkapkan dalam ibadah, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan. Dasarnya adalah bahwa kegembiraan dan harapan, keprihatinan serta kecemasan masyarakat adalah kegembiraan, harapan, keprihatinan dan kecemasan murid-murid Yesus juga,” kata dia.

Sebelumnya, Gereja Santo Paulus berencana menggelar kegiatan bakti sosial di rumah Kasmijo, Kepala Dusun Jaranan, Banguntapan, Bantul pada Ahad, 28 Januari 2018. Kegiatan itu merupakan rangkaian dari peringatan 32 tahun berdirinya gereja sekaligus peresmian paroki dari paroki administratif menjadi paroki mandiri.

Namun sejumlah pemuda masjid dan organisasi kemasyarakat atau ormas yang mengatasnamakan Islam mendatangi bakti sosial ketika acara itu baru dimulai. Mereka menolak bakti sosial dengan alasan kristenisasi dan meminta panitia gereja memindahkan kegiatan itu di gereja.

“Ada sekitar 50 orang dari ormas yang datang, di antaranya Front Jihad Islam. Demi menjaga suasana dan pertimbangan keamanan, kami membatalkan bakti sosial,” kata Ketua Panitia Acara, Agustinus Kelikasih.

Bakti sosial tersebut sedianya akan diisi dengan menjual 185 paket sembako murah. Paket itu di antaranya terdiri dari beras, teh dan gula. Ada juga acara bersepeda bersama warga kampung. Selain bakti sosial, panitia gereja pada hari yang berbeda telah menggelar tirakatan, syukuran paseduluran dengan mengundang kalangan muslim. Ada juga ziarah ke sejumlah tokoh.

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus