KUALA Tanjung--98 km sebelah tenggara Medan--kini telah tercantum dalam peta. Desa yang dulu dikenal sebagai gudang nyamuk dan sarang malaria ini sekarang telah berubah wajah. Di sini terdapat pabrik peleburan aluminium, kota baru Tanjung Gading seluas 200 hektar yang mampu menampung 20 ribu jiwa--terpisah 17 km dari Kuala Tanjung -- dan sebuah pelabuhan dengan tiga dermaga. Sebelumnya Tanjung Gading hanya berpenghuni 28 keluarga. Rabu lalu Presiden berkunjung ke Kuala Tanjung. Lebih dari 1300 orang diundang untuk menyaksikan Kepala Negara menekan tombol sirene, meresmikan proyek peleburan ini. Begitu tombol ditekan, arus listrik dari PLTA Asahan di Sigura-gura mengalir ke Kuala Tanjung, menggerakkan potline yang masing-masing terdiri dari 170 tungku yang melebur alumina (bauksit) menjadi aluminium. Seluruhnya nanti akan ada 500 tungku pelebur. Pada tahap pertama pabrik Kuala Tanjung akan menghasilkan 75 ribu ton per tahun. Direncanakan proyek yang akan selesai seluruhnya pada 1984 akan menghasilkan 225 ribu ton aluminium per tahun, Pabrik Kuala Tanjung adalah bagian proyek Asahan yang dikelola PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Jepang (Nippon Asahan Aluminium), dibentuk 6 Januari 1976. Proyek Asahan menelan biaya US$ 2 milyar dan 25% sahamnya dimiliki pemerintah RI. Sebelum pabrik peleburan diresmikan, selama 42 hari sejak 8 Desember lalu, telah dilakukan uji coba jaringan transmisi -- terdiri dari 271 menara yang berkekuatan 275 ribu kilowat. Jarak transmisi dari Sigura-gura ke Kuala Tanjung 120 km. Pada tahap pertama aliran listrik yang menggerakkan pabrik berasal dari dua turbin, masingmasing bertenaga 71,3 megawat. Berbeda dengan proyek gas alam cair di Arun (Aceh Utara), pabrik Kuala Tanjung dengan Tanjung Gadingnya, seolah masih asing dengan masyarakat setempat. Pemerintah Daerah Asahan tampaknya kurang mempersiapkan mereka. Masyarakat Desa Kuala Tanjungrupanya tidak begitu terangkat dengan munculnya proyek ini. Lima tahun lalu desa ini berpenduduk 97 keluarga dengan 1069 jiwa. Setelah dibanjiri pendatang, kini penghuninya berjumlah 4030 jiwa. Sebagian besar (90%) penduduk asli tetap hidup sebagai nelayan dan sisanya bertahan sebagai petani sawah tadah hujan dan kebun kelapa. Banjir sering pula mengunyah sawah penduduk. Sekitar 4,5 km jalan yang ada -- menghubungkan Padang Serunai dan Pematang Sijagur adalah jalan alihan mengganti jalan lama yang tergusur proyek. Sebagian penduduk kini bekerja sebagai buruh kasar di subkontraktor PT Inalum, dengan upah antara Rp 800 - Rp 1000 sehari. "Kami tidak berkecil hati," kata Abubakar, 65 tahun, bekas kepala desa Kuala Tanjung. Para pendatang memang lebih menonjol. Umumnya mereka membuka warung, rumah makan, bengkel motor sampai salon kecantikan. "Kami memang ingin meniru mereka tapi tidak punya ilmu dan kepandaian," tutur T.M. Tarigan, 54 tahun, Kepala Desa Kuala Tanjung. Ganti rugi yang diterima warganya tak mengubah nasi. Mereka tetap menjadi pemancing ikan tradisional. Yang berubah adalah harga tanah. Sebelum ada proyek, harga tanah Rp 40 ribu per rante (20 x 20 meter), kini menjadi Rp 2 juta. Harga sawah yang dulu Rp 40 ribu per hektar kini sekitar Rp 1 juta. Ada kegiatan PT Inalum yang pantas dicatat. Sejak akhir 1978 di Indrapura, 15 km dari Kuala Tanjung, didirikan Pusat Latihan Kejuruan. Sampai dengan angkatan V ada 181 siswa yang telah lulus. Tak semua lulusan bekerja di proyek. "Pusat latihan ini adalah sumbangan dan partisipasi PT Inalum dan Otorita Proyek Asahan. PT Inalum menampung seperlunya tenaga trampil yang lulus," kata Zaini Bachrie dari Humas PT Inalum. Di malam hari, dari kejauhan penduduk Kuala Tanjung, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Asahan, kini bisa menikmati kelap kemilau lampu proyek. Para gadis remaja di sana, agak malu-malu ulai mau bergandengan tangan dengan pacarnya di malam hari. Kalau dulu banyak di antara mereka yang berambut panjang, kini tak kurang yang pergi ke salon memangkas pendek rambutnya. Satu hal lagi. Dinding rumah penduduk desa yang sebelumnya terbuat dari tepas dan daun nipah, sekarang banyak yang memakai papan peti kemas eks proyek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini