Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Keraton Surakarta Kirab 7 Pusaka pada Malam 1 Suro

Acara juga disertai peringatan haul Pakubuwono X yang meninggal pada malam 1 Suro.

20 Juli 2023 | 08.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar kirab tujuh pusaka pada malam 1 Suro yang jatuh pada pergantian hari Rabu malam, 19 Juli 2023, menuju Kamis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum pusaka dikeluarkan dari dalam keraton, seorang abdi dalem wanita keluar. Tepat di depan pintu utama keraton atau yang disebut Kori Kamandungan, abdi dalem tersebut terlihat menyalakan dupa yang dibakar di atas tungku sembari berdoa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di bagian halaman luar, sejumlah abdi dalem pria mulai menyebarkan ubi untuk kerbau yang akan bertugas mengawal sejumlah pusaka keraton. Tepat setengah jam sebelum pusaka dikeluarkan, terlihat lima ekor kerbau atau disebut juga kebo bule datang dari arah alun-alun kidul yang selama ini menjadi kandang sehari-hari.

Usai makan ubi yang sebelumnya sudah disiapkan, pada pukul 24.00 WIB bertepatan dengan dibunyikannya lonceng sebanyak 12 kali, kerbau mulai jalan untuk memimpin kirab sekaligus mengawal pusaka.

Terlihat putra mahkota Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purboyo bersama dengan kerabat keraton juga mengikuti kirab atau topo bisu. Di belakang, rombongan terlihat satu per satu pusaka mulai dikeluarkan. Setiap pusaka dikawal oleh rombongan peserta kirab sekaligus abdi dalem yang membawa oncor serta payung keraton.

Kirab tersebut mengambil rute Supit Urang, Jalan Pakubuwana, Gapura Gladag, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke Keraton Solo.

Mengenai ritual malam 1 Suro di Keraton Surakarta, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta Kanjeng Raden Aryo Dani Nur Adiningrat mengatakan prosesi dimulai dengan tradisi wilujengan pada pukul 19.00 WIB. Selanjutnya ada peringatan haul Pakubuwono X yang meninggal pada malam 1 Suro.

"Jam 22.30 WIB mulai dilakukan persiapan. Abdi dalem dan sentono dalem yang dapat tugas ngampil dan bongkar berjajar, dibagikan sangsang atau kalung bunga melati, setelah itu gajah nguling atau hiasan telinga yang menandakan dia utusan raja untuk bawa pusaka," katanya.

Selanjutnya pusaka yang disimpan di gedong pusaka dikeluarkan satu per satu. Sesampainya di pelataran, pembawa pusaka didampingi oleh abdi dalem yang membawa tombak dan oncor. "Lalu dibuat grup-grup untuk kemudian dikirabkan," imbuhnya.

Ia menambahkan ketika iring-iringan kirab berangkat, ada ritual doa di kawasan sakral keraton yang disebut bandengan. Selain itu, juga dilakukan shalat hajat dan shalat malam di masjid dalam keraton. "Jadi, ada yang berdoa lewat kirab, meditasi," tambahnya.

Sementara itu, tidak terlihat pejabat nasional yang turut hadir, termasuk Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kali ini tidak datang mengikuti kirab. Meski demikian, ada salah satu tokoh yang terlihat hadir, yakni putra Gubernur Jawa Tengah, Alam Ganjar.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus