KEGIATAN penelitian di Indonesia memang belum bangun.
Universitas, yang seharusnya melakukan kegiatan itu secara
intensif, belum bergerak seperti yang diinginkan. Paling tidak
itu diakui Rektor UI Prof. Dr. Mahar Mardjono dalam pidato Dies
UI ke 29 pekan lalu.
Memang banyak kemajuan sudah dicatat UI selama ini. Jumlah
doktornya sejak 1950 sampai sekarang sudah 136, di antaranya 10
doktor dihasilkan UI di tahun akademi lalu. Dan di Sabtu yang
cerah itu, sebanyak 165 sarjana baru telah dilepas, hasil
berbagai fakultasnya. Juga bisa dimengerti bila Prof. Mahar
mengucap syukur, mahasiswa yang ditahan sejak awal 1978 kini
sudah dilepaskan semua. "Hanya seorang dosen hingga kini masih
dalam tahanan," katanya.
Dibandingkan universitas lain angka-angka itu jelas prestasi.
Tapi Mahar tak mau melaporkan yang baik-baik saja. Maka
disebutlah beberapa kelemahan, antara lain yang menggambarkan
kegiatan mahasiswa UI selama setahun 30% untuk istirahat dan
tidur, 50% untuk kegiatan lain dan hanya 20% untuk kegiatan
akademis. Bentuk kegiatan yang terakhir itu misalnya kuliah,
membaca buku dan penelitian.
Maka ketika membicarakan masalah penelitian itulah Prof. Mahar
tidak gembira. "Masih sangat minim," katanya. "Mahasiswa terlalu
santai."
Tentu saja soal penelitian itu mengundang reaksi drs. Harsono
Suwardi, MA, Pembantu Dekan bidang penelitian Fakultas llmu-llmu
Sosial Ul mengatakan hal tersebut bukannya tanpa sebab.
"Minat mahasiswa mengadakan penelitian cukup besar. Paling tidak
di FIS UI. Tapi kita kekurangan biaya," kata pembantu dekan itu.
Di FIS UI tiap semesternya tidak kurang 100 mahasiswa dikirim ke
daerah untuk melakukan penelitian ilmiah. Dan untuk itu
membutuhkan biaya tak kurang dari Rp 4 juta, yang sebagian besar
diusahakan oleh fakultas sendiri.
Himbauan
Menyinggung soal biaya penelitian yang katanya tidak cukup itu,
Mahar tidak percaya. Bukannya tidak percaya anggaran penelitian
memang kurang, tapi tidak percaya kalau anggaran dicukupkan lalu
penelitian meningkat. "Penelitian," kata Mahar, "tidak bisa
diciptakan dalam waktu sekejap."
Kepada TEMPO dijelaskannya, pidato pada Dies UI itu merupakan
himbauan kepada seluruh masyarakat. "Kalau saya mengatakan
mahasiswa, itu tidak hanya untuk mahasiswa. Juga tidak hanya
untuk para pendidik. Tapi untuk kita semua sebagai bangsa."
Cepat-cepat ditambahkannya kalau penelitian memang banyak
dilakukan, tapi intensitasnya kurang. Dengan demikian hasilnya
pun kurang bisa dimanfaatkan.
Soal intensitas penelitian itu pun menjadi keprihatinan Lcmbaga
llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI. Dr. S. Sastrapradja, Kepala
Deputy Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam LIPI, menunjuk sebabnya:
"Penelitian seharusnya dilakukan full time. Sekarang ini,
kecuali tenaga ahli sedikit, itu pun masih punya pekerjaan lain.
Jadi perhatian terhadap penelitian yang dilakukan tldak
sepenuhnya."
Soal waktu yang tidak sepenuhnya itu pula yang ditunjuk Mahar
sebagai penyebab mahasiswa lesu. Tapi ini soal waktu dosen
ketemu mahasiswa. Praktis, paling banyak sesuai jam kuliah saja
dosen ketemu mahasiswanya. Akibatnya, menurut Mahar, arahan
terhadap mahasiswa kurang. Dan kenapa dosen tidak sepenuhnya
mengabdi kepada anak didiknya, alasannya telah jadi klasik:
mencari tambahan nafkah. Contoh bagaimana dosen bekerja
sepenuhnya di fakultasnya, misalnya di Malaysia seorang dokter
yang mengajar di universitas tidak diperbolehkan buka praktek,
begitu cerita Mahar.
Namun Menteri P & K Daoed Joesoef punya pendapat lain, meski ia
membenarkan kata Mahar. "Tidak bisa hanya dengan alasan dosennya
memberi kuliah ke sana ke mari lalu kegiatan akademis boleh
lesu. Kesadaran harus datang dari si mahasiswa sendiri," kata
Daoed.
Nah, yang jadi soal kemudian ternyata kesadaran si mahasiswa
sendiri. Hanya saja bagaimana mendatangkan kesadaran ini?
Kecuali dari sang dosen memang masih bisa diajukan satu sumber
lagi yang disebut kurikulum. Mahar mengakui kalau kurikulum
memang belum mendorong mahasiswa untuk lebih berinisiatif
sendiri, baik dalam proses belajar di bangku kuliah maupun agar
mahasiswa mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini