MAHASISWA tanpa kampus bukan mahasiswa malas. Mereka memang tak tampak pergi kuliah sebagaimana lazimnya. Tapi bukan berarti mereka tidak belajar. "Justru mereka dituntut belajar lebih keras," kata Setijadi, dari IKIP Negeri Jakarta. Tanpa semangat belajar sendiri, mahasiswa tanpa kampus tak ampun lagi pasti gagal. Tapi, siapa itu mahasiswa tanpa kampus? Mereka adalah 25 ribu mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia, yang ditampung di universitas terbuka. Bukan universitas yang kampusnya mirip lapangan bola. Tapi suatu sistem perkuliahan yang tidak terikat pada gedung kuliah dan dosen, yang direncanakan dimulai September nanti. Dan kini, 16-26 Januari, di Hotel Kemang, Jakarta, sejumlah ahli berkumpul membicarakan segala hal yang berkaitan dengan rencana membuka universitas terbuka itu. Gagasan universitas yang perkuliahannya tidak terikat waktu dan ruang ini, pertama-tama, memang untuk menampung ledakan lulusan SMTA. Sudah jamak diketahui, hampir semua lulusan SMTA ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, mengejar gelar. "Tapi pembangunan perguruan tinggi konvensional, ada kampus lengkap dengan fasilitasnya, tidak mengejar jumlah lulusan SMTA," tutur Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Doddy Tisnaamidjaja. Dan selain sistem kuliahnya, universitas terbuka sama seperti universitas biasa. Cuma, universitas macam ini belum bisa melayani mereka yang bercita-cita menjadi dokter atau insinyur. Tahun ini, untuk program gelar, baru ada empat jurusan: Admimstrasi Negara, Administrasi Niaga, Statistik Terapan, dan Ekonomi & Studi Pembangunan. "Itu semua ilmu-ilmu yang tidak membutuhkan praktikum laboratorium," tutur Doddy. Ini, tentu, selain untuk menekan biaya proyek universitas terbuka, juga "mau dilihat dulu kelancaran kerja para pengelolanya," kata Doddy pula. Adapun untuk program diploma, dibuka 11 jurusan. Antara lain Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris - singkat kata pendidikan pelajaran yang ada di SMP. Program ini memang untuk menampung guru SMP yang berniat belajar lagi. Sebenarnya, universitas terbuka tidak muncul tiba-tiba. Perintisannya sudah dimulai dua tahun lalu, dengan sistem belajar jarak jauh (SBJJ) di lima IKIP dan dua universitas negeri. Pengalaman mengelola SBJJ itulah yang kemudian dikembangkan untuk membuka universitas terbuka. Prinsipnya lebih kurang sama. Para mahasiswa diminta belajar sendiri lewat modul yang dikirimkan. Mereka juga diminta membaca buku-buku yang dianjurkan. Di tempat-tempat tertentu, dibentuk kelompok mahasiswa yang dipimpin seorang tutor, tempat berkonsultasi para mahasiswa itu. "Untuk menentukan tempat tutor-tutor, kini masih terus didiskusikan," kata Setijadi. Direncanakan, untuk tiap kelompok dengan 40 mahasiswa yang tinggalnya berdekatan, disediakan seorang tutor. Dari SBJJ yang kini pelaksananya sudah ditambah dengan lima IKIP lagi, terbukti bahwa belajar lewat jarak jauh memang mungkin. Mahasiswa program diploma SBJJ tahun pertama hanya sekitar seribu. Kini, mencapai tiga ribu. "Memang ada yang putus kuliah, tapi hanya sekitar 10%," tutur Setijadi, yang sehari-hari menjadi wakil dekan Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Walhasil, SBJJ memang dianggap memadai. Hambatan teknis, terlambatnya modul sampai ke mahasiswa, tentunya gampang diatasi. Yang pokok, ternyata, modul yang disusun panitia pusat "mudah dipahami," kata Djoko Santoso, guru SMP Bubutan, Surabaya. "Sebenarnya, program diploma dalam universitas terbuka tinggal melanjutkan SBJJ itu," kata Setijadi. Yang baru sama sekali adalah program sarjananya. Seleksi calon mahasiswa universitas terbuka menumpang pada seleksi masuk perguruan tinggi biasa. "Bila mereka tidak diterima di universitas biasa, kami tawarkan masuk universitas terbuka," tutur Setijadi lagi. Mereka yang sudah bekerja akan diseleksi lewat nilai rapor SMA. "Setelah itu, seleksi akan dilakukan di tahun pertama." Tentu, meski namanya terbuka, universitas ini ada pusatnya, sebagai pusat administrasi dan akademis. Hingga pekan lalu, baru diputuskan Depok, di Kampus UI, sebagai pusat pertama. Dari pusat ini, modul kuliah disebarluaskan. Di pusat ini pula semua bahan tes dari daerah diperiksa. "Rencananya dengan komputer," kata Setijadi. Dengan sistem itu, sama sekali mahasiswa universitas terbuka tak perlu beranjak dari tempat tinggalnya - selain untuk bertemu tutor, bila perlu. Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi, sistem perkuliahan pertama kali diutamakan dengan modul yang dikirim lewat pos. "Nanti, akan disusul dengan radio kaset dan video kaset," katanya. Untuk itu, Pusat Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan Departemen P & K, di Ciputat, Jakarta, sudah siap. Pusat ini sudah sejak 1979 menyiapkan diri melayani sistem pendidikan jarak jauh. Di sini ada satu studio televisi komplet dengan alat perekam dan studio pemadu gambar. Juga tersedia studio untuk membuat film animasi. "Peranan kami di sini ialah menjabarkan kurikulum yang diprogramkan ke dalam bentuk media, baik radio kaset maupun video kaset, kemudian memproduksikannya," kata Yusufhadi Miarso, pimpinan pusat ini. Lalu, apakah dengan alat-alat modern, ongkos universitas terbuka tidak menjadi mahal? Ongkos produksi untuk sebuah mata kuliah dengan video kaset, untuk rekaman 30 menit, paling murah Rp 500 ribu. "Tapi harus dilihat daya jangkau dan manfaatnya," kata Yusufhadi lebih lanjut. Memang, misalkan kuliah lewat jaringan televisi untuk universitas terbuka sudah terlaksana, sebuah video kaset yang disiarkan bisa diikuti setidaknya 25 ribu mahasiswa yang direncanakan, yang berada di seantero tanah air. Maka, dengan alokasi rencana biaya Rp 4,5 milyar, dari mahasiswa universitas terbuka hanya akan ditarik uang kuliah sekitar Rp 30 ribu per semester - lebih kurang sama dengan uang kuliah universitas negeri. Namun, jangka waktu mencapai kesarjanaan diperkirakan Setijadi dua kali masa kuliah di universitas biasa. "Soalnya, 'kan banyak yang kuliah sambil kerja," katanya. Sebenarnya, universitas terbuka di sini masih setengah tertutup. Di Inggris, yang punya universitas terbuka sejak 1974, calon mahasiswanya boleh siapa saja, tanpa dituntut ijazah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini