Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konvensi calon presiden Partai Demokrat sudah setengah jalan. Sebelas calon presiden tengah menghadapi survei elektabilitas dan road show ke sepuluh kota besar pada Januari-Februari 2014. Namun kegiatan itu terhalang kucuran anggaran yang seret dan sepinya dukungan media massa. Kamis pekan lalu, di kantor Komite Konvensi Partai Demokrat di Jalan Pati Unus 75, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Jobpie Sugiharto dari Tempo mewawancarai Ketua Komite Maftuh Basyuni. Sekretaris Komite Suaidi Marasabessy hadir dan ikut menjawab pertanyaan.
Apakah Komite merupakan penentu calon presiden dari Demokrat?
Hasil survei akan diberikan kepada Komite untuk menentukan siapa yang menjadi calon presiden. Lalu hasil itu kami serahkan kepada Majelis Tinggi Demokrat.
Pemenang konvensi pasti menjadi calon presiden Demokrat?
Itu urusan Majelis Tinggi. Barangkali, kalau berdasarkan hasil pemilu, Demokrat hanya bisa mengajukan calon wakil presiden, ya itu keputusan Majelis Tinggi. Mandat kepada kami adalah mencari calon presiden.
Bagaimana konsep konvensi?
Kami memperkenalkan para kandidat. Lalu kami adakan survei, wawancara panel, road show, lalu survei lagi. Survei nasional soal elektabilitas calon yang terakhir akan digelar pada April 2014. Respondennya masyarakat umum.
Mengapa tak memakai konsep Amerika? Ada pemilihan di semua provinsi, lalu hasilnya dikumpulkan di pusat….
Kami membuat konvensi ala Indonesia. Juga agar efisien dananya. Menurut Pak Yudhoyono, konvensi ini bisa menjadi sunnah atau jalan menuju pelaksanaan selanjutnya.
Kapan wawancara dan debat diadakan?
Suaidi: Wawancara panel dengan para ahli pada Januari 2014, yang terbuka untuk pers. Pada Februari, ada road show di sepuluh kota besar yang mewakili Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Indonesia timur. Para calon akan dibagi dalam dua kelompok, tapi masing-masing akan muncul di sepuluh kota itu.
Kota apa saja?
Suaidi: Bandung, Surabaya, Semarang, Balikpapan, Medan, Palembang, Makassar, Ambon, Denpasar, dan Jayapura.
Apa dasar penentuan kota-kota itu?
Itu merupakan kota-kota besar di Indonesia dan ada flight bolak-balik. Biar ekonomis. Misalnya, ada penerbangan Bandung-Surabaya. Pada hari itu, lima calon berdebat di Bandung dan enam di Surabaya. Besoknya gantian.
Bukan soal kantong Demokrat atau wilayah yang akan digarap?
Ya, terutama efisien. Dan itu kan kota-kota besar.
Berapa anggaran Komite?
Suaidi: Maksimal Rp 50 miliar. Kami tak minta sekaligus, tapi sebanyak yang dibutuhkan saja. Jadi seolah-olah seret.
Sudah berapa yang mengucur?
Suaidi: Baru 20 persen.
Berapa anggaran survei?
Suaidi: Rp 8,7 miliar, termasuk dengan tim evaluasi survei.
Untuk panel dan road show?
Kami belum memutuskan. Tapi paling besar itu.
Ada kerja sama dengan media?
Enggak ada yang khusus. Kami diminta Rp 900 juta untuk satu tayangan, termasuk debat dan blocking time di televisi. Itu pemerasan. Mungkin nanti kerja sama dengan televisi lokal.
Pemerasan?
Katanya gratis, tapi ternyata tidak. Ya, memang enggak mungkin gratis. Sebelum masalah TVRI, ada tiga media televisi yang akan mem-back up untuk menyiarkan seluruh kegiatan kami. Tapi tidak jadi gara-gara kasus itu.
Sepertinya konvensi ini tak jelas konsepnya….
Suaidi: Mulai Januari nanti akan ada terus, mungkin sampai April akan ramai. Sekarang peserta konvensi kami bebaskan melakukan promosi diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo