Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Masih Fokus pada Polly

30 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah Mahkamah Agung memutuskan Pollycarpus tidak terbukti membunuh Munir, pertanyaan berikutnya adalah: siapa pencabut nyawa aktivis hak asasi manusia itu? Polisi sudah membentuk tim baru guna mencari sang pembunuh. Jumlahnya 37 orang—hampir dua kali lipat dari tim lama yang terdiri dari 23 orang. Toh, penyelidikan polisi masih berfokus pada peran Pollycarpus. ”Polisi tetap fokus ke Pollycarpus, jadi tidak ada tersangka baru,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Paulus Purwoko, pada 13 Oktober lalu.

Mahkamah Agung, menurut Paulus, masih membuka peluang kepada jaksa penuntut umum untuk mengajukan peninjauan kembali, walau Pollycarpus sudah divonis bebas. Kini polisi berusaha mencari bukti baru atau novum untuk diajukan dalam sidang peninjauan kembali. ”Kami akan mati-matian mendapatkan novum,” Paulus berjanji.

Polisi mencatat ada 15 kejanggalan dalam kasus ini. Segenap kejanggalan melibatkan Pollycarpus. Antara lain, kata Paulus, soal surat tugas Pollycarpus yang dipalsukan. Surat tugas palsu itu tidak berdiri sendiri tapi terkait dengan 14 kejanggalan lainnya.

Pollycarpus juga mengaku menginap di Hotel Novotel Apollo Singapura sesudah turun dari pesawat Garuda, 7 September 2004. ”Tapi ternyata dia tidak menginap di hotel itu,” kata Paulus. Karena semua kejanggalan masih bersumbu pada Pollycarpus, penyelidikan tim baru polisi juga masih tetap berpusat pada tersangka yang sudah divonis bebas itu.

Mohammad Assegaf, kuasa hukum Pollycarpus, membantah keras kejanggalan-kejanggalan versi polisi. Assegaf balik menuding penyelidikan dan dakwaan dalam kasus ini bertabur kejanggalan. Salah satu contoh, soal motivasi pembunuhan. Dalam dakwaan, jaksa menerangkan bahwa motivasi pembunuhan karena Pollycarpus kurang senang terhadap sepak terjang Munir yang membahayakan negara. Dakwaan itu, di mata Assegaf, tidak masuk akal. Alasan dia, ”Bagaimana mungkin orang sekelas Pollycarpus bisa berpikir patriotik seperti itu?”

Kejanggalan lain, masih menurut Assegaf, adalah soal masuknya racun arsenik ke tubuh Munir. Dalam dakwaan jaksa dijelaskan, racun arsenik masuk lewat minuman jus jeruk. Bukti itu sama sekali tidak muncul di persidangan. Mengutip Assegaf: ”Majelis hakim malah menilai racun masuk lewat mi goreng.”

WM dan Dimas Adityo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus