TUNTAS sudah, penggantian pimpinan Angkatan Darat di Kodam IX Udayana, menyusul Insiden Dili. Senin lalu, di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Mayjen. Sintong Panjaitan digantikan oleh Mayjen. Herman Leopold B. Mantiri. Penggantian yang merupakan realisasi instruksi Presiden Soeharto selaku Panglima Tertinggi ABRI ini disaksikan hampir sebagian pejabat teras ABRI. Mulai dari Menhankam L.B. Moerdani, Pangab Jenderal Try Sutrisno, Pangkostrad Mayjen. Wismoyo Arismunandar, sampai Kasospol ABRI Letjen. Harsudiono Hartas. Hadir pula Uskup Dili Ximenes Belo, yang tampak akrab berbicara dengan Pangkolakops Tim-Tim yang baru, Brigjen. Theo Syafei. Juga hadir Dubes RI untuk Australia, Sabam Siagian. Ini memang sebuah peristiwa penting. "Arti penting tersebut bukan hanya karena terjadinya peristiwa 12 November di Dili," kata KSAD Jenderal Edi Sudradjat dalam sambutannya. Tapi juga karena peranan Kodam Udayana dalam menjaga kestabilan kawasan "pintu masuk" Indonesia Timur. Soal Peristiwa 12 November di Dili, menurut Jenderal Edi, telah diatasi aparat keamanan setempat. "Meski kemudian menimbulkan akibat-akibat sampingan yang cukup memprihatinkan," katanya. Karenanya, seluruh masalah yang menyangkut peristiwa tersebut akan ditangani secara proporsional, baik yang menyangkut jajaran ABRI maupun instansi lainnya. Mayjen. Sintong Panjaitan dinilai KSAD sudah menunaikan tugas dengan maksimal. Buktinya, berbagai kemajuan telah dicapai lewat operasi teritorial di Tim-Tim, yang lahir dari karya kreatif dan pemikiran inovatif Sintong. Meskipun, "Pada suatu saat, sangat disayangkan terjadi peristiwa 12 November." Peristiwa ini, katanya, merupakan keadaan yang berada di luar kemampuan, dan dapat membuahkan ketidakberhasilan ataupun kegagalan. KSAD berharap pada Mantiri, dengan bekal pengalamannya selama ini -- ia pernah menjadi Panglima Komando Operasi Tim-Tim -- bisa membawa dinamika perubahan. Secara khusus, KSAD mengingatkan masih adanya sumber gangguan keamanan potensial yang berusaha memecah belah, menimbulkan kekacauan, dan berlindung di balik kesucian tempat ibadah agama. Sebelum acara ini berlangsung, Sintong Panjaitan sendiri sudah mengadakan perpisahan dengan jajaran Kolakops. Acara itu berlangsung di Balai Prajurit, Markas Kodam Udayana, Kamis malam pekan lalu. Diiringi lagu Maju Tak Gentar, Brigjen. Rudolf Samuel Warouw, Kolonel J.P. Sepang, dan Kolonel Gatot Purwanto, yang masing-masing didampingi istri, terlihat bergiliran mengisi buku tamu dan menulis kata perpisahan. Dalam acara pelepasan tiga pimpinan penting Angkatan Darat di Tim-Tim ini, Sintong berusaha membesarkan hati anak buahnya. Maklum, ketiganya baru saja melepas jabatan -- masing-masing sebagai Panglima Komando Pelaksana Operasi, Komandan Korem, dan Asisten Intel Kolakops -- menyusul terjadinya Insiden Dili. Sintong, pahlawan "operasi Woyla" itu, meminta agar ketiganya tabah menerima tindakan apa pun yang ditimpakan oleh atasan. Hadirin pun ikut hening. Warouw, Sepang, dan Gatot kemudian berbaris teratur di hadapan Sintong. Sebentuk cincin emas diberikan Sintong kepada ketiganya, juga plakat Kodam Udayana. Alunan lagu perpisahan Auld Lang Syne menambah keharuan. Sintong menyalami anak buahnya itu satu per satu, lalu memeluknya erat-erat. Acara berlanjut ke Aula Kodam, sekitar seratus meter dari Balai Prajurit. Suasana haru masih terasa. Terutama ketika Warouw mengucapkan kesankesan selama bertugas di Tim-Tim. Orang militer nomor satu Tim-Tim sejak Desember 1989 ini menjelaskan bahwa ia sudah berupaya agar operasi teritorial berjalan lancar. "Tekad dan pengabdian kami tak pernah kendur," kata Warouw berbicara tersendat-sendat menahan haru. Demikian pula Komandan Korem 164 Wiradharma, juga Wakil Pangkolakops, Kolonel Sepang yang mengaku SSB alias "sudah stres berat", dan Kolonel Gatot. Keesokan harinya, bagai berat berpisah dengan anak buahnya, Sintong masih mengajak ketiganya lari pagi. Setelah itu, secara simbolis, orang Tarutung, Sumatera Utara, yang kini 49 tahun itu menyerahkan sarung dan baju. Maknanya, konon, Sintong ingin mereka sebersih sarung dan baju baru ketika meninggalkan Kodam Udayana. Penghormatan yang luar biasa juga diterima Warouw ketika menyerahkan jabatan kepada Brigjen. Theo Syafei, Rabu pekan lalu. Tak biasa, karena pucuk pimpinan ABRI Pangab Jenderal Try dan KSAD Jenderal Edi pun hadir. Menhankam L.B. Moerdani mendarat di Dili pada Rabu subuh, beberapa jam sebelum acara dimulai. Esok harinya, ketika akan bertolak ke Denpasar, Warouw juga disanjung-sanjung anak buahnya. Sekitar seratus prajurit Batalyon 744 Dili berbaris dari ruang VIP Bandara Comoro sampai ke tangga pesawat. Ketika Warouw muncul, terdengarlah nyanyian, "Sayonara, sayonara, sampai berjumpa pula...." Para prajurit kemudian "menyerbu" dan memeluk Warouw, lalu menggotongnya sembari meneriakkan yelyel, "Hidup Panglima, hidup...." Di mana pos selanjutnya para perwira asal Dili ini? Sumber TEMPO menduga, Brigjen. Warouw bakal menjalani masa pendidikan, sebuah rencana yang sudah agak lama terdengar. Jenderal Edi, seusai serah terima Pangdam Udayana, Senin lalu, mengatakan bahwa Sintong dan Warouw akan ditarik ke MBAD. "Mereka akan menghadap DKM dulu. Setelah itu, baru ditentukan posisinya," kata Edi. Satu babak penting Kasus Dili sudah usai. Toriq Hadad, Sandra Hamid, Ruba'i Kadir, dan Silawati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini