Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Megawati Sebut Bung Jokowi, Ingin Populerkan Kembali Panggilan Bung

Megawati ingin mempopulerkan kembali sapaan Bung. "Pak Jokowi lucu enggak kalau saya panggil Bung Jokowi?" katanya.

13 Agustus 2021 | 15.15 WIB

Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tiba di lokasi HUT ke-45 PDIP di JCC Senayan, Jakarta, 10 Januari 2018. HUT PDIP tahun ini mengusung tema Pancasila Bintang Penuntun Indonesia Raya. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tiba di lokasi HUT ke-45 PDIP di JCC Senayan, Jakarta, 10 Januari 2018. HUT PDIP tahun ini mengusung tema Pancasila Bintang Penuntun Indonesia Raya. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekanoputri ingin mempopulerkan lagi panggilan “Bung” di Indonesia seperti di era Presiden Sukarno, yang juga kerap dipanggil “Bung Karno”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Menurut saya, kita harusnya mempopulerkan menyebut “bung”, seperti tidak ada perbedaan," kata Megawati seperti dikutip dari Channel bknp pdiperjuangan, Kamis 12 Agustus 2021. "Saya bilang ke Pak Jokowi saya cerita ini, Pak Jokowi lucu enggak kalau saya panggil Bung Jokowi? Tapi kayaknya enggak juga loh," kata Mega dalam webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa yang disiarkan secara virtual tersebut.

Menurut laman kbbi.kemdikbud.go.id, “bung” merupakan nomina yang berarti kata sapaan akrab kepada seorang laki-laki atau abang. Jika melihat dalam konteks historis, panggilan “bung” di Indonesia mulai marak digunakan semenjak zaman revolusi kemerdekaan dimana pada saat itu semua pejuang saling memanggil satu sama lain dengan sebutan “bung”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kata “bung” diambil dari varian bahasa Betawi, “abang” yang berarti “kakak laki-laki.” Kata “abang” juga umum dipakai di masyarakat Jawa. Menurut Parakitri T. Simbolon dalam Menjadi Indonesia, Sukarno memperkenalkan sapaan “bung” sejak terbentuknya Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 17-18 Desember 1927. “Dipanggil ‘Bung’ (panggilan akrab kepada saudara) sesuai anjurannya, Soekarno berhasil menjadikan semboyan seluruh cita-cita pergerakan, dan kebetulan juga ideologi PNI, yakni ‘merdeka’,” tulis Parakitri.

George McTurnan Kahin dalam Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, menjelaskan bahwa kata “bung” yang dapat diterjemahkan sebagai “saudara” dapat disejajarkan dengan kata “warganegara” (citizen) dalam Revolusi Prancis tahun 1789 atau “kamerad” dalam Revolusi Rusia pada 1917. Gagasan yang mungkin dikandung kata “Bung” adalah sebuah sintesis dari istilah “saudara serevolusi”, “saudara nasionalis Indonesia”, dan “saudara serepublik”.

Maksud menyapa dengan “bung”, untuk mempererat hubungan satu dengan lainnya, merasa semua satu keluarga, senasib dan sepenanggungan, sama rata sama rasa, tanpa perbedaan tingkatan maupun kedudukan.

Hal ini sesuai dengan harapan Megawati bahwa penyebutan “Bung” terlihat lebih bermakna karena memiliki kesan tidak adanya perbedaan antara orang satu dengan lainnya. Di Indonesia, tak hanya Bung Karno tokoh yang terkenal dengan panggilan “bung”, tokoh proklamator lain Mohamad Hatta pun dipanggil Bung Hatta. Selain kedua tokoh tersebut, ada lagi tokoh sepert Sutomo yang akrab dipanggil Bung Tomo dan Sukarni Kartodiwirjo yang akrab dipanggil Bung Karni.

NAUFAL RIDHWAN ALY 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus