BUKAN hanya udara musim gugur yang akan menyebut kunjungan
Presiden Soeharto ke Inggeris 13 - 16 November ini. Beberapa
organisasi yang berpusat di London seperti Amnesty International
dan Tapol, yang selama ini banyak melancarkan propaganda anti
Indonesia, tampaknya akan meningkatkan kegiatan mereka.
Dua minggu sebelum kunjungan Presiden misalnya, sudah mulai
disebarkan selebaran berukuran kartupos di London. Kelihatan di
stasiun kereta api, bis dan jendela kereta api, isi selebaran
ini menuduh adanya "pembunuhan massal" di Indonesia. Tidak jelas
siapa yang menyebarkanna.
Tapi itu bukan hal baru untuk London. Ketika Reza Pahlevi masih
berkuasa di Iran, kereta api dan stasiunstasiun dipenuhi slogan
anti-Pahlevi. Sekarang ini sudah berganti dengan selebaran
anti-Khomeini. Waktu Presiden Uni Soviet Leonid Brezhnev tiba ke
Inggeris, dia disambut demonstrasi anti-Soviet Yang terakhir
tatkala Perdana Menteri RRC Hua Guo-feng berkunjung ke Inggeris
akhir bulan lalu. Potret-potret besar wartawan muda pembangkang
Wei Jingsheng yang dijatuhi hukuman penjara 15 tahun tampak
dipasang menyambut Hua.
Hingga kalaupun ada poster anti Indonesia atau anti-Soeharto,
itu bisa dianggap sesuatu yang "rutin". "Hal-hal seperti itu
sudah kita perhitungkan, " ujar Pangkopkamtib Sudomo pada TEMPO
pekan lalu. Yang selalu dijadikan sasaran untuk mengecam adalah
adanya "tahanan politik" di Indonesia. Tapi pembebasan tahanan
G30S/PKI golongan B pertengahan November dan Desember ini
tampaknya bisa membuat kelompok anti-lndonesia ini kehilangan
isyu. "Mereka sudah ketinggalan. Mereka mengecam terus, padahal
kini sudah tidak ada lagi tahanan golongan B di Indonesia," kata
Kepala Puspen Hankam Brigjen Goenarso SF pekan lalu.
Tidak Mengganggu
Laporan Amnesty International bulan lalu khusus untuk menyambut
Tahun Kanak-kanak Internasional misalnya, mengecam keras
Indonesia di samping puluhan negara lain termasuk Uni Soviet dan
Inggeris sendiri. Mengenai Indonesia, laporan itu antara lain
mengatakan, banyak anak yang sekarang ini berumur di atas dua
puluhan tahun telah menghabiskan separo dari umur mereka di
penjara atau kamp tahanan setelah kup PKI 1965. Sebagian dari
mereka terpenjara karena menyertai orang tua mereka di penjara
atau Pulau Buru
Apapun juga, kegiatan kelompok-kelompok itu tidak akan
mengganggu acara kunjungan Presiden yang disertai Ibu Tien dan
tiga menteri. Walau akan ada pembicaraan resmi antara Presiden
Soeharto dan PM Inggeris Ny Margaret Tatcher -- di samping
pembicaraan tingkat menteri -- sebagian besar acara Presiden di
Inggeris akan berupa upacara-upacara resmi. Seperti biasanya,
Presiden Soeharto dalam kunjungan ini juga menyempatkan diri
meninjau kemajuan peternakan di Inggeris, dengan mengunjungi
Grassland Research Institute di Hurley dan Cattle Breeding
Centre di Shinfield.
Dari Inggeris kunjungan akan diteruskan ke Sri Langka dan Bangla
Desh. Belakangan ini, hubungan perdagangan antara Indonesia
denan kedua negara ini makin meningkat. Tidak hanya pupuk dan
semen saja yang diekspor Indonesia, tetapi juga berbagai
komoditi lain seperti asbes semen ke Sri Langka.
Selain pembicaraan resmi, di Sri Langka Presiden akan meninjau
perkembangan kepariwisataan, yang merupakan sumber pendapatan
terbesar kedua setelah ekspor teh.
Di Bangla Desh suatu perjanjian pembelian pupuk kabarnya akan
ditandatangani Presiden Indonesia dan Presiden Bangla Desh Ziaur
Rahman di hari terakhir kunjungan.
Rabu sore 21 November 1979 atau 1 Muharram 1400 -- hari pertama
memasuki abad 15 Hijriah, Presiden dan rombongan sudah akan tiba
kembali di tanah air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini