Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Meminjam uang, membangun gedung

Ypk ora et labora mendapat kredit dari panin bank untuk membangun gedung sekolah. (pdk)

4 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK pertama kalinya sebuah sekolah swasta membangun dirinya denan kredit dari bank. Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Ora et Labora, yang Sabtu pekan lalu merayakan ulang tahunnya ke-17, agaknya berhak bangga dengan gedung bertingkat tiganya kini, di Jl. Panglima Polim I, Jakarta Selatan. Ceritanya dimulai dari 1980. Waktu itu YPK Ora et Labora (kata itu artinya: bekerja dan berdoa) telah berusia 14 tahun, dan baru dua tahun membuka SMA-nya. "Tapi terasa sudah sarana pendidikan kami sudah tidak memenuhi syarat," kata John Riupassa, salah seorang pendiri yayasan ini. Dikisahkannya bagaimana sekolah Taman Kanak-kanaknya pada 1977 terpaksa dipisahkan dari gedung induk, karena kehabisan tempat. Padahal dari segi mutu, untuk sekolah swasta, SMA Ora et Labora di kawasan Jakarta Selatan menduduki tempat ketiga setaah SMA Pangudi Luhur dan Tarakanita. Waktu itulah terpikir oleh para pimpinan YPK Ora et Labora untuk mencari pinjaman uang guna membangun dan memperbaharui sarana pendidikan. "Kami mengajukan permohonan peminjaman kredit ke bank pemerintah sampai dua kali, ke beberapa bank swasta tiga kali," tutur John Riupassa pula. Tapi cuma pihak Panin Bank yang menjawab. Setelah proses sebagaimana biasa, persetujuan pemberian kredit yang jumlahnya lebih dari Rp 100 juta diberikan dalam dua tahap. Pinjaman tahap kedua itu baru saja ditandatangani, 23 Mei lalu. Tapi mengapa yayasan ini tidak mencoba dahulu mendapatkan subsidi dari pemerintah? "Waktu itu kebutuhan kami mendesak. Permohonan subsidi kepada pemerintah biasanya berbelit-belit, makan waktu lama," kata John. Dan ditambahkannya, bahwa orangtua murid ternyata setuju bila yayasan minta kredit bank. Pun S.M. Idroes, Direktur Sekolah Swasta Departemen P&K, dan L.E. Golderhoff, Kakanwil P&K DKI Jakarta, menyambut baik inisiatif kedua belah pihak. "Asal tidak merugikan salah satu pihak," kata Idroes. Sementara itu prestasi sekolah YPK Ora et Labora memang semakin tampak. Pada 1981 salah seorang siswa SMA-nya memenangkan hadiah kedua untuk lomba karya ilmiah LIPI bidang Biologi. Dan seorang siswa lainnya meneruskan belajar di Jurusan Komputer Universitas Ohio, AS, pada l982, sebagai hadiah karena naik tingkat dengan nilai terbaik. "Memang, lulusan SMA kami yang diterima di PP I selama ini tercatat baru 3 orang," kata Pattipeiluhu, kepala SMA Ora et Labora. "Sebab, sekitar 80% lulusan sekolah ini meneruskan belajar ke luar negeri." Harap diketahui, kelas sosial orangtua murid di sini memang termasuk orang berada. Pihak YPK Ora et Labora dan para orang tua murid, agaknya sepakat untuk menanggung beban kredit di atas Rp 100 juta itu dengan bunga 2% per bulan itu. Rumah pribadi Benny Riupassa, juga salah seorang pendiri yayasan ini, diladikan tanggungan kredit khusus (specific loan) itu. Bahkan uang pangkal dan uang sekolah siswa dari TK sampai SMA turut dijadikan jaminan untuk pinjaman berjangka waktu 18 bulan itu. "Tapi tidak berarti dengan adanya kredit lalu kami menaikkan uang pangkal dan uang sekolah," kata John Riupassa, 44 tahun. Orang yang pernah menjadi manajer PT Departemen Store Sarinah tahun 1964-1965 ini, lantas menjelaskan bahwa kredit itu tak hanya untuk membangun gedung. "Tapi juga untuk pengadaan alat-alat olah raga, untuk laboratorium, untuk sarana pendidikan yang lain," tambahnya. Dan tujuannya tidak untuk meningkatkan daya tampung, "tapi untuk meningkatkan mutu."Jumlah murid per kelas tetap akan dibatasi, maksimal 42 orang. Kini YPK Ora et Labora mempunyai 219 siswa TK, 675 siswa SD, 300 siswa SMP, dan 250 siswa SMA. Menurut Pattipeiluhu, uang pangkal untuk tiap jenjang itu sekitar Rp 400 ribu. Sedangkan uang sekolahnya antara Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu per bulan. Dan untuk mengelola siswa sebanyak itu tersedia 69 guru dan 18 karyawan administrasi. Bagi pihak Panin Bank, kredit untuk sebuah lembaga pendidikan formal ini memang hal baru. Menurut Frankie Sondakh Asisten Wakil Presiden Panin Bank, YPK Ora et Labora dapat pinjaman karena memenuhi persyaratan pemohon kredit. Mempunyai program kerja yang jelas dan terarah, mempunyai sistem administrasi yang terkoordinasi dengan baik, dan mutu pendidikan sekolah yang terjaga. "Dan kami sama sekali tidak memberikan keringanan apa pun," tambah Frankie. Dan sekalipun tanpa keringanan, pinjaman specific loan dengan bunga tinggi sebesar 24% setahun itu ternyata telah mengundang pula sebuah TK di kawasan Jakarta Pusat untuk minta kredit. "Tapi tak sebesar kredit Ora et Labora," kata Frankie Sondakh. Namun besar atau kecil kredit yang diminta, gejala keterlibatan bank di sektor pendidikan, mungkin bisa dianggap kabar baik. Setidaknya pihak swasta, seperti yang dilakukan YPK Ora et Labora, mampu menyediakan sarana pendidikan dengan mutu yang terjaga. Orang kelak mungkin mau bayar mahal untuk sekolah yang kualitasnya baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus