Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Quick count sejumlah lembaga survei dan hasil real count KPU, perolehan suara PSI masih di bawah 3 persen.
Perolehan suara PSI pada Pemilu 2024 naik dibanding pada 2019.
PSI optimistis meloloskan wakilnya ke DPR.
JAKARTA — Sejumlah pengamat politik sangsi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) akan melenggang ke Senayan. Berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei dan hasil real count Komisi Pemilihan Umum, perolehan suara PSI masih di bawah 3 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai langkah PSI melaju ke Senayan tetap sulit sekalipun margin of error 2 persen. Margin of error, dalam statistik, adalah tingkat kesalahan dalam hasil yang diterima dari survei dengan sampling atau pemercontohan acak. “Melihat data dari quick count dan real count KPU, sejatinya PSI tidak lolos,” ujarnya saat dihubungi pada Ahad, 25 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rekapitulasi suara hasil pemilu Partai Solidaritas Indonesia pada tingkat kecamatan di Jalan Supratman, Bandung, Jawa Barat, 19 Februari 2024. TEMPO/Prima mulia
Menurut Ujang, pun bila ada operasi-operasi yang ditengarai untuk menaikkan tingkat keterpilihan, seperti membeli suara di daerah, suara PSI tak akan naik signifikan. Sebab, jarak perolehan suara saat ini dengan ambang batas sangat besar. “Jika ada oknum kekuasaan yang meloloskan, itu menjadi tragedi demokrasi bagi kita,” ujarnya.
PSI terbentuk pada November 2014. Partai ini pertama kali mengikuti Pemilu 2019. Kala itu, PSI meraih 2,65 juta suara atau 1,89 persen dari total suara sah nasional. Mereka gagal memperoleh kursi DPR. Sebab, partai politik harus meraih minimal 4 persen suara nasional untuk lolos ke Senayan—sebutan lain Dewan Perwakilan Rakyat. Ambang batas 4 persen itu sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
PSI kembali berlaga dalam Pemilu 2024. Kontestasi PSI pada pemilu kali ini menarik dan menjadi sorotan. Pemimpin partai ini adalah Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo. Naiknya Kaesang menjadi Ketua Umum PSI dinilai kontroversial. Sebab, Kaesang bukanlah anggota partai yang mengikuti kaderisasi.
Kaesang resmi menjadi Ketua Umum PSI pada Senin, 25 September 2023, atau dua hari setelah bergabung dengan partai tersebut. Keputusan menjadikan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI ditentukan dalam Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI di Jakarta. Setelah Kaesang memimpin PSI, partai ini menarasikan hal yang mereka sebut sebagai keberhasilan-keberhasilan Jokowi. Foto Jokowi dan Kaesang terpampang di hampir setiap baliho, spanduk, dan poster calon legislator PSI.
Pada pemilu kali ini, PSI disebut-sebut termasuk partai yang kembali gagal ke Senayan karena perolehan suaranya masih di bawah 3 persen. Hasil quick count sejumlah lembaga survei menempatkan PSI tidak memenuhi syarat ambang batas parlemen. Lembaga Survei Indikator Politik, misalnya, menyebutkan PSI hanya meraih 2,66 persen suara. Litbang Kompas menyebutkan PSI mendapat 2,89 persen. Sedangkan pada penghitungan real count KPU hingga Ahad kemarin, PSI memperoleh 2,63 persen suara dari 64,28 persen data yang masuk.
Ujang Komarudin menilai perolehan suara PSI tak mencapai ambang batas karena banyak masyarakat yang antipati. PSI tidak disukai pendukung calon presiden dan wakil nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Alasannya, PSI mendukung Jokowi.
Internal PSI disebut juga tak solid. Banyak kader yang memutuskan hijrah ke partai lain. PSI juga tak punya basis masa seperti partai-partai besar lainnya. “PSI hanya mengandalkan figur tertentu,” kata Ujang.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan hasil akhir penghitungan perolehan suara PSI tidak akan jauh berbeda dengan quick count sejumlah lembaga survei. Sebab, sepanjang sejarah pemilu sejak 2014, hasil quick count tidak akan berbeda jauh dengan hasil resmi KPU. “Pun margin error-nya hanya 1 persen, tetap tak bisa mencapai ambang batas,” ujar Agung saat dihubungi, kemarin.
Agung mengatakan perolehan suara PSI pada Pemilu 2024 naik dibanding pada 2019. Suara PSI pada 2019 sebesar 1,89 persen. Jadi, angkanya naik sekitar 1 persen. Menurut dia, suara PSI tak menyentuh ambang batas karena kesalahan strategi PSI di daerah pemilihan atau dapil. Calon legislator PSI di sejumlah dapil belum merata dan berkualitas untuk meraup suara. “Mungkin hanya di DKI Jakarta,” katanya. Pada Pemilu 2019, PSI mendapat lima kursi untuk DPRD Provinsi DKI Jakarta.
Menurut Agung, perolehan suara PSI bisa naik pada 2024. Asalkan, mereka memperbaiki kualitas kader dan memiliki tokoh yang berpengaruh di tingkat nasional ataupun daerah.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan partai politik yang lolos ke Senayan memiliki dua faktor, yakni kekuatan logistik dan pengaruh tokoh yang berimbas pada elektoral. PSI hanya memiliki kecukupan logistik, tapi tak memiliki tokoh berpengaruh.
Menurut Dedi, strategi PSI dengan mengandalkan identitas Kaesang Pangarep sebagai putra presiden tidak lantas mempengaruhi pemilih. “Gagalnya PSI untuk meningkatkan elektabilitas justru menandai bahwa Kaesang tak dianggap publik sebagai tokoh,” ujarnya, kemarin.
Melekat ke Tokoh, Lupa Membenahi Partai
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiarti menuturkan strategi PSI dengan menaruh harapan kepada Jokowi dan Kaesang bak buah simalakama. Pengurus PSI terlalu bergantung serta melekatkan diri pada citra Jokowi dan Kaesang, tapi lupa membenahi partai. “Pelekatan diri juga telat karena Keasang baru menjadi ketua umum menjelang pencoblosan suara,” ucapnya saat dihubungi, kemarin.
Menurut Aisah, PSI tidak membenahi diri untuk menyusun program yang menarik dan memunculkan tokoh internal yang disukai publik. PSI juga tak membuat citra yang berbeda dengan partai lainnya. “Padahal, pada 2019, PSI justru berhasil menonjolkan citra sebagai anak muda dengan tawaran strategi politik yang berbeda,” ujarnya.
Sebaran konstituen PSI, menurut Aisah, juga tidak merata dan terpusat di area urban atau perkotaan. PSI juga dinilai tak banyak menonjolkan ketokohan lokal untuk menarik pemilih di luar basis massa yang dimiliki.
Faktor lainnya, kata Aisah, tidak mudah bagi partai non-parlemen untuk bisa segera memenuhi ambang batas partai sebesar 4 persen. Sebab, partai di DPR dan caleg inkumben sudah memiliki basis yang mengakar di dapilnya. “PSI menempel dengan citra Jokowi dan Kaesang. Tapi mereka tetap harus bekerja keras di kompetisi pemilu,” kata Aisah.
Saksi dari Partai Solidaritas Indonesia mengikuti penghitungan suara di tingkat kecamatan, di GOR Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, 16 Februari 2024. TEMPO/Febri Angga Palguna
Berdasarkan data survei exit poll lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada 14 Februari lalu, dua faktor utama yang mempengaruhi suara partai adalah popularitas dan sosialisasi personal calon. Adapun dua efek yang dinilai berpengaruh rendah adalah faktor partai dan toleransi partai terhadap politik uang. Indikator Politik mewawancarai 2.975 responden dengan margin of error diperkirakan 1,8 persen. “Calon legislator berperan penting. Sebab, banyak pemilih yang memilih calon saja, bukan partai,” ujar peneliti Indikator Politik, Kennedy Muslim, kemarin.
Dalam konteks PSI, tutur Kennedy, sumber daya dan sosialisasi cukup masif dilakukan. Namun sebagian besar calon legislator merupakan tokoh baru yang belum mengakar di daerah pemilihan tingkat nasional. “Tingkat popularitas partai masih rendah. Mesin partai juga terbatas dan kurang mengakar. Hal ini membuat PSI sulit mencapai ambang batas parlemen,” katanya.
Optimistis Lolos ke Senayan
Adapun PSI optimistis meloloskan wakilnya ke DPR pusat. Ketua Dewan Pimpinan Pusat PSI Dedek Prayudi menyebutkan sejumlah hasil survei sebelum Pemilu 2024 menunjukkan elektabilitas PSI di atas 4 persen. Dia mengatakan Survey and Polling Indonesia (SPIN) menempatkan PSI dengan perolehan suara 4,2 persen saat survei pada 5-8 Februari lalu. Dedek juga menyebutkan hasil quick count saat ini mencapai 2,9-3 persen dengan margin of error 1-1,5 persen. Dengan angka itu, PSI tetap berpeluang masuk parlemen.
Tempo berupaya meminta tanggapan ke Ketua DPP PSI Cheryl Tanzil. Namun Cheryl tak merespons pesan Tempo hingga berita ini diturunkan. Meski begitu, dia meminta pengurus, calon legislator, dan kader partai efektif untuk tetap mengawal penghitungan suara di setiap tingkatan serta melaporkan semua temuan di lapangan.
Beberapa temuan oleh PSI, kata Cheryl, antara lain, adalah kesalahan pencatatan suara. Temuan itu diperoleh sebagai hasil pengawasan yang dilakukan para pengurus, caleg, dan kader PSI. Dia mengatakan turun ke berbagai kecamatan dan menemukan kesalahan input.
Misalnya di sebuah tempat pemungutan suara di Jakarta Utara. Tercatat 35, tapi di kolom angka ditulis 25. Ada pengurangan 10 suara. Itu baru satu caleg PSI dan satu TPS. "Terbayang kalau dikalikan 12 ribuan TPS di satu dapil,” ujar Cheryl. Dia menegaskan PSI optimistis bisa melewati ambang batas parlemen 4 persen dan lolos ke Senayan.
HENDRIK YAPUTRA | BAGUS PRIBADI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo