Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Menipis Dan Menggelisahkan

Pemindahan penduduk yang terkena proyek pembuatan waduk Wonogiri tersendat. Uang ganti rugi yang diterima sudah menipis. Persiapan di rimbo bujang (Jambi) belum cukup rapi untuk menerima para transmigran. (dh)

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBUATAN Waduk Wonogiri baru mulai. Mungkin 1981 nanti baru selesai. Tapi pemindahan penduduk dari desa-desa yang kelak akan digenangi air waduk, ternyata belum selesai juga. Dan mereka mulai gelisah. Soalnya sebagian besar uang ganti rugi (rumah dan tanah) yang diterima warga desa-desa itu sudah menipis, sementara rencana pemindahan mereka ke Proyek Transmigrasi Rimbo Bujang (Jambi) belum juga terujud. Tak kurang dari 4.000 KK harus dipindah dari kawasan yang akan terkena proyek waduk tadi. Seperdua dari jumla1l itu telah ditransmirasikan ke Sitiung (Sumatera Barat). Sisanya semula akan diberangkatkan ke Rimbo Bujang dalam tahun 1977/1978 ini. Tapi ternyata tertunda-tunda juga. "Padahal kami di sini sudah siap berangkat sejak sebulan yang lalu," tutur Poncogati, Lurah Desa Jitakharjo, Kecamatan Wuryantoro. Warga desa Jitakharjo termasuk di antara hampir 2.000 KK yang belum juga diberangkatkan. Semua mereka sudah menerima ganti rugi sebesar Rp 28 per MÿFD untu k tanah tegalan dan Rp 112 per MÿFD untuk tanah pekarangan. Dari ganti rugi itu 70% di antaranya harus didepositokan dan tak boleh diambil sebelum setahun, 20% mereka terima dalam bentuk tabanas dan sisanya (10%) dibayarkan tunai. Sambil menunggu keberangkatan itu mereka telah menggerogoti uang tunai maupun tabanas. Dan sekarang jumlah uang itu semakin tipis. Di Kecamatan Wuryantoro ada 8 buah desa yang warganya harus dipindah -- sebab sekitar 65% hingga 75% kawasan kecamatan ini akan terendam air waduk. Poncogati, Lurah Desa Jitakharjo (salal satu dari 8 desa tadi) pertengahan bulan lalu mengungkapkan kegelisahan warganya di hadapan Menteri Muda Transmigrasi, Martono. Menteri menjanjikan mereka akan diberangkatkan ke proyek transmigrasi Rimbo Bujang kira-kira Oktober tahun ini. "Kalau bisa bulan Juli ini juga, sebab bulan Oktober sudah tipis sekali" pinta Poncogati. Maksudnya persediaan uang dari ganti rugi mereka sudah hampir habis jika harus menunggu sampai Oktober. Martono berjanji begitu karena Oktober nanti desa itu sudah akan terbenam yaitu pada saat Bengawan Solo mulai dibendung. Semangat menyala-nyala untuk meninggalkan kampung kelahiran itu tentu saja karena masing-masing warga sldah merasa tak memiliki apa-apa lagi. Rumah yang masih mereka tempati sekarang sudah dibeli lunas oleh orang lain. Tinggal diangkat begitu mereka berangkat. Dan meskipun ada beberapa di antaranya yang masih menanami tanah yang bukan milik mereka lagi, taklah dikerjakan dengan sepenuh hati. Tapi di atas semua itu rencana kcpindahan ke Rimbo Bujang taklah diterima oleh warga Wonogiri dengan sepenuh hati. "Umpamanya di sini tidak akan tergenang, kami pilih di sini saja, karena di sini sudah cukup" tutur Kebayan Desa Krapyak (Jitakharjo), Martorejo, kepada Syahril Chili dari TEMPO. Barangkali karena enggan berpisah jauh dengan kampung kelahiran itulah, maka tak semua warga desa yang akan terkena waduk itu mendaftarkan diri untuk ditransmigrasikan. Sebagian mereka mencoba kehidupan baru di desa-desa yang tak jauh letaknya dari kampung kelahiran semula. Misalnya dari 520 KK warga Desa Jitakharjo, 120 KK di antaranya memilih pindah ke desa tetangga dan tak mau bertransmigrasi. Tapi karena persediaan uang mereka makin tipis setelah membeli sebidang tanah -- namun tak cukup untuk mendirikan rumah dan hidup sebelum memetik hasil tanah -- akhirnya mereka merubah niat dan mendaftarkan diri untuk ditransmigrasikan. Penundaan keberangkatan para calon transmigran itu tampaknya semata-mata karena persiapan di Rimbo Bujang belum cukup rapi untuk menerima mereka. Untung bahwa mereka terdiri dari calon yang memang sudah siap dan bertekad untuk pindah. Jika tidak, dapat mematahkan selera mereka untuk meninggalkan kampung halaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus