Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Menurut Prabowo Teror Kepala Babi ke Redaksi Tempo untuk Adu Domba

Prabowo mengatakan pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi yang merespons teror kepala babi teledor.

7 April 2025 | 22.26 WIB

Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan 7 jurnalis dari 7 media berbeda di Hambalang, Jawa Barat, 6 April 2025. Ketujuh jurnalis tersebut mewawancarai Prabowo secara bersama-sama. Foto: Tangkapan layar akun Instagram @Prabowo
Perbesar
Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan 7 jurnalis dari 7 media berbeda di Hambalang, Jawa Barat, 6 April 2025. Ketujuh jurnalis tersebut mewawancarai Prabowo secara bersama-sama. Foto: Tangkapan layar akun Instagram @Prabowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menyebut teror kepala babi dan bangkai tikus ke kantor redaksi Tempo dilakukan oleh pihak yang ingin mengadu domba.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hal tersebut disampaikan Prabowo dalam wawancara bersama tujuh jurnalis senior dan pemimpin redaksi media di rumahnya di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad, 6 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengaku kaget dengan kabar tersebut dan heran pelaku yang menggunakan teror semacam itu. Menurut dia, teror semacam itu sengaja dibuat oleh pelaku untuk mengadu domba. Prabowo tak menjelaskan siapa "domba-domba" yang hendak diadu itu.

"Saya kira, yang melakukan itu ingin mengadu domba, ingin menciptakan suasana yang tidak baik," kata Prabowo, seperti dikutip dari YouTube Narasi TV, Senin, 7 April 2025.

Najwa Shihab mengizinkan Tempo untuk mengutip pernyataan Prabowo dari kanal Narasi TV. 

Prabowo juga mengakui pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi yang merespons teror kepala babi sebegai keteledoran. Hasan Nasbi mengatakan kepala babi itu "dimasak saja" ketika ditanya wartawan.

Menangani pernyataan itu, Praboow mengatakan ada beberapa anak buahnya yang kurang hati-hati melontarkan pernyataan. 

"Itu ucapan yang menurut saya teledor, keliru, saya kira beliau menyesal," ujar Ketua Umum Partai Gerindra merujuk Hasan Nasbi.

Prabowo menyebut kesalahan anak buahnya dalam berkomunikasi lantaran mereka baru menjabat di pemerintahan. Menurut dia, banyak dari mereka berasal dari berbagai latar belakang dan belum cepat menyesuaikan diri dengan komunikasi publik.

"Mungkin karena baru dalam posisi pemerintahan yang selalu disorot. Jadi kadang-kadang orang yang dari dunia perencana atau dunia survei, atau akademis, muncul di panggung publik kurang cepat menyesuaikan, menurut saya," ujar Prabowo.

Pernyataan Hasan Nasbi soal teror kepala babi kepada Francisca Christy Rosana alias Cica, jurnalis desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus, sempat menuai kritikan dari publik.

Pada pertengahan Maret, Tempo mengalami sederet teror. Teror terdiri dari kiriman paket kepala babi tanpa telinga, bingkisan berisi enam tikus mati dengan kepala terpotong, hingga doksing terhadap Cica dan peretasan akun WhatsApp ibunya.

Hasan Nasbi mengklaim pernyataannya berdasarkan pada respons Cica di media sosial X, yang dianggap Hasan sebagai lelucon. Ia berpendapat jika korban sendiri tidak merasa terancam, maka insiden ini sebaiknya tidak dibesar-besarkan.

“Saya lihat medsos Cica. Dia minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam. Dia bisa bercanda. Kirimin daging babi dong,” kata Hasan.

Hasan juga mempertanyakan apakah kepala babi yang dikirim benar-benar merupakan ancaman atau hanya sekadar lelucon. 

“Apakah itu beneran seperti itu? Atau cuma jokes? Karena mereka menanggapinya dengan jokes,” ujar Hasan Nasbi. 

Wakil Pemimpin Redaksi Tempo Bagja Hidayat menanggapi pernyataan Hasan dalam wawancara Metro TV. Menurut Bagja, respons Cica sebagai respons umum orang yang mendapatkan tekanan. "Ia mencoba denial dan menunjukkan diri kuat sebagai pesan kepada peneror bahwa kami tidak takut," katanya. "Maka jika Kepala Komunikasi Presiden menanggapinya secara literal, itu bisa keliru. Bukan waktu yang tepat untuk bercanda."

Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus