Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mereka Masuk Golkar

15 pengusaha muda masuk menjadi anggota golkar, antara lain Fahmi, Sugeng Riyadi, Ponco Sutowo, Abdul Latief, Maher Algadrie. (nas)

31 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACARA itu hampir luput dari perhatian pers. Sabtu pagi 3 Maret lalu, sebuah upacara kecil terjadi di ruang kerja Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono. Lima belas pengusaha besar, sebagian bekas aktivis Angkatan 66, secara resmi mendaftarkan diri menjadi anggota Golkar. Dipimpin Fahmi Idris, 41, bekas ketua Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) yang kini menjadi Direktur Utama PT Kwardaya Daya Pratama, mereka membubuhkan tanda tangan pada formulir calon anggota di depan Sudharmono. Menurut Fahmi Idris, Ketua Umum Golkar Sudharmono sebelum acara penandatanganan berlangsung menjelaskan, pendaftaran seyogyanya dilakukan di kantor pusat Golkar. "Supaya tidak ada salah sangka, Pak Dharmono menegaskan acara pendaftaran di kantor Setneg itu hanya menumpang tempat saja," kata Fahmi. Pagi itu Sudharmono didampingi beberapa anggota DPP Golkar, antara lain Jacob Tobing, Rachmat Witoelar, Akbar Tanjung, Aulia Rachman, dan Zarlons Zaghlul. Selain Fahmi, para pengusaha yang mendaftar antara lain Sugeng Saryadi, Direktur Utama dan rekan Fahmi dalam PT Pratama Bina Tani, Pontjo Sutowo Dirut PT Adiguna Shipyard, Dirut PT Sarinah Jaya Abdul Latief, Jan Darmadi, Jusuf Kalla, Soemito Ibnu Hartomo, Maher Algadrie, Said Umar Husin, dan Darnis Habib. Dua orang diwakili waktu itu karena sedang ada di luar negeri: Direktur Pelaksana PT Bakrie Brothers, Aburizal Bakrie, dan Dirut PT Multi Bintang, Tanri Abeng. Berturut-turut di depan Sudharmono mereka menjelaskan alasan masuk Golkar. Menurut Fahmi, sebenarnya sudah lama ia masuk Golkar. "Ketika pemilu lalu saya dan Abdul Latief 'kan pernah ikut kampanye Golkar di Sumatera Barat bersama Pak Ali Murtopo," katanya. Aburizal Bakrie juga mengatakan, tak ada yang aneh dengan gebrakan mereka masuk Golkar. "Sejak lama saya dan Fahmi memang sudah Golkar," ujarnya singkat. Sugeng Saryadi lebih blak-blakan. Dia menjelaskan, tak ada pihak yang menyuruh mereka masuk Golkar. "Tak ada pihak yang mendikte. Kami masuk Golkar karena kami Orde Baru. Dan Golkar'kan Orde Baru," katanya. Ada juga alasan lain. "Kami punya harapan dengan Golkar yang sekarang dipimpin Pak Sudharmono." Golkar dulu, kata Sugeng, arahnya kurang tampak jelas, terlalu banyak isu dan pernyataan yang beredar, serta lebih banyak bertumpu pada sikap senang dan tidak senang pada seseorang. "Jelas, Golkar yang dipimpin Pak Dharmono sekarang lebih fluktuatif. Dan kami joint dengan kepemimpinan seperti itu," katanya. Sugeng membantah ada alasan politis mereka masuk Golkar. Toh diakuinya, tindakan mereka antara lain juga untuk "menghilangkan isu jelek". Belakangan ini, kata Sugeng, semakin gencar diisukan bahwa Fahmi dan usaha mereka dalam PT Pratama Bina Tani punya hubungan dekat dengan "kelompok ekstremis Islam". "Guna mencegah berlarutnya isu, dan juga untuk menunjukkan bahwa kami ada dalam dunia usaha dan bila diperlukan kami betul-betul ada di situ, ya sudahlah, kami masuk Golkar saja," tutur Sugeng. Dirut PT Pratama Bina Tani, perusahaan yang mengedarkan berbagai jenis pestisida ke seluruh pelosok Indonesia, itu membantah dugaan mereka masuk Golkar "karena ingin dekat dengan Sudharmono." Kata Sugeng, "Dari dulu Fahmi sendiri dekat dengan Pak Dharmono." Disangkalnya juga tuduhan bahwa mereka akan memanfaatkan jabatan Sudharmono sebagai Ketua Tim Pembelian Barang Pemerintah (Keppres 10). Sugeng, 42, selain memimpin PT-nya, juga bergabung dalam PT Kodel (Kelompok Delapan) yang anggotanya delapan pengusaha yang semuanya telah masuk Golkar tadi, antara lain Pontjo Sutowo, Fahmi, Jan Darmadi, dan Aburizal. Gabungan usaha ini sekarang memiliki puluhan ribu karyawan yang, menurut Sugeng, kelak Juga akan menjadi anggota Golkar. Belum lagi para pengusaha muda, kader, dan teman-teman mereka di daerah. "Kepada Pak Dharmono juga kami utarakan bahwa tak hanya kami yang masuk bergabung, tapi mungkin sekitar 45.000 karyawan dan keluarga mereka," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus