Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Momen

TUJUH bulan setelah peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, polisi tak kunjung menangkap pelakunya.

26 November 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Babak Baru Kasus Novel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Babak Baru Kasus Novel

TUJUH bulan setelah peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, polisi tak kunjung menangkap pelakunya. Tapi titik terang tentang siapa pelaku penyiraman itu mulai tampak setelah polisi menyelesaikan sketsa pelaku teror kepada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi tersebut.

Novel disiram dua orang yang mengendarai sepeda motor seusai salat subuh di masjid tak jauh dari rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, 11 April lalu. Saat ini Novel masih menjalani perawatan di Singapura.

Jumat pekan lalu, Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Inspektur Jenderal Idham Azis menunjukkan dua sketsa terduga pelaku di gedung KPK, Kuningan, Jakarta. Pengumuman dilakukan setelah Idham bertemu dengan pimpinan KPK. Sketsa itu bisa dibuat setelah polisi melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap 66 saksi. "Keterangan beberapa saksi itu mengerucut pada dua orang yang diduga sebagai pelaku penyerangan terhadap korban," ujar Idham.

Menurut Idham, temuan ini berkat kerja sama Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis) Kepolisian RI dengan Kepolisian Federal Australia dalam menyelidiki sejumlah rekaman kamera pengawas (CCTV) di tempat kejadian perkara. Dengan disebarkannya sketsa ini, Idham mengimbau masyarakat agar menghubungi polisi jika menemukan informasi lebih lanjut tentang dua orang yang wajahnya seperti sketsa itu. "Kami buka hotline 24 jam," tuturnya. Adapun nomor yang bisa dikontak adalah 081398844474.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengapresiasi kemajuan hasil investigasi Polda Metro Jaya ini. "Kami berharap pelaku dapat ditemukan dalam waktu tak lama lagi," katanya.


Dua Sketsa

Berikut ini penampakan sketsa wajah yang diyakini polisi pelaku penyiraman terhadap Novel.

Terduga Pelaku I

(ilustrasi yang dirilis polisi, 24 November 2017)

Keterangan saksi:
» Jenis kelamin: laki-laki
» Umur: 35 tahun
» Suku bangsa: Indonesia
» Tinggi: 173 cm
» Bentuk muka: oval
» Bentuk dagu: tajam
» Warna rambut: hitam lurus bergelombang, panjang seleher
» Hidung: lurus
» Postur badan: ramping atletis
» Warna kulit: sawo matang terang
» Informasi lain: memakai jaket hijau tua dengan lengan berwarna terang

Pelaku 2

(ilustrasi yang dirilis polisi, 24 November 2017)

Keterangan saksi:
» Jenis kelamin: laki-laki
» Umur: 40 tahun
» Suku bangsa: Indonesia
» Tinggi: 170 cm
» Bentuk muka: bulat
» Bentuk dagu: berat
» Warna rambut: hitam
» Hidung: bulat besar
» Postur badan: kekar
» Warna kulit: sawo matang agak gelap
» Informasi lain: memakai sweater warna abu-abu


Setelah Demokrat, Golkar Sokong Khofifah-Emil

PARTAI Golkar resmi mencalonkan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak sebagai gubernur dan wakil gubernur dalam pemilihan kepala daerah Jawa Timur 2018. Surat keputusan pencalonan diserahkan pelaksana tugas Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham, kepada keduanya di kantor pusat Partai Golkar pada Rabu pekan lalu. "Kami memilih pasangan ini melalui perjalanan yang panjang," kata Idrus.

Golkar merupakan partai kedua yang mendeklarasikan dukungan secara resmi kepada Khofifah dan Emil. Sehari sebelumnya, Khofifah dan Emil menerima surat pencalonan dari Partai Demokrat. Partai Demokrat memiliki 13 kursi dan Partai Golkar 11 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur. Dengan dukungan dua partai ini, Khofifah dan Emil sudah dapat mendaftar sebagai pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur.

Khofifah bakal segera menyampaikan surat pemberitahuan tertulis kepada Presiden Joko Widodo ihwal penetapannya sebagai calon Gubernur Jawa Timur. Khofifah tak menjawab ketika ditanyai apakah surat pemberitahuan kepada Presiden itu sekaligus pengunduran dirinya dari kabinet. "Tunggu sampai saya selesai melakukan koordinasi dengan partai-partai pengusung," ujarnya.


Indeks Persepsi Korupsi Meningkat

SURVEI Transparency International Indonesia (TII) yang dilansir pada Rabu pekan lalu menunjukkan indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia tahun ini meningkat ketimbang dua tahun lalu. Dari angka 54,7 pada 2015, kini rata-rata IPK di 12 kota adalah 60,8. "Pembenahan tidak boleh di sektor layanan publik saja. Private sector-nya juga harus berbenah," kata Sekretaris Jenderal TII Dadang Trisasongko.

Karena itu, Danang berharap pengusaha berperan aktif mencegah korupsi. Bila hal itu dilakukan, Dadang yakin IPK akan melonjak lebih tinggi. TII melakukan survei terhadap 1.200 pengusaha sepanjang Juni-Agustus 2017 di 12 kota besar. Dua belas kota yang menjadi sasaran survei adalah Jakarta Utara, Pontianak, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Padang, Manado, Surabaya, Semarang, Bandung, Makassar, dan Medan. Kota-kota besar ini dipilih karena dianggap sebagai ibu kota provinsi yang berkontribusi besar menyumbang produk domestik bruto nasional.

Tenaga Ahli Utama Deputi II Kantor Staf Presiden Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Sosial, Ekologi, dan Budaya Strategis, Bimo Wijayanto, mengatakan survei ini bisa dijadikan acuan oleh pemerintah dalam merumuskan program pencegahan korupsi. Ia menyatakan timnya telah turun ke 10 kota untuk melihat langsung permasalahan korupsi di sana.


Literasi Digital Cegah Hoax

PT Tempo Inti Media mengadakan kegiatan Tempo Media Week di gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada 24-26 November 2017. Tema acara ini adalah "Hand in Hand for a Better Digital Society". Salah satu acara dalam kegiatan itu adalah seminar "Media dan Gemuruh Zaman Digital".

Menurut Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, salah satu pembicara, konsumsi Internet masyarakat Indonesia sudah sangat intensif. Di Nusantara, ada 132 juta pengguna Internet. Mereka menggunakan jaringan itu rata-rata 8 jam 44 menit sehari. Semuel mengatakan, dengan waktu konsumsi seperti ini, orang-orang mendapatkan sebagian besar informasi melalui Internet.

Masalahnya, menurut Semuel, konsumsi Internet ini tak diimbangi literasi yang tinggi. Semuel mengatakan kepercayaan masyarakat terhadap Internet setinggi 63 persen. Padahal informasi di Internet bisa dimanipulasi. "Dampak revolusi digital tanpa literasi adalah hoax," ujarnya.

Selain itu, Direktur Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI Brigadir Jenderal Fadil Imran mengatakan masih ada orang yang belum tahu bahwa terdapat aturan dan norma dalam berinteraksi secara online. Ia mengungkapkan, terhitung sejak Januari hingga September 2017, sudah ada 1.561 kejahatan yang berhubungan dengan ranah digital. Kejahatan itu di antaranya penghinaan dan pencemaran nama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus