Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Muhammadiyah, Tumben Meriah

Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya, telah memilih H.A.R Fachruddin menjadi ketua umum ke-4 kalinya. Dalam ceramahnya, Kaskopkamtib Yoga Sugama mengizinkan anggota Korpri masuk Muhammadiyah.(nas)

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI saat kehidupan organisasi massa menderita "lesu darah ", Muhammadiyah justru mengadakan Mu'tamar ke-40 di Surabaya pekan terakhir Juni lalu dengan penuh kemeriahan. Dibuka oleh Wakil Presiden H. Adam Malik di stadion "Sepuluh Nopember", ada pawai, kompetisi sepakbola memperebutkan Surono Cup, ada pameran lukisan Amri Yahya - Affandi. Tamu-tamu luar negeri pun berdatangan. Dari Islamic Centre Jepang yang tertarik usaha-usaha sosial Muhammadiyah. Juga dari Universitas al-Azhar Kairo, yang menyanggupi memberi bea-siswa kepada lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Karangan bunga yang besar-hesar tampak berderet di depan Gedung Wanita, tempat pertemuan tertinggi Muhammadiyah itu dilangsungkan. Ada karangan bunga yang dikirim oleh "warga Partai Muslimin Indonesia". Entah mengapa nama partai yang sudah berfusi dalam PPP itu masih tertera tanpa kata eks di depannya. Kemeriahan itu menarik perhatian, lantaran menyimpang dari kebiasaan Muhammadiyah. Tapi ternyata sengaja diciptakan. "Untuk menggairahkan ummat Islam yang belakangan ini kelihatan beku, terutama di Jawa Timur," ujar HAR Fachruddin, Ketua Umum Muhammadiyah. Kebekuan itu disebutkan akibat kejadian sebelum dan sesudah Pemilu 1977, termasuk adanya "Komando Jihad." 13 Besar Agenda Mu'tamar sebenarnya tidak ada yang menarik. Soal "kepercayaan" dan P4 misalnya, hanya disinggung sepintas lalu dalam situasi "apa boleh buat". Bahkan soal "kemandegan" organisasi (padahal Muhammadiyah dikenal sebagai pembaharu) sebagaimana banyak disorot oleh kalangan muda Muhammadiyah belakangan ini, juga tidak dibicarakan sama sekali. Yang agak menarik acara pemilihan pengurus baru. Menurut Sekretaris PP Muhammadiyah, Djarnawi Hadikusumo, sebulan sebelum Mu'tamar, dalam susunan pengurus baru akan ditampilkan tokoh-tokoh muda. Tapi yang terjadi ternyata lain. HAR Fachruddin yang sudan tiga periode memangku jabatan ketua umum terpilih kembali untuk keempat kalinya. Bahkan dari 13 anggota Pimpinan Pusat, hanya seorang wajah baru yang muncul. Yaitu drs M. Djazman. Lainnya, seperti Mr Kasman Singodimedjo, dr Kusnadi, ir HM Sanusi, Dr Ismail Sunny, Djindar Tamimy, adalah nama-nama yang sudah beken. Majelis Tanwir (semacam steering committee) sebenarnya sudah mengajukan 39 nama -- campuran tua-muda -- untuk dipilih 13. Tetapi, seperti dikatakan drs Lukman Harun, peserta Mu'tamar yang mayoritas sudah tidak muda lagi itu rupanya lebih senang memilih yang sebaya dengan mereka. Maka dari "13 besar" pilihan peserta, yang dapat dikatakan muda hanya 2 orang. Yaitu Lukman Harun dan Djazman. Drs Fahmy Chatib yang dalam pengurus lama dikenal sebagai golongan muda, hanya menduduki ranking ke 14 sehingga keluar dari "13 besar". "Kader-kader muda sebetulnya banyak. Tapi mereka belum diberi kesempatan," kata Lukman Harun. Meskipun seperti diakui sendiri oleh Lukman, "pendiri-pendiri Muhammadiyah sendiri, adalah kaum muda, KHA Dahlan misalnya, waktu mendirikan Muhammadiyah baru berumur duapuluh tahun," tambah Lukman. KORPRI Dalam hal da'wah, tidak dihasilkan pola atau strategi baru. Kecuali penekanan pada da'wah di kalangan suku terasing. Meski begitu, para peserta pulang ke daerah masing-masing dengan nafas lapang. Terutama setelah Kas Kopkamtib Yoga Sugama memberikan ceramah yang mendapat tepukan panjang. "Anggota KORPRI boleh masuk Muhammadiyah," ujar Kepala Bakin itu, tanpa menyebutkan pertimbangan terperinci. Selama ini anggota Muhammadiyah memang tidak sedikit yang pegawai negeri. Namun banyak di antaranya, terutama di daerah-daerah, yang tidak mau disebut terang-terangan sebagai Muhammadiyah sejak berlakunya "asas monoloyalitas". Masih belum jelas apakah perlakuan yang sama juga akan diberikan kepada NU misalnya, yang kini sudah kembali ke bentuknya semula sebagai organisasi da'wah dan bukan parpol lagi. Ceramah Menko Kesra Surono juga mendapat tepukan panjang. Terutama pada kesediaannya menyumbang Rp 15 juta. Sebagaimana pengalaman yang sudah sudah, Mu'tamar kali ini pun tidak menimbulkan perpecahan pendapat. "Mu'tamar Muhammadiyah memang dikenal sebagai kongres yang paling rukun," kata Lukman Harun. Meskipun ada juga perbedaan pendapat itu, tampaknya yang menonjol adalah tenggang rasa. Misalnya ketika Ismail Sunny yang kini dalam tahanan Laksus, terpilih dalam "13 besar". Ada yang minta supaya nama itu dicoret saja lantaran bisa menimbulkan kesan kurang enak. Tapi ada pula yang mengancam mengundurkan diri kalau nama itu dicoret. Sekali lagi Fachruddin menunjukkan kemampuannya. Jalan tengah pun diambil: Sunny tidak dicoret, tapi di belakang namanya diberi penjelasan "dinyatakan belum aktip."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus