Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Muncul Dari Kampus "Kampung"

Profil dan karier rektor UI Nugroho Notosusanto. Ia yang mendirikan dusun mahasiswa bersama Emil Salim di tahun 50-an. Banyak menuliskan buku-buku ilmiah & fiksi. (pdk)

23 Januari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERAK tanpa keharuan". Begitu kritik H.B. Jassin atas cerita pendek Nugroho Notosusanto, Hujan Kepagian. Agaknya kesan Jassin bisa juga diterapkan pada pengarangnya itu sendiri. Nugroho -- lahir di Rembang, Jawa Tengah, 15 Juni 1931 -- mengesankan seorang yang tak banyak polah. Pembawaannya tenang, tapi bukan acuh tak acuh. Menjadi anggota sivitas akademika UI sejak 1951, setelah lulus dari SMA di Yogyakarta, Nugroho mengambil jurusan Sejarah. Ternyata kemudian ia banyak menulis karya sastra. Hujan Kepagian, 1958, merupakan kumpulan cerita pendeknya tentang pengalamannya semasa menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat dan Tentara Pelajar Brigade 17--di zaman Perang Kemerdekaan. Lulus dari Fak. Sastra 1960, ia belajar Filsafat Sejarah di University of London sampai 1962. Pulang ke kampus UI, ia menjadi Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan Fak. Sastra (1963-64). Lantas naik, sebagai Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan hingga 1967. Agaknya ia dianggap memahami dunia mahasiswa. Dewan mahasiswa, yang kini dilarang di kampus, dialah yang mendirikannya bersama Emil Salim, di tahun 50-an. Ayah dari tiga anak ini memang tak asing dengan dunia tulis-menulis. Ia menjadi Ketua Redaksi majalah Kompas (1951-54) majalah pelajar dan mahasiswa bekas pejuang. Lantas bersama Emil Salim, kini Menteri PPLH ia duduk dalam redaksi Mahasiswa, majalah kampus UI (1954 59). Selama 1957-59 ia pun menjadi koresponden Forum majalah mahasiswa Jakarta yang dikelola oleh Husseyn Umar (kini Direktur Pelni). Ia pun ikut memprakarsai berdirinya Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (SPMI) bahkan menjadi Ketua pertamanya (1955-58). Waktu itu Ikatan Wartawan Mahasiswa Indonesia diketuai oleh Teuku Jacob. Dan seperti ada janji, Teuku Jacob pun menjabat Rektor baru Universitas Gajah Mada (TEMPO, 9 Januari). Gelar doktornya ia peroleh di UI 1977, dengan disertasi The Peta Army durmg the Japanese Occupaeion. Dan ia dikukuhkan sebagai Guru Besar llmu Sejarah (1980). Sejak 1964 ia menjadi Kepala Pusat Sejarah ABRI, yang masih akan dirangkapnya dengan jabatan barunya, Rektor UI periode 1982-86. Pada tahun ini ia juga menjadi anggota Dewan Pers. Kemudian diterbitkannya Persepsi, April 1979. Majalah tiga bulanan ini berisi artikel tentang "komunisme/Marxisme-Leninisme secara ilmiah dan kritis." Tujuannya "untuk mempersiapkan generasi mendatang bagi tugasnya mengamankan Pancasila Dasar Negara, khususnya terhadap ancaman tersebut." Tapi Nugroho banyak disebut-sebut setelah bukunya, Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, muncul Juli tahun lalu. Banyak yang mengecam buku itu sebagai pamflet politik. "Kalau pendapat saya dalam buku itu sama dengan pendapat pemerintah sekarang, itu kebetulan saja. Hal itu sudah menjadi pendapat saya lama sekali," tuturnya. Rektor baru UI ini memang produktif. Tak kurang 20 buku ilmiah, sejumlah artikel dan 4 buku fiksi telah ditulisnya. Sastrawan menjadi sarjana, Guru Besar, lantas berpangkat Jenderal (Brigjen tituler) dan kini Rektor UI-itulah Nugroho Notosusanto, anak sulung Prof. Mr. Notosusanto, Guru Besar Fak. Hukum UGM. Dan kebetulan dengan Menteri P & K kini, Dr. Daoed Joesoef, Nugroho teman seangkatan sewaktu di SMA Yogyakarta. "Tapi, ya, baru bertemu Pak Daoed baru-baru ini saja. Dulu saya malu kalau mau ketemu, nanti dikira minta pekerjaan," katanya. Kesannya menjadi Rektor? "Banyak rekan di UI bilang, kini UI mempunyai Rektor dari kampung, maksudnya kampus Rawamangun." Memang, semua delapan rektor UI terdahulu datang dari kampus Salemba. Dengan Nugroho, diharapkan kampus UI di Depok segera terlaksana, agar bersatu kampus "kampung" dan kampus "kota".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus