Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Nasionalisme dan Chauvinisme, Apa Itu Chauvinisme?

Berbeda dengan Nasionalisme, chauvinisme istilah yang mengacu rasa cinta tanah air berlebihan atau keyakinan ke superioritas kelompok yang diikuti.

28 Februari 2022 | 11.20 WIB

Ilustrasi bendera Israel. Sumber: aa.com.tr
Perbesar
Ilustrasi bendera Israel. Sumber: aa.com.tr

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Bagi sebagian orang, istilah chauvinisme mungkin masih terdengar asing, sebagian lainnya mengingatkan kepada istilah nasionalisme. Istilah chauvinisme mengacu pada kepercayaan tidak berdasar akan superioritas atau dominasi kelompok yang diikuti.

Kamus Besar Bahasa Indonesia disingkat KBBI mengartikan chauvinisme secara singkat sebagai cinta tanah air secara sangat berlebihan.

Sejarah Chauvinisme

Melansir The Swaddle, istilah chauvinisme muncul dari karakter Nicholas Chauvin dalam pertunjukan vaudeville tahun 1831 yang populer dari penulis drama Théodore Cogniards, La Cocarde Tricolore.

Chauvin adalah seorang tentara Prancis yang sangat setia. Ia mempertahankan pengabdian kepada Napoleon, bahkan setelah terluka sebanyak 17 kali.

Beberapa orang percaya bahwa Chauvin merupakan karakter yang didasarkan pada tokoh di dunia nyata. Hal ini karena Chauvin merupakan nama yang umum di pasukan Napoleon. Meski demikian, hingga kini tidak ada bukti sejarah yang konkret tentang keberadaannya.

Satu-satunya catatan tentang Chauvin terdapat pada memoar Waterloo. Menurut Online Etymological Dictionary, memoar tersebut berbunyi, “Salah satu piqueurs utama kami (bahasa Prancis untuk petugas yang mengerahkan anjing selama sesi berburu), bernama Chauvin, telah kembali dengan Napoleon dari Elba.”

Setelah Napoleon mengalami kekalahan dalam Pertempuran Waterloo, patriotisme berlebihan seperti yang dilakukan Chauvin mulai diejek. Chauvinisme kemudian dianggap sebagai bentuk nasionalisme yang ekstrem atau fanatik.

Perkembangan Arti Chauvinisme

Pada akhir abad ke-19, Partai Komunis Amerika Serikat atau The Communist Party USA (CPUSA) mengadopsi istilah chauvinisme untuk menggambarkan nasionalisme yang dianggap bertentangan dengan kepentingan para pekerja.

“Kemudian, ketika terjadi perekrutan secara ekstensif di antara orang Afrika-Amerika, CPUSA mengadopsi dua istilah baru, yakni ‘chauvinisme ras’ dan ‘chauvinisme kulit putih’, untuk mengurangi keyakinan bahwa orang kulit putih lebih baik daripada orang kulit hitam,”tulis Jane Mansbridge dan Katherine Flaster dari Harvard University dalam Male Chauvinist,’ ‘Feminist,’ ‘Sexist,’ and ‘Sexual Harassment’: Different Trajectories in Feminist Linguistic Innovation.

Terinspirasi dari perjuangan CPUSA dalam melawan rasisme, para perempuan kemudian menciptakan istilah ‘chauvinisme laki-laki’. Istilah tersebut digunakan untuk melawan pandangan yang banyak diyakini oleh laki-laki bahwa mereka lebih superior daripada perempuan.

Dengan logika tersebut, muncul pula istilah ‘chauvinisme perempuan’, yakni keyakinan bahwa perempuan lebih superior daripada laki-laki. Pada akhirnya, istilah chauvinisme di era sekarang juga bisa dikaitkan dengan perilaku rasisme dan seksisme. Semakin berbeda dengan istilah nasionalisme.

SITI NUR RAHMAWATI
Baca : Antropolog: Istilah Kearifan Lokal Sesat Pikir

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus