Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Orang Lama Yang Baru

Serah terima jabatan Dirjen Politik Deplu dari Suryono Darusman kepada penggantinya Chaidir Anwar Sani. Peremajaan direncanakan akan dijalankan di Deplu. (nas)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASKAH pidato sudah habis dibaca, tapi Menlu Mochtar Kusumaatmadja terus berbicara tanpa teks. Acaranya serah terima jabatan Dirjen Politik Deplu dari Suryono Darusman (60 tahun) kepada Chaidir Anwar Sani (61 tahun) Sabtu pagi lalu. "Mungkin ada yang bertanya, kenapa orang tua itu yang diangkat," kata Menlu. Jawabnya kemudian menjelaskan: peremajaan memang direncanakan akan dijalankan di Deplu. Ada orang yang lebih muda yang sudah dicalonkan, tapi ternyata ia diperlukan di tempat lain. Hingga untuk sementara tidak ada pilihan lain kecuali mengangkat seorang yang sudah berpengalaman seperti Anwar Sani. Jabatan Dirjen Politik memang bukan hal baru buat Anwar Sani. Ia pernah memegang jabatan ini sekitar 10 tahun lalu. Dikenal sebagai diplomat kawakan yang pintar, jabatan terakhir Sani adalah di New York sebagai Kepala Perwakilan Indonesia di PBB. "Saat ini tidak ada orang yang lebih tepat dari dia sebagai Dirjen Politik," kata Suryono mengenai orang yang menggantikannya. Suryono sendiri yang 3 tahun menjabat Dirjen Politik sempat mewariskan "Memorandum Serah Terima Jabatan" setebal sekitar 200 halaman untuk Sani. Isinya hal-hal yang sedang ditangani dan berbagai keadaan dunia hingga bisa dilanjutkan oleh pejabat yang baru. Memorandum semacam ini memang sebelumnya belum pernah ada dan Suryono ingin ini dikembangkan menjadi kebiasaan. Mencari orang yang tepat untuk menjabat Dirjen Politik ternyata bukan hal yang gampang. Diren Politik secara tidak resmi dianggap sebagai Wakil Menlu di bidang politik. Alex Alatas, yang kabarnya dicalonkan untuk jabatan ini tahun lalu ditarik Wapres Adam Malik sebagai Sekretarisnya. Mungkin sekali dialah dimaksud Mochtar "orang muda yang ternyata diperlukan di tempat lain." Hingga konon di Deplu sempat terjadi "klik-klikan" untuk mendukung calon masing-masing. Mungkin itu alasannya hingga Menlu Mochtar dalam upacara itu memperingatkan: "Saya tidak ingin terjadi macam-macamlah di Deplu." Menlu yang menyebut dirinya "orang luar yang ditempatkan di sini," sempat juga bercerita bahwa sejak menjabat profesor di Universitas Pajajaran juga sebagai Menteri Kehakiman, ia dikenal sebagai orang yang lebih keras bersikap pada orang yang dekat dengan dirinya atau keluarganya. "Karena itu mereka tidak mau dekat dengan saya," katanya Agaknya Prof. Mochtar yang telah setahun menjabat Menlu merasa telah tiba waktunya untuk menegaskan sikapnya pada para karyawan teras Deplu. Tapi adanya "klik" di Deplu dibantah seorang pejabat tinggi. "Saya tidak pernah mengalaminya. Atau paling tidak, saya tidak pernah didekati untuk mendukung seseorang." Anwar Sani sendiri ternyata sudah dihubungi sejak 6 bulan lalu. "Mula-mula saya ragu-ragu, sebab mengingat usia yang sudah lanjut, saya ingin istirahat," katanya Minggu petang di hotel Sahid Jaya. "Selain itu juga karena saya menginginkan peremajaan. Itu prinsip saya," tambahnya. Akhirnya ia bersedia, sebab cukup banyak pendapat di Deplu yang menghendakinya. Ia menduga, pemilihan terhadap dirinya bukan tanpa alasan. "Barangkali karena kompleksnya masalah politik luar negeri yang kita hadapi, Menlu akan lebih tenang bila mendapat pembantu yang berpengalaman," katanya. Itu tak berarti ia ingin bercokol terus. Dalam 2-3 tahun ini ia akan mempersiapkan 2 atau 3 kader muda sebagai penggantinya kelak. Beranak 6 orang, Sani yang berambut putih itu tampaknya menyadari betul perlunya peremajaan. "Kita harus secara sadar mempersiapkan kader-kader itu," ujarnya lagi. Menurutnya, seorang Dirjen Pol harus sudah diganti bila sudah berdinas 3 sampai 4 tahun. "Lebih dari itu, ia tidak lagi dapat memberikan gagasan-gagasan yang segar. Padahal ide-ide segar selalu dibutuhkan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus