Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Indonesia Dan Nabi Nuh

Sikap Indonesia terhadap sengketa antar negara-negara arab, dan usaha/prakarsa perdamaian presiden Anwar Sadat dengan Israel bukanlah satu-satunya alternatif penyelesaian sengketa Arab-Israel. (nas)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNJUNGAN Wakil Presiden Mesir Hosny Mubarak telah berlalu sepekan lebih, tapi masih saja ada yang bertanya: Bagaimana sebenarnya sikap Indonesia? Mendukung langkah Mesir melalui perundingan damainya dengan Israel ataukah condong pada garis keras negara-negara Arab lamnya? Kesangsian itu mungkin timbul setelah membaca pernyataan yang sedikit berbeda di antara pejabat tinggi pemerintah. Seusai pertemuannya dengan Wapres Mesir 2 pekan lalu, Menpen Ali Murtopo menjelaskan, langkah yang ditempuh Presiden Anwar Sadat dalam menyelesaikan soal Timur Tengah sesuai dengan prinsip damai yang diambil Indonesia. Menurut Menpen, usaha Sadat adalah satu-satunya pilihan untuk menciptakan penyelesaian secara damai soal Timur Tengah. "Saya belum pernah mendengar alternatif kedua atau ketiga," kata Menpen. Kalau Mesir tidak mengambil cara yang sekarang, pilihan lain adalah perang. "Pilihan perang bisa mengundang perang dunia dan itu akan membahayakan lagi," ujar Ali Murtopo. Esoknya harinya, begitu Mubarak mengakhiri kunjungannya, Departemen Luar Negeri mengeluarkan keterangan pers Menlu. Di situ dinyatakan sikap RI yang pada dasarnya memberi tempat utama pada jalan perundingan dalam mencari penyelesaian dalam sesuatu situasi sengketa. Sikap Indonesia tetap mendukung pelaksanaan Resolusi PBB no. 242 berisi 3 pasal utama. Pertama dikembalikannya seluruh wilayah yang diduduki Israel sejak perang 1967 diakuinya hak-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri termasuk hak mendirikan negaranya. Terakhir, dipulihkannya status kota suci Jerusalem. Tentang prakarsa dan usaha perdamaian Presiden Anwar Sadat, hal ini dinilai "sebagai salah satu ikhtiar yang sedang berlangsung dengan segala ujian yang masih harus diatasi." Dengan kata lain Indonesia melihat usaha perdamaian Sadat bukan satu-satunya alternatif penyelesaian sengketa Arab-Israel. Walau mendukung usaha Presiden Sadat, tapi Indonesia toh tidak ingin mengundang kemarahan negaranegara Arab lain. Ada beberapa orang yang beranggapan pernyataan yang dikemukakan Menlu Mochtar itu untuk lebih memperjelas keterangan yang keluar agak spontan dari Menpen Ali Moertopo. Dan menurut kelaziman, keterangan Menlu sebagai jurubicara resmi pemerintah dalam urusan LN, diberikan pada akhir kunjungan seorang tamu negara berdasarkan petunjuk Presiden. Tapi Menlu mengakui, haruslah dicegah kemungkinan adanya selisih pendapat antara pejabat pemerintah, karena mungkin bisa ditafsirkan demikian oleh masyarakat. "Sayang sekali kalau sengketa antar negara Arab ini sampai menimbulkan perselisihan pendapat antar Indonesia," kata Menlu Mochtar. "Biarlah ini berhenti pada selisih antar negara Arab saja itupun sebaiknya tidak meluas dan didamaikan." Mubarak sendiri menganggap sikap Indonesia sudah sangat jelas, "yang tercermin dari semua pernyataan para pejahat RI." Perselisihan antara negara Arab, kata Mubarak, tidak perlu dikhawatirkan karena itu merupakan "kebiasaan". Toh akhirnya mereka akan berbaik kembali. Sikap ini mirip sekali dengan pendapat Buya Hamka,Ketua Majelis Ulama Indonesia. "Orang Arab itu berhantam bagaimanapun, nanti akan berpelukan lagi," katanya sambil terbahak-bahak. Dukungan Indonesia pada usaha perdamaian Mesir dianggapnya "sikap yang paling bijaksana". Membujuk Pujian pada sikap resmi Indonesia juga datang dari Lukman Harun, Wakil Ketua Panitia Pembantu Perjuangan Pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha. Sikap ini dinilainya "mengerti sikap Mesir tapi juga berusaha memahami aspirasi negara-negara Arab lainnya. " Kunjungan Mubarak, walau diakuinya bukan untuk mencari dukungan tapi untuk menjelaskan sikap negaranya, jelas merupakan usaha Mesir untuk mendekati negara-negara Islam nonArab terutama menjelang Konperensi Menlu Negara-negara Islam di Maroko pekan ini. Dari sekitar 48 anggota Konperensi Islam sedunia, ada sekitar 28 negara yang non-Arab. Negara-negara Arab sebaliknya juga berusaha mempengaruhi negara-negara sahabat yang non-Arab untuk ikut menentang Mesir. Itu misalnya tercermin pada usaha para pejabat Irak membujuk Indonesia untuk bersikap lebih keras pada Mesir waktu Wapres Adam Malik berkunjung ke sana bulan lalu. Walaupun komunike bersama sudah ditandatangani, para pejabat Irak terus membujuk sampai tangga pesawat terbang yang sudah mau meninggalkan Baghdad unwk merubah kata "Israel" dengan "Zionisme". Tapi kata Adam Malik: "Buat apa kita ributkan satu orang yang berpendapat lain, yang pokok 'kan perjuangan harus diteruskan" -- begitu cerita Wapres tentang pembicaraannya dengan para pemimpm Irak. "Kita ambil contoh Nabi Nuh, yang dulu juga membiarkan salah satu anaknya yang menolak ikut bersama-sama dalam perahu." Tapi Wapres Adam Malik tak mau menjawab tegas siapa yang analog dengan Nabi Nuh dalam konflik antar Arab kini. Tapi yang pasti, Indonesia tak mau ikut campur, sebagaimana juga Endonesia tak ingin negara Arab ikut campur dalam konflik di Asean, misalnya soal Filipina Selatan dan Sabah. Namun begitu, dalam wawancaranya dengan TEMPO di Baghdad, Menlu Irak Saadon Hamidy mengatakan: "Kita ingin melihat Indonesia lebih berperhatian, untuk mengambil bagian yang lebih aktif dalam Timur Tengah untuk keuntungan kedua belah pihak." Dan Hamidy percaya, "semua kemungkinan ada untuk itu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus